HYUNG (HyungKi)

113 7 0
                                    



"Siapa menabur, akan menuai."

"Apa salahnya memberi kesempatan pada Hyunwoo? Dia orang yang baik, Ki..." cecar Minhyuk entah berapa kali hari ini.

Kihyun menghela nafas dan berjalan melewati Minhyuk yang masih mengekorinya dengan agenda cupid miliknya yang terdengar gigih.

"Coba dulu. Aku jamin dia bisa memperlakukanmu dengan baik. Ya? Oke?"

"Hanya karena orang baik kepadaku, lalu aku harus bersikap baik juga. Minggir..." Ujar Kihyun mendorong lengan Minhyuk yang menghalanginya membuat kopi.

"Ayolah, kalau kau terus seperti ini... Mana ada hal baik datang? Yang ada, semua pergi."

Kihyun menghela nafasnya lagi.

"Kalau begitu aku bisa selibat saja."

"Yoo Kihyun..."

"Sudah... kalau kau merasa maha tahu kalau Hyunwoo orang baik, kau saja yang jalan dengannya." Final Kihyun sebelum berjalan keluar galeri meninggalkan wacana kopi hangat yang tidak jadi ia buat karena Minhyuk mengganggunya dan berakhir ia harus kabur keluar membeli kopi seperti yang sudah-sudah.

Kihyun sebenarnya tak yakin dari mana kebanyakan orang berpikir bahwa ketika kita baik, hal baik akan terjadi pada kita dan hal buruk hanya terjadi pada mereka yang jahat. Karena, 10 tahun yang lalu saat Kihyun berusia 13 tahun, Kihyun jelas belajar bahwa frase bijak itu tidak sepenuhnya benar.

Kihyun saat itu menghela nafasnya, masih menatap lembaran penilaian hasil ujian ditangan kirinya. Tidak ada yang salah atau pun buruk dari bulatan nilai di sana. Kihyun berusaha cukup rajin dan sungguh-sungguh, jadi nilai dengan rata-rata kepala sembilan adalah hasil terbaik dari semua usahanya. Yang jadi masalah adalah surat panggilan untuk orang tua yang ia pegang dengan tangan kanannya. Matanya kini fokus pada amplop putih itu.

Sebuah surat pemanggilan yang pertama kali ia dapatkan selama ia sekolah, sampai di bangku SMP. Surat yang biasanya hanya diberikan pada anak yang bermasalah, dan kini Kihyun harus mencicipinya. Bukan karena ia bermasalah, tapi surat ini justru hasil dari sikap baiknya yang berbalik menikamnya.

Kihyun pikir saat Ia berbuat baik dengan berkata bahwa ia yang mencuri dompet salah satu siswa, karena ia ingin menyelamatkan 'pelaku' dari skorsing karena rasa iba, justru menjadi bumerang baginya. Saat itu Kihyun mengerti sikap iba, baik, dan penuh belas kasihan belum tentu berbalas baik juga. Terbukti bahwa 'si pelaku' justru menuduhnya dengan kesaksian berbalik. Membuat Kihyun benar-benar terlihat seperti pelakunya. Kihyun tidak menyangka, berbuat baik ternyata harus tepat sasaran.

Kihyun meletakkan kepalanya pada meja kafe dimana ia duduk selama satu jam tadi. Matanya memandang ke sekeliling sebisanya. Hanya ada orang-orang dewasa yang bercengkrama kala itu, dan hanya dirinya yang masih mengenakan seragam yang tersamarkan oleh Hoodie over-sizednya.

'Apa orang-orang dewasa yang tertawa itu juga mengalami ketidak adilan?', pikirnya.

Tangan Kihyun meraih garpu dan menyuap potongan cake coklat yang tinggal separuh. Mengunyah pelan-pelan sambil merenungi pengalaman barunya hari itu. Bahkan sampai bisa meragukan ucapan pendetanya yang tiba-tiba ia ingat, dimana jika menabur hal baik, akan berbuah hal baik.

Kihyun berdecih.

'Bohong. Hal baik apanya. Malah dapat surat panggilan.'

Dan tepat saat kekesalan hampir memuncak, dan Kihyun hendak berkomitmen untuk tidak berbuat baik lagi, pundaknya merasakan tepukan seseorang yang membuatnya menegakkan badannya.

"Apakah kamu sendirian?"

Kihyun mengernyit. Ia seketika ingat ucapan ibunya tentang tidak berbicara dengan orang asing. Jadi, alih-alih menjawab, Kihyun hanya diam dengan garpu yang masih menggantung di sela bibirnya.

GOOD MORNING (MONSTA X ONESHOT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang