Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.
Hope you guys enjoy it. Happy reading!
****
"Mas Aresh, Nirmala mau bicara boleh?"
"Boleh." Pria itu ikut bergabung ke sisi kanan ranjang mereka. Ikut duduk selonjoran di samping Nirmala.
"Nirmala punya adik yang lagi kesusahan. Boleh Nirmala bantu?
Damaresh meletakan ponselnya di atas nakas samping kepala ranjang mereka. "Boleh, kamu punya adik?"
"Nina mas, mas tau kan? Salah satu pegawai di toko. Ibunya akhir-akhir ini suka bolak-balik ke rumah sakit. Dan kondisinya lagi nggak baik-baik aja. Boleh Nirmala bantu buat tanggung biaya obatnya?"
Selagi Nirmala bercerita, pria itu sibuk mengelus perut istrinya yang sudah membuncit. Merasakan pergerakan aktif anaknya di dalam sana. "Rawat aja, nanti kita bantu urusin biaya rumah sakitnya."
Damaresh memandang wajah istrinya itu yang terlihat sedih, "kamu juga harus hati-hati bilangnya. Jangan sampe nyinggung perasaan si Nina. Jangan sampe stress ya, kasian adeknya nih. Kamu nggak perlu khawatir, nanti kita bantu Ninanya ya?"
Nirmala mengangguk, "mau peluk." Ucapnya sambil merentangkan kedua tangan.
Damaresh tersenyum, gemas sendiri ketika melihat ekspresi manja istrinya itu. Tanpa ragu, Damaresh membawa istrinya itu ke dalam dekapannya.
Mengelus punggung istrinya itu dengan sayang, berharap itu membantu menenangkan perasaan sang istri.
Damaresh juga memberikan kecupan-kecupan sayang di dahi sang istri. "Kamu tu manjanya sering-sering kenapa sih. Mas suka kalo kamu lagi manja gini."
Nirmala tidak menjawab. Wanita itu hanya terkekeh mendengar gerutuan dari suaminya itu.
***
"Mbak Nad, makasih banget ya sekali lagi. Dan maaf beberapa hari ini Nina belum bisa masuk kerja."
"Lo nggak usah mikirin kerjaan dulu, fokus aja sama kesehatan ibu dan sekolah Lo." Nadya mengusap sayang rambut Nina yang dicepol satu itu.
Gadis itu bahkan masih menggunakan seragam sekolahnya. Pagi tadi saat akan berangkat ke sekolah, tiba-tiba ibunya jatuh pingsan di depan Nina. Tanpa fikir panjang gadis itu langsung menelpon Nadya.
Memang beruntung juga, Nadya masih ada di rumah sakit milik keluarganya itu. Nadya kemarin dapat shift jaga malam, dia memang akan pulang pagi ini, dan untungnya gadis itu cepat menelpon sebelum dirinya pulang ke rumah.
Kemarin memang Nirmala sempat bercerita bagaimana keadaan Nina dan ibunya saat ini.
"Mbak, sekali lagi makasih ya. Nina nggak tau lagi kalo nggak ada mbak Nadya. Nanti mbak bisa potong gaji aja kok mbak. Tapi Nina minta tolong nanti ibu bisa ditempatin di ruang biasa kan?"
"Sekali lagi Lo bilang makasih dapet piring cantik ya!" Bukannya apa, Nadya kesal sekali mendengar kata-kata terimakasih dari mulut gadis di depannya itu. Bukan sekali dua kali, tapi sudah lebih dari 10 kali.
Nadya memasukan tangannya ke dalam kantung snellinya. "Kalo gitu Gue pulang dulu ya. Lo hati-hati."
"Iya mbak, sekali lagi makasih." Belum sempat mendapat geplakan dari Nadya gadis bercepol satu itu sudah ngibrit duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derana
General FictionNirmala Gaia Respati hanya seorang anak yang tidak pernah dianggap oleh keluarga besar kakeknya. Karena bagi sang kakek ia adalah sebuah kesalahan hanya karena ibunya memilih menikahi orang biasa kala itu. Tapi tiba-tiba kakeknya menyeretnya secara...