Argan mendengus pelan, menatap gadis disampingnya yang lagi-lagi memakai pakaian yang tidak layak pakai. Astaga, Argan sampai pusing sendiri, kok bisa gadis ini pamer tubuh begitu? Kok gak malu? Ya tau sih tubuhnya bagus tapi harusnya gak usah pamer begitu."Kenapa lihat-lihat" tiba-tiba suara Raline menyeruak membuat Argan tersentak, membuyarkan pikiran kotornya.
"Baju mu itu, suka banget ya pamer tubuh?" sahutnya tanpa sadar, membuat Raline mendengus.
"Ini namanya fashion Pak Argan yang terhormat, lagian pakaian ku ini masih sopan daripada kemarin" Raline menjawab, sambil membenarkan tatanan rambutnya.
Argan menatap Raline sekilas lalu memalingkan wajahnya, ya benar sih lumayan sopan tapi kan ah sudahlah, Argan pusing memikirkan pakaian gadis itu.
"Kita ke rumah Bunda saya dulu" ucap Argan mengalihkan topik.
Raline melotot. "Ke rumah tante Alaina? Kok gak bilang dulu? Katanya cuma mau ngobrol!" Raline tidak terima, membayangkan wajah Alaina yang melihatnya memakai baju kurang bahan begini membuatnya malu sendiri.
"Bunda titip sesuatu ke kamu, ya sudah sekalian saja" sahut Argan enteng. Membuat Raline memejamkan matanya, berusaha berpikir keras, dirinya harus memiliki cara agar pakaian bisa lebih sopan.
Beberapa menit terdiam, Raline akhirnya bersuara. "Aku mau beli minum dulu boleh tidak? Di depan ada kedai kopi" ucapnya.
Argan melihat Raline, lalu akhirnya berdehem mengiyakan.
"Jangan lama-lama, sudah keburu malam" Argan memperingati membuat Raline mengangguk dan berjalan cepat ke arah kedai kopi.
Butuh waktu sekitar lima menit untuk Raline membeli kopi, dengan tergesa dirinya masuk mobil dan dengan sengaja menumpahkan kopi yang sudah dia beli ke bajunya.
Argan melotot, melihat tumpahan kopi yang membuat baju Raline basah dan ya ampun dalaman Raline tercetak jelas!
"Dasar ceroboh!" ucap Argan gregetan.
Raline mendengus sebal, mengelap bajunya dengan tisu. "Kemaja mu yang dibelakang itu, aku pinjam ya?"
"Ambil saja" ketusnya membuat Raline bersorak gembira di dalam hati dan segera mengambil kemeja itu, dengan begini bajunya akan tertutup dan terlihat lumayan sopan.
*******
"Calon menantu Bunda, ya ampun cantik sekali" ucap Alaina ketika melihat Raline dan Argan baru sampai.
Raline tersenyum mencium tangan Alaina dengan sopan, lalu bercipika-cipiki.
"Tante juga cantik banget loh" sahutnya.
Alaina terkekeh, menggandeng tangan Raline untuk duduk di sofa ruang tamu. "Bisa aja kamu ini, jangan panggil Tante dong panggil Bunda aja ya Sayang. Terus gimana nih perkembang hubungan kalian? Udah better belum?" ucap Alaina menatap keduanya yang tampak lempeng-lempeng saja.
Raline lalu menatap Argan yang hanya acuh tak acuh membuat Raline ingin sekali menghajar wajah lelaki itu.
"Eh iya Bunda, Kak Argan baik kok orangnya" ucap Raline berbohong, baik apanya Argan itu lelaki sombong angkuh dan apa ya pokoknya bukan tipenya sama sekali.
"Alhamdulillah, oh iya Bunda juga mau bilang kamu kalau panggil Argan mending pakai Mas aja ya, soalnya Argan kan juga orang Jawa biar lebih enak gitu" ucap Alaina menepuk-nepuk pundak Raline dengan pelan.
