28

49.7K 3.1K 19
                                    

Hope u guys enjoy this story, don't copy my story please. Karena ini murni dari pemikiran Author ya.

Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.

Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.

****

"Gemes banget sumpah!" Nirmala tidak berhenti menatap ikan mas koki berjenis lionhead yang mereka beli di pinggir jalan kemarin sore.

"Makan yang banyak ya lili." Perempuan itu menaburkan makanan ikan yang berbentuk butiran-butiran kecil ke dalam jar yang berbentuk bulat aestetic itu.

"Fokus banget sampe nggak jawab salam aku?"

Nirmala melihat Damaresh dengan binar senang pada kedua matanya. Damaresh yang ditatap jadi salah tingkah. Ah, tapi sepertinya ada yang salah. Istrinya itu tidak benar-benar menatap ke arahnya.

Nirmala berjalan mendekat ke arah Damaresh. Damaresh kira istrinya itu akan mencium tangannya, nyatanya wanita itu malah mengambil sebuah jar kecil yang Damaresh bawa di tangan kanannya.

"Gemes banget mas, makasih ya." Ucapnya Girang. Membuat Damaresh tak jadi kesal karena melihat istrinya bisa sebahagia itu.

Itu adalah sebuah ikan mas koki baru berjenis fancy panda. Dinamai Fancy panda dikarenakan jenis ikan tersebut menyerupai hewan khas negeri Tirai bambu itu. Merupakan salah satu jenis ikan yang langka dalam keluarga mas koki. Tentu saja harganya sedikit mahal tapi itu bukan apa-apa bagi pria seperti Damaresh yang menawarkan Black card seperti menawarkan permen seribuan kan?

"Gemoy banget! Nama kamu panda sekarang. Ayo kita masuk ke rumah baru."

Nirmala berjalan ke arah Lili, ikan mas koki barunya. Hal itu membuat Damaresh mencebik, "masa saya kalah sama ikan pinggir jalan sih?"

***

"Lo sakit Mal?" Nadya bertanya pada Nirmala yang sedang sibuk membereskan barang-barangnya. Beberapa menit yang lalu, wanita hamil itu meminta izin untuk pulang cepat.

"Nggak kok."

"Tumben?... biasanya kan Lo paling males kalo disuruh pulang duluan."

Nirmala menoleh ke arah sahabatnya itu. "Gue mau ngasih makan panda Gue?"

Dahi Nadya berkerut bingung, "Lo piara panda gitu?"

"Iya, Gue lupa titip ke mbak yang ada dk rumah. Sayang kalo mati, soalnya pas Gue cek harganya lumayan mahal."

"Bagimane ceritanya Lo pelihara panda?"

"Stt, cito nih!"

Mulut Nadya terbuka begitu saja, tidak percaya dengan kata-kata sahabatnya itu. "Lo sedeng? Cito apaan? Jangan ngadi-ngadi Lo!" Mata Nadya makin melotot dibuatnya.

"Language please, nanti anak Gue denger Nad. Mulut Lo kasar banget."

Nirmala mengusap perutnya yang masih rata itu. "Amit-amit jabang bayi."
Nirmala lalu langsung bergegas dari sana, meninggalkan Nadya yang tambah melebarkan mulutnya tidak percaya.

"Padahal gue imut-imut tau! Bisa-bisanya tu mulut bumil typo!" Gelak tawa terdengar dari meja kasir. Nadya membungkam Mila dan juga Mas Rikk dengan belitan mata, tapi malah makin membuat kedua orang itu tertawa.

"Semprul!" Umpatnya kesal.

***

"Mas Aresh!" Nirmala menghampiri Damaresh yang baru pulang dari kantor. Hari ini sudah sore rupanya, tidak terasa bagi seorang Nirmala yang punya hobi baru.

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang