8

66.7K 4.7K 46
                                    


Dirgahayu Republik Indonesia ke 77 🇮🇩

Hope u guys enjoy this story, don't copy my story please. Karena ini murni dari pemikiran Author ya.

Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.

Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.

****

"Ada apa gerangan hingga anda repot-repot menghampiri saya Sasmi?" Nirmala bertanya pada sepupunya itu dengan nada mengejek. Ia agak bingung, untuk apa gadis itu repot-repot datang ke kamarnya.

Sasmi datang juga tidak dengan tangan kosong, melainkan dengan tas yang menyerupai koper kecil yang bisa ditenteng.

"Kamu sudah mandi?"

"Yap, seperti yang kamu lihat. Oh saya lupa tidak terlihat seperti orang yang sudah mandi ya?" Setelah mengatakan itu Nirmala terkekeh ringan.

Tanpa diperintah Sasmita langsung memasuki kamar Nirmala. Agak tidak sopan memang tapi Nirmala tetap maklum, titisan Galendra memang merata seperti itu, maunya dihormati tapi tidak mau menghormati.

"Mata Lo bengkak, turut berduka buat bokap Lo." Ucap Sasmita enteng.

Nirmala tambah bingung, hubungan sedekat apa yang mereka punya hingga Sasmita mendadak mengajak Nirmala berbicara tanpa kata-kata formal.

"Duduk!" Sasmita meminta Nirmala duduk di meja rias yang ada di kamarnya itu.

Nirmala memang masih bingung, tetapi gadis berambut sebahu itu tetap menuruti.

Sasmita membuka tas yang hampir mirip koper tadi. Rupanya isinya adalah seperangkat alat makeup, Nirmala tidak heran, karena dari gaya dan penampilan sepupunya itu saja sudah modis, tidak mungkin dia tidak pandai berdandan.

"Kenapa kakek nyuruh Lo? Bukannya dia bakalan dapet saham 1000 lot dari keluarga yang bakalan Gue nikahin?"

"Diem! Hitung-hitung buat latihan. Kita nggak mungkin nunjukin ketidak harmonisan keluarga kita di depan orang kayak mereka kan?"

"Loh kenapa Sas? Kan emang gitu adanya. Jadi Lo mau gue berlagak jadi salah satu cucu tersayang di keluarga Galendra gitu?... atau Lo semata-mata ngelakuin ini cuma karena pengen dapet komisi dari 1000 lot saham yang bakalan kakek Lo dapet?"

"Diem! Itu bukan urusan Lo. Kakek cuma nggak mau Lo nggak nyaman sama orang baru kalo nanti Lo di bawa ke salon dan sebagainya."

Nirmala terkekeh sinis, dahinya sedang didandani oleh Sasmita ini. Ntah bagaimana hasilnya Nirmala pasrah saja.

"Jangan ngomongin orang baru. Lo, kakek Lo, keluarga Lo, bahkan calon suami gue tu orang baru apa Lo lupa?"

Sasmita mendadak berhenti sejenak, lalu dia melanjutkan kembali kegiatannya. Berusaha mengabaikan perkataan Nirmala yang memang benar adanya.

"Ck! Okelah. Mari kita mulai dramanya kalo gitu... tolong buat Gue secantik mungkin biar keluarga Lo terutama kakek Lo itu nggak malu."

***

Waktu hampir menunjukan pukul 19.30, Nirmala mulai menuruni tangga karena kamarnya berada di lantai 2 rumah ini.

Ia menuju ke ruang tamu. Di sana sudah berkumpul beberapa orang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang