"Mas" ucap Raline pelan, membuat Argan menoleh, mengangkat satu alisnya tanda bertanya."Besok kata Bunda kita bakal fitting baju buat akad sama resepsi, kamu bisa gak?"
Argan menatap Raline sekilas lalu fokus menyetir kembali. "Saya kabarin besok"
"Jadwal aku juga padat kali Mas" sindirnya.
"Sudah berani ya sekarang" Argan menatap Raline dengan senyum licik khasnya.
"Aku cuma mengingatkan" sahut Raline menghela nafasnya.
"Saya sudah baik hati menerima perjodohan ini dengan lapang dada, bahkan saya memujimu di depan publik seolah-olah kamu wanita yang paling saya cintai. Sungguh sebenarnya sangat jijik berkata begitu, tapi apa boleh buat saya sudah terlanjur melakukannya" sial perkataan lelaki di sampingnya sangat menyakitkan, harga dirinya yang selama ini dia junjung tinggi terasa tidak ada apa-apanya saat ini.
Raline mengepalkan tangannya, mencoba meredam emosinya. Kalau sampai dia terbawa emosi masalah ini akan tetap berlanjut atau bahkan lelaki ini akan nekat menghancurkan nama baiknya.
"Baik, Pak Argan yang terhormat, saya akan tunggu kabar Bapak besok pagi" ucapnya penuh penekanan, menatap Argan dengan mata penuh rasa benci.
"Kamu kalau marah, marah saja. Saya tau kamu bukan wanita baik-baik yang anggun begitu. Image mu sudah buruk dimata saya" astaga mulutnya itu kenapa jahat sekali?
"Terserah kamu lah mau bilang apa" lalu keduanya terdiam, keadaan mobil seketika menjadi sangat hening.
******
"Gak usah manyun-manyun gitu, gak ada untungnya juga lo manyun di depan gue" sarkas Dea, mengambil bantal dan melemparkannya ke arah Raline yang mendumel.
"Gue masih gak habis pikir sama Papa, bisa-bisanya Papa pilih menantu macam Argan Anargya? Apa yang di lihat Papa dari orang sombong dan terlalu percaya diri itu sih Mbak? Asli gue pengen cakar wajah songong itu!" teriak Raline menggema di ruangannya.
Dea berdecak, ikut mengumpat karena teriakan Raline menganggu ketentraman telinganya. "Gak usah bacot Lin, udah sukurin aja kali. Anaknya pak menteri kan memang se-perfect itu. Misi lo masih panjang. Masa gini doang lo udah mau nyerah sih?"
"Ya gue kalau sama dia serasa di rendahin mulu Mbak, kayak di injak-injak banget harga diri gue kalau sama tuh laki. Padahal sejauh ini gue deket sama cowok gak ada yang seberani itu tau gak sih! Kesel banget gue, harus sesabar apa lagi gue Mbak? Capek!" sahut Raline, menutup mukanya dengan bantal. Meredam amarahnya yang masih belum reda setelah bertengkar dengan Argan tadi.
Dea mengernyitkan keningnya, lalu bergumam. "Seburuk itu ya calon lo? Tapi Pak Adi kenapa bisa kekeh jodohin lo sama dia coba? Pak Adi mah penuh pertimbangan, apalagi masalah lo, gak mungkin asal ambil keputusan"
Raline duduk, mengedip-ngedipkan matanya. "Makanya Mbak! Ya gue tau sih dia kaya, keluarganya juga dari kalangan terhormat. Tapi anak dari teman Papa yang lain juga gak kalah kaya dan terhormat, tapi kenapa harus sama si brengsek itu sih?" Geramnya, merasa kesal.
"Kuncinya satu, lo harus sabar-sabar berarti, apapun masalahnya nanti lo harus ngalah. Egomu turunin, jadi Raline yang lebih baik lagi, nurut suami itu pahalanya gede Lin" sahut Dea, memberikan saran.
Raline menghela nafas berat, merasa bebannya akan bertambah saat menikah dengan seorang Argan Anargya.
****
"Cepet banget udah sampai Kak, gak mampir ke rumahnya Raline dulu tadi? Salaman sama orang tuanya?" tanya Alaina ketika melihat putranya masuk dengan wajah datar khasnya.
Argan menggelengkan kepalanya, lalu duduk di samping sang Bunda.
"Lain kali turun dulu Kak, mereka juga kan jadi orang tua kamu nantinya" nasihat Alaina, mengelus-elus lengan Argan penuh kasih sayang.
"Iya, tadi lagi males aja" sahutnya singkat, membuat Alaina menghela nafasnya.
"Bunda tau ini emang agak berat buat kamu Kak, nikah emang tanggung jawabnya besar. Tapi nikah juga ibadah kan Kak, kamu harus jadi suami yang bertanggung jawab. Jangan karena kamu nikah karena dijodohin begini kamu jadi gak beri nafkah istrimu, nafkah disini gak secara finansial aja Kak, ada nafkah batin juga kan? Kamu harus berusaha, pelan-pelan belajar mencintai istrimu itu. Beri kasih sayang yang penuh, kasih perhatian Kak, bimbingan dia. Bunda tau, kamu pasti bertanya-tanya kan kenapa Bunda setuju kamu dan Raline padahal tipe kamu gak kayak Raline?"
Argan terdiam, menatap Alaina dengan tatapan sendu miliknya, membuat Alaina tersenyum lalu melanjutkan nasihatnya. "Karena Bunda tau, Raline gak seburuk yang kamu pikir. Anak itu baik banget, Bunda udah kenal lama, dia sosok yang kuat Kak, jalannya untuk sampai disini itu gak gampang. Dia sering di tuntut ini itu, terlepas dari pergaulan dia yang bebas" Alaina menjeda perkataannya, menatap sang putra yang masih terdiam menatapnya.
"Makanya Bunda mau kamu bimbing dia, kasih dia pengetahuan tentang agama kita. Pelan-pelan Kak, Bunda yakin kamu pasti bisa. Bunda percaya kamu gak akan bikin kecewa Bunda kan? Jaga dia seperti kamu jaga Bunda dan adikmu, kalau dia ada salah jangan di bentak. Wanita itu gampang rapuh hatinya, gampang terluka, kamu jangan ngomong kasar ya Kak sama Raline? Bunda berharap banget sama kalian berdua"
Argan mau menggelengkan kepalanya, karena dia merasa tidak akan sanggup menanggung tanggung jawab sebesar itu, tapi apalah daya dirinya. Argan tidak mau Bundanya sedih karena ulahnya, jadi Argan hanya mengangguk, memeluk Bundanya dengan perasaan campur aduk. Semoga saja, semuanya berjalan lancar, dan wanita itu bisa diajak kerja sama dengan baik, agar Bundanya selalu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melt Your Heart
ChickLitMenjadi anak dari seorang menteri keuangan dan influencer terkenal tidaklah membuat hidup Argan Anarghya Swasono menjadi gampang. Dari kecil sampai besar dirinya dididik begitu keras, di tuntut ini itu adalah sebuah hal biasa untuk dirinya. Namun di...