"Hehe iya Bunda" jawab Raline gugup, astaga apa tadi, Mas? Panggilan itu terlalu manis untuk muka datar milik Argan.
"Baik kalau begitu, Bunda ambilkan oleh-oleh dari Gresik. Kamu kasih ke Mama kamu juga ya Raline, Bunda gak sempet soalnya ke rumah Mama mu, lagi ada kerjaan soalnya, titip salam saja ya" ucap Alaina mengambil beberapa bingkisannya.
"Makasih ya Bunda, sebenarnya gak perlu repot-repot begini loh" Raline merasa tidak enak, tak urung menerima bingkisan itu.
"Gak repot Sayang, ini cuma makanan kok. Kebetulan Mama kamu itu suka Pudak dan Otak-otak Gresik jadi Bunda kemarin beli banyak, di makan ya" sahutnya kini mengusap rambut sebahu milik Raline dengan sayang, sudah seperti putrinya sendiri.
"Siap Bunda, terimakasih sekali lagi ya Bunda" ucap Raline, bercipika-cipiki.
"Ya udah, kalian kan mau makan malam. Semoga lancar ya kencannya. Bunda berharap kalian berjodoh beneran" goda Alaina.
Argan memutar bola matanya malas, lalu berdiri mencium tangan Bundanya itu diikuti Raline dibelakangnya.
"Argan berangkat" ucap Argan membuat Alaina manggut-manggut dan mengelus lembut lengan lelaki itu. Keduanya akhirnya keluar dari rumah milik Argan dengan Raline yang membawa banyak bingkisan di tangannya.
******
"Kita tidak punya jalan keluar" ucap Argan menatap Raline menampilkan ekspresi wajah datar.
"Ya sudah kita menikah saja, beres" ucap Raline enteng, mulai saat ini dirinya memang sudah pasrah dengan alur perjodohan ini.
Argan menatap tajam kearah Raline.
"Kamu kan bisa kabur dengan lelakimu, menikah dengan saya tidak akan membuat kamu bahagia. Saya tidak bisa memberikan mu cinta atau apapun yang ada di otak mu itu"
Raline tertawa lembut. "Kamu pikir? Dengan kabur begitu aku akan hidup bahagia? Yang benar saja Bapak Argan terhormat. Nama keluarga ku jadi taruhannya!"
"Ya sudah kamu harus menerima semua konsekuensinya jika kamu menikah dengan saya. Jangan main-main dengan saya Raline, saat kamu sah menjadi istri saya berarti kamu hanya milik saya" Argan memperingati.
Raline tersenyum, bersorak dalam hati, astaga Raline baper!
"Maksud saya, saya tidak mau wartawan atau media melihatmu berkencan dengan lelaki lain selain saya. Itu akan membuat nama baik saya tercoreng, ingat baik-baik itu Raline, jadi saya harap saat sudah menikah dengan saya kamu tidak bermain dengan lelaki manapun"
Raline mendengus, kesal. Astaga lelaki di depannya ini benar-benar tidak bisa diharapkan.
"Baik kalau begitu, saya tunggu kedatangan mu ke rumah" sahut Raline.
"Kita akan menikah normal? Kamu tidak ingin ada suatu perjanjian tertentu sebelum menikah?"
"Tidak ada"
"Termasuk jika saya menyentuh mu?"
"Itu hak mu"
"Baik, sepertinya kamu memang wanita liar"
Sial, awas saja Argan Anargya yang sombong itu. Raline tidak akan membiarkannya hidup tenang nanti. Harga dirinya benar-benar sudah diinjak-injak oleh lelaki sombong itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melt Your Heart
ChickLitMenjadi anak dari seorang menteri keuangan dan influencer terkenal tidaklah membuat hidup Argan Anarghya Swasono menjadi gampang. Dari kecil sampai besar dirinya dididik begitu keras, di tuntut ini itu adalah sebuah hal biasa untuk dirinya. Namun di...