Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.
Hope you guys enjoy it. Happy reading!
****
Siang ini mereka akan melakukan pemeriksaan kehamilan seperti kata Damaresh kemarin. Mereka sudah membuat janji dengan dokter spesialis rumah sakit yang memang menangani keluarga Damaresh. Dokter perempuan paruh baya itu bernama Dewi, dokter spesialis obygyn.
"Semuanya bagus kok, kenaikan badannya juga Normal ya Tuan dan Nonya Damaresh." Ucap dokter itu.
Ia membenarkan letak kacamata yang sedikit turun dari hidung mancungnya, "tetap makan makanan sehat, kemudian jangan stress ya. Calon ibu bisa bisa menghilangkan stress baik itu dengan yoga, jalan-jalan dan hal-hal menyenangkan lainnya."
Lalu dokter Dewi menuliskan sesuatu di sebuah kertas. Wanita itu memberikan pada Damaresh, "ini saya resepkan beberapa vitamin ya Tuan, kemudian untuk kontrol kandungannya bisa dilakukan dalam jangka waktu dua minggu sekali."
"Terimakasih dokter Dewi."
'Terimakasih kembali." Jawab dokter tersebut.
"Kalau begitu kami pamit dulu."Nirmala dan Damaresh menyalami dokter itu seraya berucap terimakasih.
***
"Yuk!"
"Loh, mas Damaresh mau ikut ke dalem?" Nirmala menanyai suaminya itu ketika melihat Damaresh yang akan bersiap keluar dari mobil.
"Iya, nganterin kamu."
"Nirmala bisa sendiri kok mas." Setelah cek up selesai Nirmala memang meminta untuk diantarkan ke kafe saja. Damaresh sudah melarang, tetapi perempuan itu bersikeras. Alasannya sih bosan karena di rumah mereka dia tidak melakukan apapun juga.
Damaresh membukakan pintu mobil untuk istrinya itu. Nirmala pasrah saja, semenjak dirinya mengandung memang sifat suaminya itu menjadi lebih over protective terhadapnya, tapi bukan berarti Damaresh otoriter ya.
"Kamu nggak usah capek-capek, bantu sekedarnya aja. Pokoknya selalu hati-hati, jangan lupa makan, dan nanti kabarin mas, oke?"
"Iya mas, Nirmala paham, hati-hati nyetirnya." Wanita itu menyalami tangan suaminya. Lalu Damaresh pengecup dahi wanita itu sekilas tak lupa mengelus sayang perut Nirmala sebagai tanda pamit kerja pada anaknya.
Nirmala memandangi suaminya itu hingga hilang ditelan pintu. Nirmala agak speechless akhir-akhir ini, Damaresh tampak menggemaskan ketika berbicara panjang lebar dengan kata-kata manisnya.
"Ekhem! Mil tenggorokan Gue nggak nyaman habis keselek biji duren nih." Mas Riko yang sedang membersihkan alat peracik kopi di counternya berbicara sedikit keras. Padahal kan meja casier Kamila tepat di samping counternya.
"Nggak koid sekalian Lo mas?" Tiba-tiba suara mengintrupsi, Nadya baru datang, berjalan ke arah mereka sambil membuka snellinya. Gerak-geriknya keren sih kalau dilihat, tetapi jika melihat bagian wajahnya agak sedikit mengerikan karena kantung matanya yang hitam.
Mala dan Nadya duduk di depan meja casier.
"Lo doain Gue koid Nad? Serius? Gue masih bujangan loh Nad? Belom punya istri. Tega banget." Mas Riko berucap dramatis, mengundang kekehan baik Kamila ataupun Nirmala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derana
General FictionNirmala Gaia Respati hanya seorang anak yang tidak pernah dianggap oleh keluarga besar kakeknya. Karena bagi sang kakek ia adalah sebuah kesalahan hanya karena ibunya memilih menikahi orang biasa kala itu. Tapi tiba-tiba kakeknya menyeretnya secara...