17

65.6K 4.3K 36
                                    


Hope u guys enjoy this story, don't copy my story please. Karena ini murni dari pemikiran Author ya.

Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.

Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.

Jangan lupa bintang di pojok kiri dan komen dan komennya ygy :)

****

Setelah sarapan bersama, Damaresh mengajak Nirmala kembali ke kamar. Ada yang ingin dibicarakan katanya.

"Ini." Suaminya itu memberi Nirmala sebuah kartu berbentuk persegi dengan bahan titanium dan desian yang elegan.

"Apa ini mas?" Nirmala bertanya bingung, terlihat agak bodoh karena sebenarnya ia tau bahwa itu adalah sebuah kartu.

"Ini nafkah buat kamu." Ucapnya enteng, laki-laki itu kembali menyodorkan kartu itu agar Nirmala segera mengambilnya.

"Aku tau, tapi apa ini nggak terlalu berlebihan mas?"

Nirmala tersenyum canggung. Pasalnya kartu itu berbeda dari kartu-kartu yang lain.

Dengan ragu gadis berambut sebahu itu mengambil kartu tersebut.

"Nggak ada yang berlebihan buat istri, sekarang uangku ya uangmu. Kamu paham?... atau kamu mau satu lagi, aku  masih punya satu kalau kamu mau lagi."

Nirmala membelakan matanya, agak terlalu lebay tapi memang itu kenyataannya. Sebenarnya suaminya itu sedang sombong atau bagaimana sih? Masalahnya ini adalah black card, ia memberikannya secara cuma-cuma dan menawarkannya seperti menawarkan permen yang harganya seribu dua ribu.

"Oh nggak perlu mas Aresh, ini aja belum tentu habis. Aku masih punya simpanan kok."

"Uang kamu simpan aja, kamu harus pakek kartu ini ya. Aku bakalan marah kalo nggak ada tagihan sama sekali dalam sebulan dari kartu ini. Kamu jangan takut, uangku nggak bakalan habis cuma karena satu kartu ini."

Nirmala mengangguk dengan ragu. Canggung sekali rasanya, jika ditinjau kembali Nirmala dan Damaresh hanyalah sepasang orang asing sebelum ini.

"Makasih mas."

"Sama-sama." Damaresh beranjak dari sana, sebelum itu ia sempat mengusap kepala Nirmala lembut.

Jantung gadis itu berdebar kencang. Sepertinya ada yang salah, yang diusap adalah kepalanya tapi kok malah jantungnya yang berdebar tak karuan?

****

Setelah beberapa hari menginap di rumah Galendra. Mereka memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri. Sebenarnya rumah mas Aresh sih, tapi laki-laki itu berkata apa yang menjadi miliknya maka secara otomatis akan menjadi milik Nirmala juga.

Kemudian untuk urusan rumah ini  pria itu memang sudah memilikinya jauh sebelum pertemuan mereka.

"Ayah serius nggak mau ikut beneran?"

Pria paruh baya itu menggeleng seraya tersenyum, tetap kekeh pada pendiriannya.

Nirmala sebenarnya tidak rela. Pasalnya ayahnya itu akan tinggal di kediaman Galendra. Padahal ayahnya itu tau kalau keadannya tidak sebaik yang terlihat.

Walaupun Nirmala sudah membicarakan hal ini beberapa waktu lalu dengan kakeknya. Semoga saja pria tua itu menepati janjinya.

"Jangan ragu untuk menginjakan kaki di rumah ini cucuku." Ucap Galendra, lelaki tua itu tepat berdiri di samping ayahnya. "Kakek akan sangat senang dan dengan tangan terbuka menerima kamu di sini." Sambung pria tua itu lagi.

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang