"MY LOVE IS HURT"
✴✴✴✴✴
Hoseok menghela kasar nafasnya saat mengganti handuk hangat yang menempel di dahi Jooheon. Pandangannya beralih pada Hyunwoo yang sedang memeriksa termometer di tangannya. Semalam Hyunwoo menelpon dan memberitahunya bahwa Jooheon demam. Bukannya Hoseok tak percaya Hyunwoo tidak bisa merawat Jooheon sendirian, hanya saja berteman terlalu lama dengan Hyunwoo membuatnya paham bahwa ayah anak ini tidak hanya sakit fisik tetapi lebih dari pada itu.
"Panasnya mulai turun.", ucap Hyunwoo setelah melihat skala termometer di tangannya.
Hoseok menggumam mengiyakan sambil memandangi Jooheon yang menggigil di depannya. "Apa kini kau sudah sadar Hyunwoo-ya?", tanya Hoseok lirih. Tangan kanannya menepuk ringan dada Jooheon yang tidur di depannya.
Hyunwoo diam. Ia bukannya tak mendengar, ia hanya tidak berniat menjawab perkataan Hoseok. Ia tahu kepergian Kihyun karenanya tapi menjawab pertanyaan Hoseok sama saja membuatnya merasa semakin jatuh sejatuhnya. Seminggu yang lalu adalah puncak kehilangan yang Hyunwoo dan Jooheon akhirnya rasakan. Malam itu ia menangis bersama sambil memeluk putranya yang mulai mengerti bahwa ada yang terhilang dari kehidupan mereka.
"Hyunwoo." Tak kunjung mendapat jawaban Hoseok memanggil kembali sahabatnya itu. "Kau masih juga belum menyadarinya?"
"Geumanhae Hoseok-ah...", jawab Hyunwoo sekenanya dan berjalan keluar meninggalkan kamar Jooheon seolah takut jika putranya yang sakit itu akan terbangun karena ia tak bisa menjaga emosinya. Melihat itu, Hoseok ikut menyusul Hyunwoo yang tengah menghindari pertanyaannya.
"Kau harusnya mengesampingkan egomu sejenak, Hyunwoo. Kau tidak berniat membuat satu per satu orang di sampingmu pada akhirnya pergi??", cecar Hoseok tanpa ampun meski Hyunwoo tampak tak peduli dan memunggunginya. "Sampai kapan kau-"
"Geumanhae, Hoseok-ah.", ucap Hyunwoo sambil meletakkan kasar gelas minumnya membuat Hoseok tak sampai menuntaskan ucapannya. "Geumanhae... Jebal... Geumanhae..." Hyunwoo tercekat dengan ucapannya sendiri. Ia terisak di sela-sela ucapannya yang mengulang kalimat permohonan agar Hoseok tak melanjutkan pernyataan maupun pertanyaan yang membuatnya semakin tak pantas untuk di maafkan. Air matanya tak banyak, tapi rasa bersalahnya terasa menyesakkan.
"Aku tahu semua salahku. Aku tidak menjadi seorang yang baik untuk Kihyun sehingga ia pergi. Aku tahu aku yang membuatnya pergi. Jadi hentikan, aku-" , Hyunwo tercekat dengan ucapannta sendiri.
Hoseok hanya bisa tertegun simpati melihat sahabatnya dalam kondisi seperti ini untuk pertama kali dalam rentang pertemanan mereka. Seorang Hyunwoo yang Hoseok kenal sangat tangguh pada akhirnya juga memiliki sisi seperti ini juga. Ia menepuk punggung Hyunwoo yang menangisi kebodohannya di dapur apartemennya. Setidaknya ia meyakinkan Hyunwoo bahwa ia tetap menjadi temannya meskipun ia tidak berkompromi dengan apa yang selama ini Hyunwoo lakukan.
"Kau tau Hyunwoo..." Ujar Hoseok pada akhirnya. "Kadang kita hanya kurang peduli. Mungkin sebelumnya kita merasa baik-baik saja, tapi belum tentu di sekitar kita juga baik-baik saja. Jika kita melihat seseorang tersenyum, belum tentu ia tersenyum untuk dirinya sendiri. Bisa saja ia melakukan itu hanya karena dia tahu, kita menginginkan dia seperti itu. Kau harus tahu, kenyamanan kadang bisa juga mengarahkan kita pada keegoisan yang berlipat ganda. Kenyamanan membuatmu enggan lagi melihat sekitar karena kau takut hal itu akan merusak pola hidupmu yang semula kau sebut 'baik-baik' saja. Hingga kau lupa, waktu terus berjalan dan kehidupan akan berubah sebagaimana dunia berputar. Perubahan itu pasti terjadi, yang salah adalah saat kita tidak bijak menghadapi perubahan. Jangan pernah salahkan orang yang berubah. Setiap kita memiliki perasaan, situasi dan pilihan yang memang mengharuskan kita berubah dan memperbaiki diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD MORNING (MONSTA X ONESHOT)
FanfictionBeautiful things don't ask for attention. Good morning! A short story collection with all pairing Monsta X. Happy reading!