19

688 62 1
                                        

Minho dan Jisung tengah duduk bersebelahan di meja makan rumah Minho, lebih tepatnya rumah ayahnya, dengan ayah Minho dan ibu Jisung yang duduk di depan mereka.

Menikmati hidangan dengan tenang.

Ibu Jisung senang sekali dengan suasana ini, walaupun anak tertuanya tidak mau datang, tapi ia sudah cukup senang berhasil membawa Jisung ke rumah ini sekali lagi.

"Lihatlah kalian benar-benar terlihat serasi sebagai sepasang kakak adik." Ibu Jisung menatap senang ke arah Jisung dan Minho di depannya.

Sang ayah ikut memandang mereka, "Jadi siapa kakaknya disini?"

"Aku pernah melihat tanggal lahir Minho, dia satu tahun lebih tua daripada Jisung."

Jisung menoleh kearah Minho, lalu menyenggol bahunya, "Kenapa kita di kelas yang sama? Apa kau pernah tinggal kelas? Kau bodoh ya?" Kalimat terakhir Jisung ucapkan dengan bisikan agar ayah Minho tak mendengarnya.

"Aku terlambat masuk sekolah."

Obrolan sesekali berlanjut, hingga sampai pada topik yang sangat sering diungkit oleh sang ibu kepada Jisung.

"Jisung, tinggal lah disini—

"Aku tidak mau." Jisung memotong ucapan ibunya, tak sopan memang, tapi ia sudah muak dengan ajakan itu, mau berapa kalipun ibunya mengajaknya tinggal di rumah ini, Jisung tidak akan pernah mau.

"Minho, ayah ingin kau kembali ke rumah."

Minho menggeleng, "Tidak." Balasnya yang membuat kedua orang tua disana saling bertukar pandang.

Mereka kan ingin keluarga ini tampak lengkap, tapi anak-anak ini malah tidak mau diajak tinggal bersama.

"Bagaimana kalau kau tinggal di apartemenmu, dan Jisung juga bisa tinggal disana." Sang ayah memberi saran, yang membuat wajah Minho langsung cerah seketika.

Dia memandang Jisung yang juga tengah memandangnya, "Maaf paman, tapi saya tidak bisa meninggalkan rumah." Tolak Jisung dengan sopan.

"Kak Changbin juga bisa tinggal dengan kalian, apartemen Minho punya tiga kamar, kalian bisa tinggal bersama." Usul sang ibu, namun Jisung tetap menolak, Changbin mana mau meninggalkan rumah itu.

Akhirnya mereka berhenti membujuk Jisung.

"Kapanpun kau berubah pikiran, tinggal lah dengan Minho, aku rasa tempat itu lebih layak."

Jisung merasa tersindir secara tak langsung, tapi ia tak begitu memikirkannya.



"Apa? Pindah? Kau mau pindah kemana?" Jisung menghujani Changbin dengan pertanyaan begitu Changbin bilang akan pindah dari rumah ini besok.

"Ke tempat Felix."

"Hah?"

"Aku tau, kalian pasti pacaran kan." Tebak Minho, Changbin mengangguk.

"Aku akan membantu melunasi toko itu, lagipun Felix akan kerepotan jika mengurus tokonya seorang diri, aku pulang kerja saat sore hari jadi masih ada waktu untuk membantunya."

Jisung tersenyum lalu menepuk pundak kakaknya, "Selamat, akhirnya kalian jadian juga."

"Nah, jika aku pergi maka kalian yang akan tinggal disini."

"Kak, apa tidak apa jika aku membawa Jisung tinggal denganku di apartemen? Ayahku menyuruh kami tinggal disana."

"Apa? Aku tidak mau!"

Minho mengisyaratkan pada Jisung agar diam.

"Silakan."

Minho tersenyum senang sedangkan Jisung hanya menghela nafasnya, mungkin mulai saat ini ia tidak akan sering-sering menolak Minho lagi, karna hal itu percuma saja, Minho terlalu keras kepala atas keinginannya.




addicted [minsung] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang