Raline berjalan, meneliti ornamen rumah barunya yang terlihat begitu menawan."Saya belum menyewa asisten rumah tangga, Bunda belum nemu yang cocok. Nanti Bunda kesini, nanya asisten rumah tangga seperti apa yang kamu butuhkan, kamu atur saja sendiri" lamunannya Raline buyar, menatap suaminya dan mengangguk paham.
"Kamarnya dimana Mas?" tanya Raline ketika melihat Argan membawa koper-kopernya keatas.
"Di atas, kita bakal tidur satu ranjang. Seperti yang sudah kita sepakati sebelum menikah. Rumah ini hanya memiliki dua kamar, satu kamar kita dan satu kamar kosong" sahut Argan, memasuki kamar mereka yang terlihat begitu luas.
Argan meletakkan koper-koper milik Raline di bagian ujung kamar dekat lemari lalu mendekat ke arah Raline.
"Ini, kartu buat belanja bulanan kamu atur juga. Kalau kurang kamu bisa minta lagi ke saya" Argan menyodorkan ATM black card ke arah Raline.
Raline mengangguk. "Uang bulanan ku juga?"
"Iya, semua, kalau kurang kamu bisa bilang ke saya"
"Baik, nanti siang mau makan apa kamu? Kita order makanan aja ya? Aku belum belanja bahan-bahan masakan apapun" tanya Raline, duduk di sofa kamar.
"Terserah" jawab Argan singkat, lelaki itu sudah sibuk dengan laptop di pangkuannya sekarang.
Raline mengedikan bahunya, merasa tidak perduli. Yang penting uang bulanannya lancar, dan bisa berfoya-foya tanpa harus kerja keras lagi. Dirinya lalu berjalan kearah koper dan meletakkan pakainya di lemari yang sama dengan lemari pakaian milik Argan.
*****
"Sayang, kamu yang sabar ya sama sikapnya Argan, anak itu memang sedikit keras. Dia gak kasar kan sama kamu?" tanya Alaina menatap menantunya yang tampak menggelengkan kepalanya.
Alaina baru saja sampai, membawakan beberapa makanan untuk makan siang. Kini keduanya sedang menyiapkannya di dapur.
"Mas Argan baik kok Bun, gak ada kasarnya"
Alaina menghela nafas lega. "Alhamdulillah kalau begitu, Bunda juga mau minta sesuatu sama kamu boleh?"
"Apa ya Bun?" Sahut Raline penasaran.
"Bunda minta kamu sama Argan jangan nunda momongan ya Sayang? Usia Argan udah 31 tahun ini, udah pantes banget jadi Bapak. Bunda tau kamu masih muda, pasti kamu keberatan ya sama permintaan Bunda?" Alaina mengelus lengan Raline dengan pelan, menatap sang menantu yang tampak berpikir.
"Raline mau kok Bunda, nanti Raline ngomong sama Mas Argan deh. Insyaallah kita gak akan nunda momongan Bun, doain yang terbaik ya Bun" Alaina tersenyum senang mendapat jawaban seperti itu, memeluk Raline dengan erat sambil menepuk-nepuk punggungnya.
"Terimakasih Raline, Bunda memang gak salah pilih menantu"
"Kenapa jadi malah adegan peluk-pelukan begini? Ray laper Bunda" Raygan, lelaki itu datang dan terkekeh melihat kakak ipar dan Bundanya yang terlihat begitu akur. Raygan berdoa, semoga suatu saat nanti dirinya juga bisa menemukan istri yang sesuai dengan kriteria sang Bunda.
"Kamu ini ganggu banget!" Sungut Alaina.
"Mau dong dipeluk juga" godanya mengedipkan sebelah mata, Raline sampai tersenyum melihat kelakuan adik iparnya itu. Berbeda terbalik dari sifat suaminya, yang terlihat begitu kaku.
"Hussh, sana kamu balik ke ruang makan jangan ganggu para wanita" peringat Alaina mendorong Raygan keluar dari dalam dapur.
******
Tadi siang, setelah acara makan-makan keluarga kecilnya Argan, Alaina menyarankan agar mereka berdua melakukan honeymoon keluar negeri atau minimal keluar kota.
Usul itu langsung di tolak mentah-mentah oleh Argan. Suaminya bilang dirinya sedang sibuk dikejar deadline kerja. Bisnisnya sekarang sedang berada di puncak, para pemegang saham ingin ada pembaruan proyek yang lebih besar dan menguntungkan.
Raline sih hanya mengikuti suaminya saja, kalau suaminya tidak berarti dirinya tidak juga. Tidak mungkin dia membantah hal seperti itu ke orang sombong seperti Argan, bisa-bisa hubungan mereka hancur lagi nanti.
Setelah mengoleskan skincare malam, Raline berdiri dari meja riasnya. Merapikan tempat tidurnya dan menoleh saat Argan masuk ke dalam kamar.
"Mas? Aku mau ngomong sebentar" Raline mendekat ke arah suaminya yang duduk di pinggiran ranjang.
Argan melirik sang istri, lalu mengangguk sebagai jawaban.
"Tadi Bunda bilang ke aku, terus aku ditanya mau ART berapa gitu. Aku bilang, satu aja cukup Bun. Terus Bunda bilang tiga aja, menurut Mas gimana? Aku sih sebenarnya butuh cuma satu" ini adalah salah satu cara Raline untuk lebih dekat dengan suaminya, kata Bunda harus lebih sering ngajak bicara Argan agar lelaki itu bisa lebih terbuka dengannya. Argan kan memang tipe yang kalau gak penting gak akan ngomong.
"Terserah, kamu atur aja" tuh kan, Raline merasa kesal. Percuma ngomong sama Argan tuh, ujung-ujungnya ya terserah.
Dirinya juga belum berani ngomong soal anak, hubungan mereka masih di mulai hari ini, tidak mungkin Raline langsung memperkeruh suasana dengan membahas anak.
"Aku kan butuh saran Mas, uangnya juga dari kamu"
"Kalau kamu mau tiga ya tiga, kalau mau satu ya satu. Bilang aja ke Bunda, kalau mau satu, ngomong kalau kamu masih gak terlalu butuh, nanti kalau butuh baru bilang lagi. Lagian kamu mau ART lima atau sepuluh juga saya gak masalah. Uang yang saya beri itu sudah hak milikmu, kamu yang atur semua kebutuhan rumah" nah itu dia jawaban yang lumayan panjang. Raline manggut-manggut.
Ngomong-ngomong soal uang bulanan, Raline jadi penasaran berapa ya kira-kira nominal uang yang di transfer Argan. Sombong sekali dia mau sepuluh asisten rumah tangga. Besok deh, dia cek sambil belanja bahan-bahan pokok. Kalau kurang dia pasti bakal minta, enak aja suaminya itu kaya raya, kalau bukan dia yang menghabiskan siapa lagi? Hidupnya sudah lumayan rumit saat kecil sampai sekarang jadi dirinya wajib membahagiakan dirinya sendiri sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melt Your Heart
ChickLitMenjadi anak dari seorang menteri keuangan dan influencer terkenal tidaklah membuat hidup Argan Anarghya Swasono menjadi gampang. Dari kecil sampai besar dirinya dididik begitu keras, di tuntut ini itu adalah sebuah hal biasa untuk dirinya. Namun di...