36

24.8K 1.3K 22
                                    


Raline menutup mulutnya, masih tidak percaya kalau benar-benar sedang mengandung.

"Kandungan Bu Raline sudah memasuki usia dua bulan selamat ya Bu" ucap dokter itu tersenyum, memberikan selamat.

"Terimakasih Dok, tapi kandungan saya bagaimana? Baik-baik saja kan Dok?" ucap Raline agak khawatir karena selama dua Minggu ini dia benar-benar tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsinya, bahkan sering lembur untuk sekedar membuat konten.

"Alhamdulillah Bu, janin Bu Raline sangat sehat. Tapi mulai sekarang sudah diperhatikan lagi ya konsumsi makanannya, juga sering-sering minum vitamin. Nanti saya kasih resep vitamin yang perlu Bu Raline tebus" Raline mengangguk merasa lega, menunggu dokternya untuk menuliskan vitamin yang akan dia beli.

Sedangkan Dea, wanita itu sudah berkaca-kaca, seperti mau menangis sungguhan. Rasanya dia tidak menyangka orang yang dia anggap adik kecil, ternyata sudah akan mempunyai anak?!

"Lebay banget, sini peluk gue" ucap Raline tersenyum, menatap Dea yang sudah mengerucutkan bibirnya.

"Lo beneran hamil Line? Anak kecil bisa buat anak kecil juga?" ucap Dea memeluk tubuh ramping Raline. Masih sangat kaget mendengar perkataan dokter.

Raline mendengus, memukul lengan Dea pelan. "Gue udah besar kali Mbak! Aneh banget lo" ucapnya, kini berjalan membeli berbagai resep yang disarankan dokter kandungannya.

Dea membuntuti, berdecak kesal. "Gue pengen marah sama lo tapi gak bisa? Kenapa lo harus bohong sama gue kalau lo tau hamil?! Gue seneng banget demi apapun! Hah akhirnya ya gue punya ponakan"

Raline tidak memperdulikannya, masih sibuk membelikan beberapa catetan tadi ke apoteker. "Diem lo Mbak. Makanya nikah sana biar punya bayi sendiri" ucap Raline agak sarkas membuat Dea langsung bingkem tidak mau membahas tentang nikah menikah.

"Suami lo udah tau gak sih Line? Belum ya?" tanya Dea, saat Raline sudah memasukan beberapa vitamin yang di resepkan dokter ke tas miliknya.

"Belum, tadi gue ijin belanja bentar sama dia. Sebenarnya gak diijinin tapi gue maksa aja, terus boleh. Dia juga tadi chat bakal pulang lebih awal, rencananya gue mau bikinin dia suprise gitu Mbak" terang Raline, kini keduanya sudah berjalan kearah parkiran.

"Gue tuh pengen tau deh, ekspresi dia gimana ya? Pas tau dia bakal punya anak, secara dia kan se-cuek itu" ucap Dea terkikik, membayangkan wajah datar itu tersenyum lebar.

"Dia sering senyum kok Mbak, tapi kalau sama gue aja. Itu pun pas gue di goda sama dia dan gue kesel, baru deh dia senyum-senyum sendiri" ucap Raline, mengingat berbagai kegiatan mereka yang membuat Argan tersenyum tulus kepadanya.

"Kalau di depan gue galak mulu! Kayak gue ini pengaruh buruk buat lo, sialan banget tuh orang! Mentang-mentang pas lo ada masalah dulu gue yang ngancam dia, kayaknya dia dendam deh sama gue" Raline tertawa mendengarnya, astaga memang benar yang diucapkan Dea, Argan memang masih trauma dengan Dea, menurut Argan Dea itu sungguh bar-bar dan omongannya asal ceplos!

******

"Bu gimana?" tanya Bi Nur langsung saat Raline baru saja sampai di rumah.

Raline tersenyum. "Alhamdulillah Bi, semuanya normal kok" jawabnya.

"Alhamdulillah Bu, udah berapa minggu Bu?" tanya Bi Nur masih penasaran.

