Hope u guys enjoy this story, don't copy my story please. Karena ini murni dari pemikiran Author ya.Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.
Jangan lupa bintang di pojok kiri dan komen dan komennya ygy :)
****
Sudah tiga hari Nirmala tinggal di rumah besar milik Galendra. Gadis itu merasa bosan karena tidak melakukan apa-apa.
Rumah besar ini ramai tapi terasa sunyi, karena hanya diisi oleh beberapa pelayan dan penjaga.
Biasanya jam segini Nirmala masih sibuk di kafe untuk melayani beberapa pembeli. Ataupun sekedar bersantai menikmati pemandangan padatnya jalanan ibu kota.
Di rumah besar ini Nirmala tidak bebas melakukan apa saja. Semua sudah dilakukan oleh pelayan atas perintah Galendra.
"Ternyata begini rasanya jadi Sasmita, bosen... nggak ada enak-enaknya." Gadis itu menghembuskan nafas kasar.
Sebelum jam makan siang tiba, akhirnya Nirmala memutuskan untuk membuat brownis saja. Hitung-hitung untuk mengusir rasa bosan gadis itu.
Di dapur rumah besar milik Galendra ini sangat tidak mungkin bila peralatan masaknya tidak lengkap. Terlihat dari dapurnya saja besar dan nampak istagramable.
Lalu gadis itu memeriksa bahan-bahan di dapur. Mulai dari tepung terigu, telur , gula dan bahan-bahan lainnya.
Bagai mendapatkan air di tengah gurun pasir, Nirmala bahkan menemukan berbagai macam kacang-kacangan di dalam sebuah lemari. Merupakan sebuah kebetulan yang sangat diharapkan.
"Kamu ngapain Nirmala?" Ayahnya datang dari arah belakang rumah itu, di sana terdapat taman hijau, kolam berenang, dan juga gazebo untuk duduk yang dilengkapi dengan kolam ikan hias.
"Nirmala mau bikin makanan ayah." Gadis berambut sebahu itu terkekeh.
Doni mengangguk, "pasti kamu bosen ya?... kalo gitu ayah ke taman lagi deh. Ayah cuma mau ambil ini." Doni mengangkat gelas yang berisi air putih, rupanya ayahnya itu ke dapur hanya untuk mengambil minum.
Setengah jam kemudian, Nirmala mengangkat brownis dari kukusan. Uap panas mengepul dari sana. Harum manis tercium dari uap yang menguar.
Gadis itu tersenyum, lalu dia menuangkan coklat yang sudah dilelehkan dan meratakannya. Memotong brownis itu menjadi beberapa bagian kecil, dan tak lupa gadis itu menambahkan kacang-kacangan di sisi atas brownis itu.
Waktu hampir menunjukan jam makan siang, dan sebentar lagi Galendra pasti akan pulang untuk makan siang bersama. Itulah kira-kira yang terjadi tiga hari belakangan ini.
Nirmala memutuskan untuk membereskan dapur yang sedikit kacau. Beberapa maid menawarkan bantuan padanya, tapi gadis itu menolak dengan halus. Karena bagaimanapun ia yang memakai dapur dan gadis itu merasa harus bertanggung jawab atas itu, ya termasuk persoalan membereskan setelah memakai.
"Wah udah jadi?" Doni memasuki dapur kembali. Matahari sedang terik-teriknya, mungkin karena itu ayahnya memutuskan untuk masuk saja.
"Ayah mau?" Doni mengangguk, ia bersiap mengambil satu potong brownis itu. Tapi tangannya buru-buru dijauhkan dari sana oleh Nirmala.
"Tunggu dulu yah hehe." Nirmala terkekeh lalu mengeluarkan gawainya dari dalam saku kulot hitamnya itu. Mengambil beberapa bagian untuk dokumentasi dan memamerkan pada Nadya dan kawan-kawan tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derana
General FictionNirmala Gaia Respati hanya seorang anak yang tidak pernah dianggap oleh keluarga besar kakeknya. Karena bagi sang kakek ia adalah sebuah kesalahan hanya karena ibunya memilih menikahi orang biasa kala itu. Tapi tiba-tiba kakeknya menyeretnya secara...