[SISTERSHIP] [JENNIE & LISA]
"Aku hidup hanya sebatas penyembuhmu. Dan itu tidak berarti apa-apa." Joo Lisa
"Sekalipun hidupku di ambang kematian, aku tidak ingin melibatkanmu untuk bertahan hidup lebih lama." Joo Jennie
Waktu begitu sempit hingga k...
Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading.
=========================
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lisa syok berat mendengar kabar duka itu. Dia tidak masih tidak menyangka. Padahal, tadi pagi dia sempat ke rumah Sohee, membawakan perempuan itu buah-buahan karena Sohee masih dalam keadaan sakit. Seperti diputarbalikkan begitu saja oleh takdir, hari ini dia mendapat kabar yang sampai saat ini sulit dia percayai.
“Sohee eonni tidak mungkin meninggal,” ucap Lisa lirih. Sambungan telepon itu sudah berakhir.
Jennie yang mendengar Lisa berkata demikian, sontak bangkit dari posisi duduknya lantas menghampiri adiknya.
“Jeon Sohee meninggal?” Jennie bertanya kembali, memastikan itu pada sang adik.
Lisa mengangguk, dengan air mata mengalir deras.
Sebuah goresan muncul di hati Jennie saat melihat Lisa menangis.
“Aku harus pergi. Bae Irene akan sampai sebentar lagi. Pulanglah bersamanya, segera ke rumah sakit.”
“Biarkan aku ikut bersamamu.”
“Aku tidak butuh ditemani,” tandas Lisa lantas meninggalkan Jennie begitu saja.
Jennie menatap nanar kepergian Lisa. Adiknya terlihat begitu sedih saat mendengar berita duka dari Jeon Sohee. Satu hal yang mengganggu pikiran Jennie dan ketika memikirkannya membuat hatinya semakin tidak karuan. Jennie berpikir, apakah adiknya akan merasa kehilangannya jika suatu saat Jennie pergi nanti?
Hingga kedatangan Irene membuat Jennie tersadar dari lamunannya.
“Lisa di mana? Dia yang memberitahuku kau ada di sini. Kita harus segera ke rumah sakit. Kedua orang tuamu sangat mengkhawatirkanmu.” Irene terlihat cemas.
“Eonni, ikuti mobil Lisa. Aku ingin memastikannya baik-baik saja.”
“Mwoya? Kondisimu tidak memungkinkan, kau harus segera ke rumah sakit.” Irene menolak mentah-mentah keinginan Jennie.
“Aku tidak peduli, cepat lakukan perintahku.”
“Aku tidak mau disalahkan ibumu. Jadi, kumohon ikut denganku ke rumah sakit.”
Jennie menatap Irene dengan derai air mata. “Lisa membutuhkanku saat ini, dia baru saja kehilangan seseorang yang sangat penting di hidupnya. Jadi, aku ingin berada di sampingnya dan menjadi sandaran untuknya.”
“Tapi—”
“Mulai sekarang, aku yang akan menggajimu. Mulai sekarang, kau harus melakukan apa yang kusuruh. Eonni, jebal.”
Kepala Irene mau pecah rasanya mendapat tekanan sana sini. Sungguh bekerja dengan Keluarga Joo membuatnya mengalami penuaan lebih cepat. Akhirnya dia menuruti kemauan Jennie lantas mengejar mobil Lisa yang sudah tertinggal cukup jauh.