"Sudah delapan Minggu Bi ternyata, makanya ya selama delapan Minggu itu saya sering pengen-pengen makan makanan daerah gitu" ucap Raline mengingat kebiasaan barunya yang sering titip Bi Nur berbagai makanan khas tradisional Jakarta, atau kalau tidak dia akan memasak sendiri beberapa masakan khas kota lainnya.

"Iya Bu, saya juga sempat curiga waktu itu. Tapi kok lihat Bu Raline gak ada capek-capeknya gak ada mual-mualnya saya kira ya belum. Tapi Alhamdulillah sudah isi. Mau makan dulu Bu?"

"Iya Bi saya juga gak tau, kata dokter normal kok, berarti emang adek gak rewel aja Bi. Pintar dia, saya udah makan kok Bi tadi sama Mbak Dea mampir bentar" sekarang Dea, wanita itu sudah pamit pulang tampa masuk rumah. Katanya sih ada urusan sama pacarnya.

Bi Nur manggut-manggut. "Mau buat rencana kasih surprise buat Bapak ya Bu?" tanya Bi Nur lagi, melihat paperbag kecil yang dibawa Raline.

"Oh iya Bi, ini nanti pura-pura aja gitu kasih kado" ucap Raline menenteng paperbag berisi kotak jam dari toko ternama. Harganya juga tidak main-main, sekalian saja Raline belikan, suaminya itu sepertinya belum pernah menganganti jam tangannya juga.

"Bagus Bu, pasti Pak Argan langsung kaget. Saya jadi penasaran gimana ekspresinya" Raline mengangguk setuju, membayangkan muka suaminya jadi kangen sendiri dia.

"Ya udah Bi, saya mau mandi sama siap-siap dulu"

******

Raline menatap pantulan dirinya di depan cermin, menatap kagum dirinya sendiri yang begitu menawan.
Kali ini dia menggunakan dress berwarna peach selutut, lalu rambutnya dia gerai dengan tambahan jepit disamping membuat Raline tampak sangat manis!

Kotak kado sudah dia siapkan, dibalik jam tangan itu sudah dia selipkan empat test pack bergaris dua. Raline tersenyum, memeluk kotak kecil itu dan segera turun. Argan sudah menghubunginya tadi, dan sudah perjalanan pulang. Paling-paling nunggu sepuluh menit lagi Argan akan sampai ke rumah.

"Memang benar ya Bu, kalau sedang mengandung auranya makin kelihatan! Masyaallah cantik banget Bu" ucap Bi Nur saat mendapati Raline menuruni tangga.

"Bisa aja Bibi mah, terimakasih ya Bi" jawab Raline, kini duduk di sofa menunggu kehadiran suaminya. Sambil menunggu Raline juga mengobrol sedikit tentang kehamilan dengan Bi Nur sampai suara pintu yang dibuka membuat keduanya terdiam.

"Sayang? Mau kemana?" tanya Argan, mengernyitkan keningnya saat mendapati istrinya sangat rapi, bukan apa-apa biasanya kalau di rumah Raline lebih sering memakai piyama atau daster jarang sekali memakai dress begini.

"Gak kemana-mana Mas, emang gak boleh ya dandan buat suami?" jawab Raline mendekat, menatap suaminya dengan lekat.

"Oh begitu ceritanya, boleh banget dong. Kamu tuh dandan sama gak dandan sama sayang. Sama-sama cantiknya" ucap Argan kini tersenyum hangat. Lalu Raline dengan gerakan cepat memberikan kotak hadiah yang dia beli tadi memberikannya ke tangan Argan langsung.

"Jam tangan? Tumben banget? Kamu tadi belanja buat ini?" tanya Argan, masih senyam-senyum sendiri salting.

"Aku lihat jam tangan kamu itu terus, jadi tadi pas lewat kepikiran aja buat beliin kamu. Coba deh, cocok apa gak" ucap Raline berdebar menyaksikan ekspresi apa yang akan Argan tunjukkan.

Argan tampak mengangguk, membuka kotak jam itu dengan santai sebelum akhirnya melotot, mengambil satu test pack dan melihatnya.

"Sayang? I--ni beneran?" ucapnya terbata-bata.

Melt Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang