35

41.3K 3K 31
                                    


Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan
hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.

Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.

Hope you guys enjoy it. Happy reading!

****

"Mbak nanti kalo kita kangen gimana?"
Tanya Kamila, sebabnya ini hari terakhir Nirmala bekerja. Wanita itu menepati janjinya, sudah 2 minggu berlalu jadi dia memutuskan untuk mengambil cuti di umur kandungannya yang sudah menginjak 8 bulan.

"Ya main lah ke rumah, Lo sungkan sama suami Gue Mil?" Pertanyaan Nirmala membuat gadis itu mengangguk ragu.

"Iya hehe." Kamila terkekeh canggung. Walaupun sudah pernah mengobrol dengan Damaresh beberapa kali dia tetap saja sungkan. 

"Nggak usah sungkan, nanti kalo ada waktu kita main sama-sama gimana?" Riko memberikan solusi pada gadis itu.

"Beneran ya? Tapi kalo berdua aja sama Lo mah Gue ogah."

Riko mendengus mendengar jawaban dari Kamila, "yee! Kalo kagak mau Gue bisa ke sana sendiri kali. Gitu aja takut."

"Emang berani?" Nadya yang baru datang dari arah dapur menyahuti, gadis yang lengkap dengan apron hitam itu meletakan beberapa cupcake ke dalam box kaca besar yang dekat dengan meja kasir.

Sedangkan Riko, laki-laki itu malah menggaruk kepalanya sembari terkekeh. "Tuh kan, Lo juga nggak berani tau. Sok-sokan banget ni mas Riko." Bak mendapatkan umpan bagus untuk mencerca, Kamila langsung mengambil kesempatan untuk mengejek lelaki itu balik.

"Kenapa pada takut sama mas Aresh sih? Mas Aresh nggak kayak yang ada di fikiran kalian tau." Nirmala heran dengan teman-temannya ini, ada apa sih sama suaminya?

"Sebenernya lebih ke sungkan sih kalo Gue, karena kan mugkin kita juga nggak terlalu sering ngobrol tuh." Kata Nadya.

"Ya udah, nanti disampein sama mas Aresh nya."

"Tapi Lo jangan ngadu yang macem-macem ya Mal." Ucap Riko yang seperti sudah takut diluan.

Ucapannya membuat wanita hamil itu terkekeh, "iya, tenang aja."

***
"Hai mbak, boleh Nina Gabung?" Gadis bercepol satu itu mendekati Nirmala yang sedang duduk dekat jendela besar yang langsung menyugukan jalan ibu kota.

"Oh boleh, ayo sini duduk. Lo tu nggak usah canggung sama mbak kenapa sih Nin?"

Nina terkekeh, "hehe, oh iya mbak. Katanya udah mau cuti?" Nina bertanya karena dia memang datan terlambat hari ini, katanya sih ada tugas yang urgent banget dikerjakan. Padahal kan ini malem minggu.

"Iya, jangan kangen ya!" Ucap Nirmala.

Nina menunduk sejenak, "makasih ya mbak, mbak Nirmala tu orang baik. Makasih karena udah banyak bantu Nina, bantu bayarin obatnya ibu yang lumayan mahal. Pokoknya makasih sekali lagi."

Nina dan Nirmala duduk berhadapan, ada meja berbentuk bulat di antara mereka. "Iya sama-sama. Gimana kabar ibu kamu?"

"Alhamdilillah ibu baik mbak, keadaannya juga udah banyak kemajuan. Ibu juga udah banyak makan." Gadis itu tersenyum, sepertinya sangat senang ketika melihat perubahan baik pada ibunya.

"Alhamdulillah, syukur kalo gitu. Kata Nadya Dante sempet jengukin ibu pas di rumah sakit ya?"

Gadis itu agak terkejut sih, dia lupa bahwa Nirmala dan Nadya bukan hanya rekan  kerja tetapi sepasang sahabat. Jika salah satu tau maka otomatis yang satu juga tau. "Iya mbak."

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang