Hope u guys enjoy this story, don't copy my story please. Karena ini murni dari pemikiran Author ya.Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.
****
Di sepanjang jalan Nirmala hanya menghabiskan waktunya untuk memandangi jalanan padat ibu kota yang dilaluinya.
Tau-tau dirinya sudah sampai saja di sebuah rumah mewah yang hampir mirip dengan mansion itu.
Bangunan putih tua yang sudah berdiri puluhan tahun itu masih tetap kokoh karena sangat di rawat. Gaya klasik menonjolkan kesan mewah.
Sudah hampir 5 tahun tidak menginjakan kaki di neraka bersangkar emas ini, Nirmala tidak begitu banyak melihat perubahan pada bagian luar rumah ini. Begitu juga dengan orang-orangnya, mungkin.
Nirmala mulai memasuki rumah itu, tidak seperti di film atau pun drama yang harus ditarik dan diseret dengan kasar. Karena Nirmala menepati janjinya, ya ia bekerja sama dengan kedua pengawal tadi untuk tetap menurut.
Nirmala langsung di sambut dengan Galendra.
"Halo tuan Galendra." Nirmala menunduk hormat seperti biasa.
Galendra bersedekap, tidak seperti dengan cucu ataupun tamu lainnya yang akan langsung di minta duduk serta disuguhkan makanan atau sekedar ditawarkan minuman. Ia dibiarkan berdiri.
Dan Nirmala juga tidak terlalu perduli, ia juga ragu menyentuh sofa suci yang ada di dekat tempat Galendra berdiri itu.
"Kau terlihat baik, syukurlah! Berarti kau mau bekerja sama dengan para pengawal ini."
Nirmala yang tadinya menunduk, tiba-tiba mendongak setelah ia mempersiapkan hatinya untuk menghadapi orang macam Galendra ini.
"Ah! Tentu saja Tuan Galendra, anda sepertinya repot-repot sekali ya?"
Nirmala terkekeh di sela-sela pembicaraannya, "mendatangi tempat kerja saya, dan yang lebih mengejutkan anda menjemput saya dengan limusin dan repot-repot mengirimi saya dua orang pengawal ini?"
Kedua pengawal itu tidak berani menatap Galendra atau pun Nirmala. Mereka terus menunduk sejak mereka memasuki rumah besar ini.
"Oh atau jangan-jangan penguntit? Jadi anda yang mengirimi orang-orang ini? Ck! Orang kaya memang selalu kurang kerjaan."
"Jaga bicaramu Nirmala!... kau, sama pembangkangnya dengan ibumu itu." Galendra berteriak marah.
Nirmala tetap tenang, dan mencoba untuk tidak terpancing.
"Kau membuatku malu, aku menyuruhmu untuk datang secara baik-baik kemarin. Tapi kau sepertinya malah ingin menjadi seorang pembangkang hah?" Galendra berbicara dengan emosi.
Nirmala agak bingung, ia masih memikirkan perkataan Galendra barusan. Datang secara baik-baik? Di bagian mana?
Gadis berambut sebahu itu paham, orang seperti Galendra ini sangat tidak mau bila harga dirinya tercoreng. Mungkin kemarin salah satunya.
Di tengah suasana yang memanas itu, seorang perempuan cantik dan modis memasuki rumah. Heels setinggi 8 cm itu bergema ketika mencium lantai.
Kulit putih bersih, muka glowing, Nirmala cukup tau sih, pasti Skincare nya berharga jutaan rupiah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Derana
General FictionNirmala Gaia Respati hanya seorang anak yang tidak pernah dianggap oleh keluarga besar kakeknya. Karena bagi sang kakek ia adalah sebuah kesalahan hanya karena ibunya memilih menikahi orang biasa kala itu. Tapi tiba-tiba kakeknya menyeretnya secara...