🤍 Chapter 19 💜

112 9 56
                                    

NB : Heyyo~ Nayoung kembali lagi! Pada chapter kali ini, Nayoung akan menjelaskan sedikit tentang masa lalu dari Nayya yang sedikit kelam. Siapa yang penasaran dengan ceritanya? :D.

So, Happy Reading, y'all!^^

"Kamu kenapa, Chelsea? Dari tadi diam saja, tidak ada suara," tegur Indira ketika melihat saudari sepupunya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah suara pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kenapa, Chelsea? Dari tadi diam saja, tidak ada suara," tegur Indira ketika melihat saudari sepupunya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah suara pun.

Nayya menggeleng pelan sebagai jawaban, kemudian meletakkan kepalanya di atas meja. Gadis ini memang terkenal kalem, tetapi meski demikian, ia akan tetap berbicara dengan yang lain. Bahkan, gadis itu juga bisa lebih cerewet dari para sahabatnya yang setiap hari tidak pernah diam.

Beberapa hari telah berlalu, Alif sudah kembali sehat seperti sedia kala dan berkegiatan seperti biasa, begitu pula dengan Nayya yang kini dapat melangkah dengan normal kembali. Saat ini, mereka berada di taman kampus bertiga dengan Jihan, lantaran para anggota Ten Beauty Girls dan Five Handsome Boys sedang tidak bisa berkumpul dengan lengkap sekarang. Gadis itu sendiri sedang tidak bersama dengan sang suami, lantaran Hansa tengah berkumpul dengan para sahabatnya.

"Wajah lo pucat, Chelsea. Lo sakit, ya?" sahut Jihan yang ternyata mendengarkan pembicaraan dari kedua gadis bersepupu tersebut. Indira yang khawatir, segera meraba dahi saudari sepupunya.

"Badan kamu agak hangat. Aku panggil Pak Syahki, ya?" tawar Indira. Namun, sebelum ia berhasil bangkit, gadis bertubuh mungil itu menahan langkahnya.

"Antar aku pulang, Kakak ...," cicit Nayya dengan lemas.

"Loh, tapi suami kamu harus tahu, Chelsea. Kalau aku antar pulang, nanti Pak Syahki mencari kamu bagaimana?" tanya Indira dengan nada bingung.

Nayya menggeleng dengan tatapan sendu, membuat saudari sepupunya pun tidak tega. Gadis bermata kucing itu kembali duduk. "Kak Alif ditunjuk jadi dosen penguji hari ini. Jadwalnya padat sekali, aku tidak mau mengganggu. Antar saja ke rumah, ada bibi di rumah,"

"Mungkin Chelsea benar, Indira. Coba saja antar ke rumah dulu, lagi pula saudari lo tidak akan kesepian. Daripada ia semakin lemas? Pasti Pak Syahki juga sulit ditemui karena sibuk melayani para mahasiswa," jelas Jihan, mencoba memberikan solusi. Gadis itu benar-benar tidak tega dengan sahabatnya yang terlihat lemah lunglai.

"Tapi-"

"Aku mau cepat tidur di kasur ...," pinta Nayya, memotong ucapan sang saudari sepupu. Alhasil, gadis bermata kucing itu menghela nafasnya pelan, kemudian mengangguk.

"Ya sudah, ayo kita pulang. Kamu pegangan yang kuat di belakang, ya? Jangan dilepas. Jaketmu juga resleting, biar tidak masuk angin." Indira memberi perintah yang dituruti oleh saudari sepupunya. Setelah itu, Jihan membantu sang sahabat untuk menopang tubuh Nayya menuju parkiran. Mereka akan pulang dengan berboncengan di atas motor.

"Lo berdua hati-hati di jalan. Enggak usah terlalu ngebut, bahaya. Chelsea kelihatan lemes banget," pesan Jihan sembari tersenyum tipis.

"Terima kasih banyak, ya, Jihan. Oh iya, gue minta tolong titip barang gue dulu ke lo, ya!" ujar Indira, mulai menyalakan mesin motornya. "Pegangan yang kuat, Chelsea,"

Our Destiny | Kim Seungmin Feat Seol Yoona [SUDAH TERBIT] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang