3

32.9K 1.6K 1
                                    


"Kak? Tumben pulang malam begini? Dari mana?" ucap Alaina saat melihat putra sulungnya datang, mukanya terlihat begitu lelah.

Argan mendekat memeluk bundanya  dengan erat.

"Kenapa Kak?" ucap Alaina  mengelus-elus punggung Argan pelan.

"Argan tadi habis dari restoran dekat sini, terus ya males kalau putar balik ke apartemen jadi pulang. Bunda juga kok belum tidur kenapa?" Jawab Argan melepaskan pelukannya.

Alaina tersenyum mengajak Argan duduk. "Lagi nunggu Ayah kamu, tadi bilang habis ini mau pulang. Kebetulan Bunda juga belum ngantuk jadi sekalian nunggu disini"

Argan mengangguk paham, Bundanya ini memang istri idaman semua suami. Di usianya yang tidak muda lagi Alaina masih saja terlihat begitu cantik, kecantikannya seolah tidak luntur oleh umur. Argan sangat mengidolakan Ibundanya, bahkan dia berharap istrinya nanti bisa seperti Alaina yang selalu sabar menemani sang Ayah disaat susah maupun senang dan selalu ada untuk anak-anaknya.

"Mending tunggu di kamar aja Bun, gak baik malam-malam gini masih di ruang tamu, kalau Bunda masuk angin gimana?" ucap Argan menasehati, menatap Bundanya yang hanya tertawa santai.

"Kamu ini kayak gak kenal Bunda aja, Bunda kan udah biasa begini, kamu gak perlu khawatirlah" sahutnya.

Argan geleng-geleng kepala. "Tapi gak baik Bunda, Bunda kan umurnya tambah nambah"

Alaina mendengus, memukul lengan putranya dengan sebal. "Kamu ini ngatain Bunda udah tua iya kan?"

Argan terkekeh geli lalu menyatukan kedua tangannya tanda minta maaf. "Gak gitu Bunda, Argan kan cuma mau mengingatkan aja"

"Ya makanya kamu ini, udah tau Bunda tambah tua. Bunda mau nimang cucu, gak kamu gak Raygan sama aja gak ada yang mau menikah. Bunda sampai malu kalau lagi kumpul, semua teman Bunda udah punya banyak cucu, sedangkan Bunda? Satu aja belum" omelnya membuat Argan terdiam, tidak tau harus menjawab apa.

Alaina menatap Argan yang terdiam pun kembali bersuara. "Bunda tau kamu berat menerima semua ini Nak, tapi coba kamu pikiran lagi ya pilihan Ayahmu itu. Bunda juga sudah mengenal Raline, anaknya sangat cerdas, didikan keluarganya benar-benar bagus. Bunda yakin kalian berdua cocok" ucap Alaina kini mengelus-elus lengan Argan pelan.

Argan mendengus, apa tadi yang Bundanya bilang? Raline wanita yang baik? Pakaiannya saja tidak mencerminkan dia perempuan baik.

"Kalau aku nolak juga percuma kan Bun? Ayah tetap bersikeras sama keputusannya" ucap Argan pelan, lalu tiba-tiba pintu utama terbuka menampilkan Ayahnya yang terlihat lelah.

"Argan? Tumben?" ucapnya saat masuk rumah, Alaina berdiri menyambut suaminya, memeluknya sekilas.

"Kenapa? Ini masih rumahku kan?" ucap Argan menatap Rayhan dengan sorot mata tajamnya. Membuat Rayhan menghela nafas berat.

"Bagaimana kamu sudah bertemu berdua dengan Raline? Kamu harus lebih dekat dengannya, sebentar lagi kita akan meminangnya dan kalian akan menikah secepatnya"

Argan berdecak kesal, menghiraukan ucapan ayahnya dan berjalan masuk ke dalam kamar. Dirinya butuh ketenangan sekarang.

"Lihat anakmu itu, sangat tidak sopan" ucap Rayhan mengadu ke istrinya.

Alaina tersenyum kecil, mengecup pipi Rayhan, menenangkan suaminya itu. "Dia masih shock Mas, wajar begitu. Tenang saja, dia tau tanggung jawabnya"

*******

"Gimana lo kemarin? Berhasil bujuk dia untuk batalin perjodohan gak?" ucap Dea, yang baru saja sampai di kamar Raline.

Raline menggeleng. "Bokap dia sama kayak bokap gue katanya, keras kepala. Gue pusing Mbak, cara apalagi dong yang harus gue lakuin. Kata dia kalau gue mau, gue di suruh bawa cowok pulang, sialan banget gak sih? Gue aja gak punya teman cowok" 

Dea tertawa, terbahak-bahak. "Sudah gue duga bakal begini, makanya udah nurut aja kalian nikah. Daripada lo cari cowok sendiri? Justru gak bener! Cowok sekarang tuh yang dipikirkan cuma selangkangan, ya kalau lo mau sih silahkan"

"Lo tega banget sih Mbak! Gak mau, gue tuh maunya gak nikah, hidup bebas tanpa beban udah" renggeknya.

"Raline lo ini pinter kan? Dengan lo nikah dengan seorang Argan Anargya hidup lo bakal bebas tanpa tuntutan dari Pak Adi lagi, lo juga bisa kemana aja tanpa harus kerja keras Raline!"

"Apa-apaan? Gak mungkin dia kasih gue bebas gitu aja, pasti dia juga tuntut gue seperti Papa" ucap Raline masih tidak terima.

Dea geleng-geleng melemparkan bantal ke arah Raline. "Ya namanya juga pernikahan paling-paling ya lo disuruh layani dia sama mengandung anaknya itu aja, gue rasa Argan ini tipe cowok cuek dan gak suka selingkuh, hidup lo udah terjamin kalau sama si Argan ini Raline! Pinter dikit napa"

"Masa gue harus coba dulu? Ini pernikahan Mbak, gak main-main juga. Lagian si Argan ini kelihatan banget gak suka sama gue tau, gue jamin dia gak bakal sentuh gue kalau kita nikah pun"

Dea melotot merasa tidak percaya. "Yang bener lo? Gak mungkin lah, secara lo itu cantik banget Lin, seantero Indonesia juga tau kecantikan seorang Raline itzel yang gak di ragukan lagi. Apa jangan jangan yang diberita itu bener? Kalau dia gay?"

Raline mengangkat kedua bahunya. "Gue gak tau kalau itu si Mbak, mungkin tipe dia yang datar, gak kayak gue yang besar gini"

Dea yang mendengarnya langsung melemparkan bantal lagi, astaga mulut Raline itu. "Aneh banget calon lo, tapi kenapa gak lo coba aja? Luluhkan hatinya buat dia takluk sama lo, biar bucin mampus gitu. Tapi sebelum nikah lo harus tau dulu dia normal apa gak, percuma dong kalau kalian nikah terus tau kalau dia gak normal berabe deh"

Raline tampak berpikir, rencana itu tidak buruk juga, Raline bisa terbebas dari belenggu keluarganya yang sering menuntut ini itu. Sepertinya menikahi seorang Argan akan membuat hidupnya sedikit lebih bebas.

Saat masih berpikir tiba-tiba handphone miliknya berdering keras, Raline kaget, melihat nomer tidak dia kenal menelponnya pagi-pagi begini.

"Hallo siapa ya?" ucap Raline saat mengangkat telponnya.

"Saya Argan, bisa kita ketemu lagi? Ada yang mau saya bicarakan" ucap lelaki itu dengan suara serak, astaga suaranya sungguh sangat hot. Raline geleng-geleng kepala, mencoba menghilangkan pikiran kotornya.

"Kebetulan sekali, saya juga mau berbicara. Jadi kapan?" sahut Raline berusaha menetralkan detak jantungnya.

"Sore nanti, mau saya jemput?" tawarnya membuat hati Raline berdetak kencang, apa-apaan hatinya ini? Kenapa hanya ditawarin tumpangan saja sudah salting!

"Boleh, jemput di apartemen milik saya, nanti saya share lokasinya" jawab Raline akhirnya.

"Oke" ucap Argan lalu sambungan diputus sepihak. Raline mendengus, dasar lelaki aneh. Menjengkelkan.

Dea tampak kepo, mendekati Raline dan mengangkat satu alisnya tanda bertanya.

"Siapa? Calon laki lo ya?" ucapnya sambil memicingkan matanya.

"Dia ajakin ketemu lagi, mau bicara katanya" jawab Raline acuh membuat Ririn bersorak riang.

"Ini kesempatan bagus Raline, lo harus buktikan dia normal atau tidak!"

Melt Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang