:: Bab XVIII ::

342 30 0
                                    

Tepat ketika jarum panjang dan pendek kompak menunjuk ke angka 12, Bram sampai di apartemennya.

Seraya melepas dasi dan merapikan gulungan lengan kemejanya, pria itu melenggang menuju sebuah rak buku besar yang ada di sudut ruang tamu. Namun, alih-alih mengambil sebuah buku, pria itu justru mendorong rak tersebut hingga menciptakan cela untuknya masuk ke ruangan yang ada di balik rak tersebut.

Bram memastikan rak buku itu sudah dalam posisi semula. Usai menjamin tak ada orang yang mengikutinya, ia berjalan semakin dalam. Tatapannya kini berpusat pada sebuah tirai yang berada tepat di hadapannya.

Ia menyibak tirai itu. Yang seketika mengekspos banyak benang merah yang selama ini ia sembunyikan.

Satu buah foto yang memiliki cukup banyak ikatan benang merah mencuri perhatian Bram. Cukup lama ia memandangi foto itu sampai memori menarik ingatannya mundur ke beberapa saat yang lalu.

"Maka dari itu, ayo, kita terima tawaran itu. Saya akan menikahi kamu. Tanpa cinta pun bukan masalah. Kamu bisa tetap fokus dengan musuh yang harus kamu singkirkan agar kamu mampu mendapatkan harta warisanmu dan saya bisa fokus untuk mencapai tujuan saya, membalaskan dendam. Jika kamu tidak keberatan, saya akan membantu kamu untuk mendapatkan hak kamu."

Bram menunggu respon dari sang lawan bicara dengan cukup tenang. Mungkin, tawarannya terdengar aneh untuk gadis itu. Tapi, Bram tak peduli.

Seperti dugaannya, Mita seketika memekik, "Kamu pikir pernikahan itu seperti sebuah permainan?!"

Sementara dengan santai, Bram menjawab pertanyaan itu, "Bukankah kita sudah masuk ke dalam permainan ini sejak awal?"

Bram mengambil langkah, mengikis jarak antara dirinya dengan Mita. Tatapannya berubah tajam.

"Daripada bersaing, mengapa kita tidak bekerja sama? Tujuan kita sama, bukan? 4 miliar yang seharusnya menjadi hak kita."

"Bram—"

"Ini bisa memudahkan kita, Mita. Saya mengerti betapa besar ketakutan kamu untuk menghadapi situasi yang tidak pernah kamu alami seperti saat ini, ketika kamu hanya ingin harta warisan itu. Saya bisa membantu kamu untuk mengatasi itu."

Bram akui ia senang dengan ekspresi Mita saat ini. Wajah gadis itu mengeras. Tidak menjaga jarak, Mita justru membalas tatapannya tanpa terlihat gentar sedikitpun.

"Kita jelas berbeda, Bram. Lagipula, 4 miliar itu memang harta warisan yang seharusnya menjadi hak saya dan saya tidak diharuskan menikah untuk mendapatkan itu. Sedangkan kamu? Kamu memanfaatkan tawaran pernikahan itu dan menggunakan alasan uang 4 miliar itu hanya untuk membalaskan dendam ke Papa saya!"

Satu sudut bibir Bram terangkat, meski hanya sedikit. Menyerupai seringai sinis, "Saya masih tidak mengerti mengapa kamu masih ingin melindungi Papa kamu meskipun dia sudah menyia-nyiakan kamu dan Mama kamu dulu."

Mita nampak mengernyit. Sepertinya, dia cukup terkejut dengan fakta bahwa Bram mengetahui masalah itu.

"Apakah karena sekarang kamu sudah diangkat menjadi pewaris, makannya kamu jadi melunak?"

"Tidak usah sok tahu, Bram—"

"Kamu pasti juga memiliki dendam pada Cheline, kan? Bagaimanapun, wanita itu sudah merebut Papa kamu dan menghancurkan kebahagiaan keluarga kamu," sela Bram.

Pria itu mengangkat satu alisnya, "Saya bisa membantumu menyingkirkan wanita itu, kalau kamu mau menikah dengan saya."

"Dan mempermudah jalan kamu untuk mencelakai Papa saya?"

4 Billion's Game [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang