Epilog

731 34 2
                                    

Setelah menyelesaikan bab tiga skripsiku, aku mematikan laptop. Saat bersiap naik ke tempat tidur menyusul I am, aku mendengar deru mobil berhenti di depan rumah. Aku menajamkan pendengaranku, tapi kemudian sepi. Nggak terdengar apa-apa lagi. Aku membuka selimut lalu berbaring di sebelah I am. Tak lama kurasakan lengan di sebelahku meraihku. Memberikan pelukan yang penuh kehangatan.

"Am, aku dengar ada mobil berhenti di depan rumah," kataku lirih memberitahunya.

"Aku nggak denger," sahutnya sambil memelukku lebih erat dan tidak ingin memperdulikan suara apapun di luar sana.

"Siapa, ya, Am?"

"Mana ada tamu datang malam-malam begini, sih?"

Aku menghembus nafas, berusaha berpikiran sama seperti I am. Tanganku juga membalas pelukan I am dan kepalaku kusorongkan ke lehernya. Lalu kupejamkan mataku. Namun beberapa detik, aku mendengar percakapan. Tak lama bel pintu rumah berbunyi nyaring. Aku tersentak dan membuka mata lebar-lebar.

"Am, bangun!" seketika kuguncang tubuh di sebelahku dan menyuruhnya melihat siapa yang datang.

Aku berdiri di belakang I am ketika I am membuka pintu depan. Dari sela bahunya aku terlonjak kaget melihat dua sosok yang berdiri di teras.

"Mama!"

Ya Allah. Alifa? Aku langsung menerobos keluar dan berdiri di depan I am sambil menatap tak percaya. Anak itu langsung memelukku sambil menangis tersedu-sedu.

"Aku titip Alifa pada kalian. Aku nggak tahan lagi karena tiap hari dia nangis minta bertemu Ai," kata mas Pijar sambil menyerahkan tas koper pada I am.

"Masuk dulu, Mas!" kata I am.

"Aku langsung aja, besok pagi-pagi ada acara di kantor."

"Meski Alifa tinggal dengan aku dan Ai, saat dewasa nanti dia akan mencarimu untuk jadi wali nikahnya," kata I am mengingatkannya dengan bijak.

Mas Pijar mengangguk. Tak lama ia melangkah ke arah mobilnya. Namun sesaat ia berhenti dan menoleh. "Selamat atas pernikahan kalian. Maaf, aku nggak bisa datang waktu itu karena sedang ada di Jogja."

Aku mengangguk maklum. Setelah mas Pijar pergi, aku membawa Alifa masuk sambil menanyakan kalau-kalau di lapar. Tapi kulihat dia menggeleng.

"Aku mau bobok sama mama," katanya dengan mata berkaca-kaca menahan kerinduan.

Aku membawanya ke kamar. Di tempat tidur, Alifa langsung memelukku. I am masuk kamar dan ikut berbaring di kasur pula.

"Alifa, aturan kamu tidur di kamar sebelah!" suruhnya.

"Nggak. Aku mau tidur sama mama!" tolaknya nggak perduli.

"Trus aku tidur sama siapa, dong?"

Alifa mengambil guling dan memberikan pada I am, lalu kembali memelukku sambil tertawa cekikikan. I am membuang guling lalu mengulurkan lengan panjangnya memeluk Alifa dan aku sekaligus.. Kupeluk Alifa dengan penuh rindu. Kupeluk pula suamiku dengan penuh cinta.

Tamat.


Alhamdulillah.

Cerita menarik lain dari Suryahigo  Hold Me Love Me. Baca, yuk!

Tentang Prastiwi, gadis belia yang menikah dini. Di tengah pernikahannya, sebuah badai  datang memporakporandakan kehidupan indahnya. Prastiwi yang semula nampak manja dan kekanakan itu mampu bertahan dari guncangan hebat itu. Ia bahkan mampu membawa suaminya yang semula mapan, dewasa, tangguh bangun dari keterpurukan.



Sekeping Hati Ai  [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang