4

77.7K 4.4K 25
                                    


Hope u guys enjoy this story, don't copy my story please. Karena ini murni dari pemikiran Author ya.

Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja. Cerita ini tidak bermaksud menyinggung pihak manapun juga.

Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.

Jangan lupa komen di setiap paragraf ya!

****

"Woy! Diem-diem bae!"

"Astagfirullah!"

Nadya baru datang ke kafe mereka setelah magrib. Dan tiba-tiba mengangetkan Nirmala yang sepertinya sedang asik melamun di meja kasir.

"Kamila mana?"

"Di belakang lagi makan"

"Oh" Nadya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.

"Belom pulang Lo?" Nadya bertanya penasaran, ini kan bukan weekend kenapa sahabatnya itu belum pulang, biasanya ia akan pulang setelah magrib.

"Nggak papa, lagi males di rumah." Nirmala berucap dengan nada meyakinkan.

Tetapi Nadya tetaplah Nadya, ia sudah mengenal sahabatnya itu dengan baik.

"Kenapa gitu? Nggak baik loh marah lama-lama. Ayah nanti mau makan apa?" Nadya bergeser ke meja di samping kasir, tangan lentiknya sibuk meracik minuman.

"Nih! Sana pulang!" Nadya menyodorkan dua buah lemon tea kehadapan Nirmala. Tetapi gadis berambut sebahu itu nampak kebingungan.

Dahinya berkerut, "apa nih?" Nirmala bertanya pada Nadya, dia masih tampak kebingungan.

"Ck! Udah sana pulang. Ini biar gue yang traktir, bilang ayah Doni ada salam dari anaknya yang cantik." Nadya berkata dengan mengibaskan rambutnya ala-ala.

"Yeu! PD bener!" Nirmala menyentil pelan kening Nadya, dan sang empu menringis pelan.

"Lebay amat gitu doang sakit, dasar anak papi Lo." Nadya yang dikatai begitu memberengut kesal.

Tapi, tiba-tiba ia tersenyum karena Nirmala memeluknya dengan erat seraya berkata terimakasih.

Nadya cukup tau, dia bukan orang yang tidak tau apa-apa. Nirmala bercerita banyak padanya, jadi tidak mungkin ia tidak tau apa masalah yang sedang dihadapi oleh sahabatnya itu.

Nirmala memang jarang menangis, ia tau sahabatnya itu menahan mati-matian segudang air mata yang hendak turun selama ini.

"Kalau mau nangis boleh kok Mal, jangan gengsi ama Gue ah!" Ucapnya bercanda, ia berniat menghibur sebenarnya.

Nirmala menjawabnya dengan gelengan, Nadya mengerti. Semoga dengan pelukan singkat ini bisa membuat Nirmala merasa lebih baik.

Mereka berdua mengurai pelukan itu. "Gue pulang dulu ya, ntar Lo pulangnya hati-hati... dan, makasih buat minumannya. Ntar Gue sampein ke ayah ada salam dari Nidiyi ying cintik" Nirmala berucap dengan mengubah vokal di akhir katanya sambir mengejek.

Lalu ia bergegas dari sana, sebelum itu ia sempat untuk membereskan barang-barangnya dan juga berpamitan pada Kamila.

****

"Assalamualaikum." Nirmala memasuki rumahnya.

Lalu terdengar jawaban salam dari sang ayah, mereka berpas-pasan di ruang depan.

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang