25

61.5K 3.9K 62
                                    

Jangan lupa baca Author's note di bawah ya🤍

****

Setelah meninggalnya ayah Doni dua minggu yang lalu. Nirmala sekarang tidak merasa sebebas kemarin. Ya, semenjak ayahnya meninggal perempuan itu kadang-kadang diburu infotiment untuk sekedar diwawancarai. Sehingga Damaresh dengan tegas memberikan Nirmala dua orang bodyguard untuk menjaganya.

Nirmala sudah mulai kembali aktif di kafenya. Karena semakin lama mengurung diri maka semakin banyak juga fikiran buruk yang merongrong otaknya.

Ia banyak menghabiskan waktu di dapur. Nirmala jadi menerima pesanan dalam jumlah banyak sekalipun. Mungkin ini adalah salah satu cara untuk menghilangkan fikiran buruk dari kepalanya.

"Mbak Mala!" Kamila memanggil Nirmala yang sedang meletakan beberapa cake baru di tabung kaca dekat meja kasir.

"Kenapa Mil?"

"Anu... mbak makan dulu gih, dari tadi belum makan apapun. Ini juga udah lumayan sore loh." Kamila mengingatkan Nirmala, karena perempuan itu sepertinya dengan sengaja melewatkan jam makan siangnya.

"Iya, ini mau makan kok" balas Nirmala.

Semenjak ayahnya meninggal, Nirmala seolah menjadi orang lain. Dia menjadi lebih diam dari biasanya. Nadya dan kawan-kawan pun sampai bingung harus bersikap bagaimana.

"Mala!" Nadya menghampiri Nirmala yang kayanya sedang makan di dapur kafe. Tetapi ia malah melihat sahabarnya itu terduduk lemas di depan pintu kamar mandi.

"Hey Mal! Lo kenapa?" Nadya kgawatir ia sedikit berteriak dan buru-buru menghamoiri Nirmala, wajah Nirmala juga berubah menjadi pucat pasih.

"Perut Gue sakit banget Nad" ucap Nirmala lirih. Ia meremas perutnya yang masih dilapisi apron hitam kotak-kotak itu.

"Lo tu pasti telat makan, udah tau punya asam lambung tapi kenapa masih abai sama kesehatan sih?"

"Duh maaf-maaf Gue nggak bermaksud bentak Lo tadi. Lo sih bandel, kena marah laki Lo baru tau rasa." Nadya agak melembutkan nada bicaranya karena sahabatnya itu malah menangis.

"Kita ke rumah sakit kalo gitu." Nadya berusaha memapah sahabatnya itu.

Setelah dekat dengan meja kasir, Riko dan Kamila yang melihat itu langsung menghampiri, mereka juga tampak sangat khawatir.

"Nirmala kenapa Nad? Ya Tuhan!"

"Bisa tolong bantu Gue mas?"

Tanpa babibu lagi, Riko memapah Nirmala membawa perempuan itu masuk ke dalam mobil Nadya untuk dibawa ke rumah sakit.

"Tetep hati-hati ya." Riko memperingati Nadya untuk tetap berhati-hati. Karena pria itu paham keadaan mendesak seperti ini pasti bawaannya ingin ngebut agar cepat sampai. Bagaimanapun keselamatan adalah yang pertama.

***

Setelah sampai di rumah sakit milik keluarga Nadya, gadis itu langsung memberi kabar pada suami Nirmala.

Setelah selesai memberi kabar, gadis itu kembali masuk ke dalam ruangan Nirmala.

"Loh? Dia bukannya sakit perut karena asam lambungnya naik?"

Nadya heran, pasalnya gadis itu diminta untuk tes urin menggunakan alat pengetes kehamilan yang biasa orang kenal dengan sebugan testpeck.

"Ini buat mastiin aja Nad."

Nadya menatap sahabatnya itu, "tapi Gue baru aja pipis Nad" cicitnya lirih.

"Tunggu kalo gitu Gue beli minum dulu."

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang