-is't not the same as it was-
"Ayah... Lion kenapa?" Tanyaku yang mulai menjatuhkan pesanan bunda
Aku kembali melihat keadaan sekitar. Tangan dan wajah kak aran di penuhi dengan darah ada palu di tangan kak aran yang menangis tersedu-sedu. Bunda memeluk kak aran sembari menangis pula. Dan yang pling membuat ku tidak bisa mengontrol diri ku lagi. Ayah menggendong lion yang sudah tidak berbentuk lagi.
Iya, aku yakin itu lion. Bulu itu, kalung itu walaupun banyak darah yang menodai bulu indahnya. Aku yakin kalo itu lion ku
Aku yang sudah tak bisa mengontrol emosi ku yang sudah lelah seharian ini. Berjalan dengan yakin dan tegap menuju kak aran. Aku tarik kerah kak aran sampai kak aran terlepas dari pelukan bunda. Aku memukuli kak aran dengan sadarku dan memakinya
"APA SALAH LION? KENAPA LU HARUS NGEBUNUH DIA BANGSAT" satu pukulan mendarat di wajah kak aran
Kak ara yang masih belum bisa mengontrol emosi nya mulai terpancing lagi.
"DIA PANTAS DI BUNUH" Jawab kak aran sembari melepaskan tanganku yang mencekram kerah bajunya
Bunda yang kaget, mendekat dan berusaha untuk memisahkan kita. Ayah juga mulai menahanku yang hendak kembali memukul kak aran
"APA HAK LU BUAT BUNUH DIA BANGSAT, DIA TEMEN GUA SETAN" ucapku masih tak Terima dan berusaha untuk lolos dari pelukan ayah cio
"DIA UDAH BIKIN CHIKA TERLUKA, KUCING BODOH LU ITU UDAH BIKIN ORANG YANG GUA SAYANG BERDARAH" jawab kak aran yang juga ingin melepaskan diri nya dari bunda dan memukulku
Aku terdiam sejenak dan mencerna kata-kata kak aran. Aku mulai mengatur nafasku. Kemudian aku tersenyum smirk dan berkata
"Lu emang pembunuh handal kak, kak chika yang cuma terluka sedikit aja lu udah ngebunuh lion. DASAR SIKOPAT LU SETAN" Sembari meninggikan suaraku d akhir dan mulai memberontak ingin memukul kak aran lagi
"Heyy... Lu lupa kalo lu lebih SIKOPAT dari gua.. Lu yang ngebunuh 2 penculik ashel yg akhirnya bikin ayah di penjara.. Walaupun akhirnya bunda nebus ayah setelah 2 tahun.. LU LUPA HAH" jawab kak aran dengan tegasnya
Seketika aku terdiam dan memandang bunda dan ayah. Apakah yang di ucapkan kak aran benar adanya? Aku masih mencari jawabannya dan berusaha mengingat nya
"Lu itu PEMBUNUH nya zee tapi ayah yg harus jadi tumbalnya.. Lu ngga tau sehancur apa keluarga kita..gua yang harus menahan diri seakan tak tau apa2.. Bunda yang terus berusaha untuk meyakinkan ayah kalau itu semua bukan salah ayah... Dan lu dengan mudahnya melupakan hal itu dan merasa tersakiti karna di tinggal ashel"
"Tindakan om shamy benar sudah membawa ashel pergi menjauh dari pembunuh seperti lu.. Jangan selalu merasa paling tersakiti karna semua sumber masalahnya itu di lu... Lu pe-" Belum kak aran usai mengatakan semunya bunda teriak
"SUDAH CUKUP.. CUKUP ARAN.. CUKUP" Bunda menangis, lagi dan sekarang itu karna ku
Aku menjatuhkan diriku sembari menunduk dan berusaha mengingat semua hal itu. Tapi tak ada sedikit pun yang aku ingat. Aku mulai gelisah dan ketakutan.
"Aku bukan pembunuh... Aku bukan pembunuh... Kak aran yang pembunuh... Aku bukan pembunuh" Aku mulai meringkuk dan meracau sendiri
Seketika kak aran berdiri kaku dan mulai sadar dengn dengan keadaan yang telah terjadi. Ayah memelukku
"Ngga sayang.. Kamu bukan pembunuh.. Kamu bukan pembunuh.. Sudahh zee... Sudah jangan gini lagi" Ucap ayah khawatir sambil memelukku
"Aku bukan pembunuh yahh.. Aku bukan pembunuh.. AYAHH AKU BUKAN PEMBUNUH.. HIKSSS.. BUNDAAAA.... ZEE BUKAN PEMBUNUH" aku benar-benar tak bisa mengendalikan diriku lagi aku benar-benar takut
Aku benar-benar gelisah. Aku kedinginan. Aku bersalah. Aku berhak di hukum.
Tiba-tiba tubuhku mengejang dan aku tidak sadarkan diri.
Aran POV
"Bunda.. Bunda.. Maafkan aran bunda.. Aran ngga tau kenapa aran bilang gituu.. Bundaa.. Hiksss.. Bunda... Maafkan aran bunda" Aku benar-benar bodoh kenapa aku harus mengatakan semua hal itu
Aku menarik rambut ku untuk menghilangkan rasa bersalah dan gelisah ku aku menampar wajahku dan saat aku ingin memukulkan kepalaku pada lantai bunda menahanku
"Sudah.. Sudah aran.. Iya sudahh.. Sudah yaa.. Kamu ngga salah sudah yaaa sudah" Bunda memelukku dengan tangan bunda yang terus menepuk-nepuk pundakku pelan.
Itu benar-benar mampu membuat ku tenang. Aku masih menangis begitu pun bunda. Ayah sudah membawa zee ke kamar ayah yg ada d lantai satu
"Harusnya aran bisa jaga mereka nda.. Harusnya aran aja yang di culik.. Harusnya aran bunda yang membunuh penculik ituu... Harusnya aran yang di penjara.. Hikss.. Bunda maafkan aran... " Racauku masih terus menangis
Bunda memelukku dengan erat dan berusaha untuk memenangkan ku. Aku berusaha untuk mengendalikan diriku yang masih gelisah dan ketakutan. Bagaimana ini adikku akan kembali seperti dulu lagi. Semua salahku
"Arrrggghhh... Bundaa.. Maafkan aran bunda... Bunda boleh pukul aran bunda... Hiksss... Bunda... Maaf bunda... "
"Sudah aran.. Sudah.. Bunda sudah maafin aran.. Aran yang tenang ya sekarang... Zee bakal baik-baik aja" Ucap bunda sembari mengelus pundakku
_tak ada tempat ternyaman selain pelukanmu_
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyatu Dalam Angan (END)
FanfikcePOKOKNYA POKOKNYA NIH YA JANGAN BACA!! BIAR NGGA D TAGIH S2 kenapa harus dia yg membuatku jatuh dan bangkit lagi? -zee aku bukan pergi untuk menetap, tapi pergi untuk menjadi yg tepat - ashel kalau aku bisa melihatmu tersenyum itu sudah cukup - adel...