Hope u guys enjoy this story, don't copy my story please. Karena ini murni dari pemikiran Author ya.Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.
Jangan lupa bintang di pojok kiri dan komen dan komennya ygy :)
****
📍Ibu Kota, Gotz Cafe
Kafe hari ini lumayan sepi. Nirmala duduk di depan meja kasir. Ia mengelap keringat yang menetes di dahinya, karena habis membuat cake di dapur.
Nadya pagi ini dinas, rupanya gadis itu sedang dapat pasien cito yang tidak bisa ditinggal.
Mas Riko masih tampak sibuk sendiri, karena dia masih membuatkan minuman untuk beberapa pelanggan yang memesan sebelumnya.
Kamila menghampiri Nirmala, bergabung dengan wanita itu duduk di depan kasir.
"Mbak kenapa lesu banget?"
Nirmala menggeleng, perasaannya memang kadang suka tidak enak akhir-akhir ini.
Gawai yang ada di kantung sebelah kanannya bergetar. "Sasmi? Tumben banget dia nelpon." Nirmala menggeser tombol hijau pada gawainya itu.
"Mal, Lo dimana?" Sasmita terdengar terburu-buru ketika menanyakan hal itu.
"Kenapa Sas?" Nirmala bertanya penasaran.
"Lo buruan ke rumah sakit, ayah Lo di rawat" nada panik tersemat dalam ucapan itu.
"Apa?" Nirmala terkejut hingga membuat wanita itu berdiri dari posisi duduknya.
Kamila mengelus dada kaget karena melihat reaksi Nirmala yang terkejut sekaligus takut itu.
"Oke gue ke sana sekarang" Nirmala buru-buru beranjak dari sana, membuka apronnya lalu berlalu dari sana.
"Mbak kenapa?" Kamila bertanya khawatir.
"Mil, mbak titip kafe ya. Ayah mbak masuk rumah sakit" kemudian wanita itu beranjak begitu saja dari sana dengan terburu-buru.
***
Ia berlari di koridor rumah sakit itu, bau obat merebak menusuk hidung bangirnya. Bahkan Nirmala berkendara seperti orang kesetanan beberapa saat yang lalu.
"Sasmi!" Nirmala menangis ketika menghampiri Sasmi.
Gadis dengan blezer hitam itu juga sama kacaunya. Siapa yang tidak terkejut ketika seseorang tiba-tiba jatuh pingsan di depannya.
"Gimana bokap Gue Sas?" Nirmala tidak bisa lagi membendung air matanya. Kesedihan tak bisa lagi ia sembunyikan. Ternyata rasanya sakit sekali.
Nirmala melihat pintu kaca dengan tulisan ICU besar di atasnya. Pastilah keadaannya fatal jika sudah dilarikan ke dalam sana. Seberapa kuat Nirmala mencoba untuk berfikir positif. Tapi apa yang dilihat dan rssakannya menghancurkan pikiran itu tanpa ampun.
"Gue takut Sas." Gumamnya lirih di sebelah sepupunya itu.
Tanpa berfikir panjang, Sasmita menarik Nirmala ke dalam pelukannya. "Lo yang sabar Mal, Om Doni pasti bakalan baik-baik aja" tidak ada jawaban melainkan hanya isakan saja yang terdengar dari mulut perempuan berambut sebahu itu.
Sasmita mengelus punggung sepupunya utnuk memberi kekuatan di sana. Nirmala mengeratkan pelukan itu. Untuk pertama kalinya mereka berdua berpelukan saling menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derana
General FictionNirmala Gaia Respati hanya seorang anak yang tidak pernah dianggap oleh keluarga besar kakeknya. Karena bagi sang kakek ia adalah sebuah kesalahan hanya karena ibunya memilih menikahi orang biasa kala itu. Tapi tiba-tiba kakeknya menyeretnya secara...