"Mbak Raline!" teriaknya, langsung memeluk Raline yang baru saja membuka pintu rumah.Raline tersenyum, menerima pelukan hangat Raina. "Raina kok gak datang di pernikahan Mbak sih?"
"Sorry ya Mbak, soalnya waktu itu pernikahannya di majuin kan aku jadi bingung banget gak bisa atur jadwal lagi. Mana aku mau ujian Mbak, terus ya sekalian aja deh aku nunggu liburan dan baru bisa pulang sekarang" jelasnya sambil melepas pelukan hangat dari Raline.
"Kata Bunda juga begitu gak apa lah santai aja, ya udah ayo masuk dulu Rai" lalu keduanya berjalan beriringan, sedangkan Argan masih sibuk mengurusi koper-koper milik Raina.
"Mbak Raline ternyata lebih cantikan aslinya loh, gila Mbak kok bisa sih secantik ini?" Dari tadi Raina udah gatal banget pengen muji kakak iparnya, dan merasa sangat bangga memiliki kakak ipar seperti Raline.
Raline terkekeh pelan. "Bisa aja kamu Rai, lihat diri kamu sendiri deh cantik banget begitu"
"Tetep aja sih Mbak, cantiknya Mbak Raline tuh kek berkelas anggun banget" jawabnya jujur, memandangi wajah sang kakak ipar dengan seksama.
Dulu sekali saat dirinya masih SMA, Raina pernah bertemu Raline disebuah acara perusahaan milik sang Ayah karena memang waktu itu Raline sering menjadi sorotan karena segudang prestasi dan kecantikannya jadi Raina tidak berani sekedar menyapa ataupun berkenalan. Seiring berjalannya waktu namanya tetap tidak redup malah seringkali muncul diberita karena prestasinya untuk negara. Beberapa bulan kemudian dia dibuat geger karena Raline yang sering dia idolakan akan menikah dengan kakaknya! Sungguh diluar dugaannya.
"Biasa aja Rai, kamu mah buat orang salting aja. Duduk dulu yuk" celetuknya mengajak sang adik untuk duduk terlebih dahulu, karena pastinya sedikit capek sehabis perjalanan panjang.
"Tapi funfact ya Mbak, sebenarnya aku tuh fans Mbak loh beneran gak bohong" akunya jujur, masih takjub bisa mengobrol dan sedekat ini dengan Raline.
"Masa? Kenapa sih kamu lucu banget Rai? Aku jadi merasa dihargai banget sama kamu, tadi aku agak takut loh sama sikap kamu ke aku" Raina tertawa mendengarnya.
"Mandi dulu Raina" suara bariton milik Argan menyela keduanya yang masih asik berbicara.
"Oh iya keasikan ngobrol kita, maaf ya Rai. Ayo aku antar mandi dulu ya?" Raina mendengus menatap nyalang sang kakak.
"Ganggu aja sih lo Mas!" Argan hanya memutar bola matanya, lalu duduk di depan keduanya.
"Nanti kita lanjut ngobrol Rai, badan kamu pasti gerah banget" Raina akhirnya mengalah, mengikuti sang kakak ipar menuju ruang tamu.
*****
"Mas gak mandi juga?" Raline kembali, menatap sang suami yang masih asik dengan ponselnya.
"Hm, bentar" jawabnya tanpa melihat ke arah Raline.
"Aku siapin ya bajunya, bentar lagi Bunda sama Ayah pasti mau dateng Mas"
"Iya" singkat sekali jawabannya membuat Raline mendengus, kenapa suaminya ini berubah dingin lagi kemana sikap manisnya tadi malam.
"Kalau ada orang ngomong itu dilihat orangnya Mas, penting banget ya main ponselnya?" sindir Raline tidak terima dicuekin begitu.
Argan mendongak menatap sang istri dengan tatapan datar khasnya. "Saya mandi dulu" lalu Argan berjalan melewati Raline menuju kamarnya.
Raline emosi, benar-benar emosi apa-apaan itu? Seperti tidak menghargai dirinya sama sekali, padahal tadi pagi masih sok manis tapi sekarang? Brengsek, Raline mengepalkan tangannya mulai menaruh rasa curiga terhadap sang suami.
"Bu? Ibu gak apa?" Bi Nur datang, menyentuh pundak Raline.
Raline menghela nafas mencoba meredam amarahnya, awas saja Argan Anargya akan Raline pastikan suaminya itu akan bertekuk lutut terhadapnya.
"Gak apa Bi, santai aja. Nanti tolong bantu saya ambil menu makanannya ya Bi" Raline tersenyum palsu, menepuk-nepuk pundak Bi Nur.
Bi Nur mengangguk, dalam hati dirinya mendoakan semoga hubungan atasannya akan berangsur membaik dan menjadi keluarga harmonis.
"Tenang aja Bu udah jadi tugas saya, Ibu nanti duduk aja gak apa" jawabnya.
"Nanti saya bantu dikit Bi" Bi Nur akhirnya mengangguk mengiyakan perintah Raline.
Beberapa menit kemudian terdengar suara deru mobil yang memenuhi perkarangan rumah Raline, Raline merapikan sedikit dress-nya lalu berjalan kearah pintu untuk segera membukakannya.
"Sayang! Makin cantik banget ya kamu? Berseri banget ini mah" Alaina tersenyum, memberikan pelukan hangat dan mencium pipi menantu kesayangannya.
"Bunda juga makin cantik aja, maaf ya Bun tadi pagi gak sempet turun buat nyapa Bunda" ucapnya tidak enak karena kesiangan tadi pagi.
"Tentu saja gak apa Sayang, sering-sering juga makin bagus kok" ucap Alaina menggoda, Raline tersenyum menanggapi.
"Yah? Apa kabar?" Di sisi belakang terdapat sang mertua yang menenteng beberapa paperbag.
Raline mendekat menyalami Rayhan dengan sopan. "Baik Nduk, Alhamdulillah. Kamu sendiri baik-baik aja kan?"
"Alhamdulillah Yah, baik juga" ketiganya lalu berjalan masuk menuju ruang keluarga.
"Raina gak ngerepotin kamu kan Sayang?" tanya Alaina khawatir anak bungsunya itu berpelakuan aneh-aneh.
"Gak sama sekali Bun, aku malah seneng banget pas ketemu sama Raina anaknya asik banget. Aku jadi kayak punya teman baru" jawabnya antusias.
"Anaknya emang begitu Nduk, gak ada diam-diamnya tuh meniru kelakuan Bundamu" sahut Rayhan membuat Alaina terkekeh.
"Ngapain sih ini? Gibah aku mulu ya" tiba-tiba Raina sudah datang dengan penampilan lebih segar daripada tadi, lalu segera memeluk kedua orangtuanya dan mencium kedua pipinya.
"Pinter banget ya pulang-pulang gak kabarin tiba-tiba udah di Bandara aja! Bagus begitu?" gertak Alaina, menjewer telinga si bungsu.
"Aduh, duh Bunda! Ini tuh namanya suprise tau! Sakit Bun, Yah Ayah tolong adek!" Raina mengaduh bersembunyi dibalik punggung Rayhan.
"Makanya, dek lain kali kabarin dulu kalau mau pulang tuh" kata Ayah menasehati membuat Raina mesam-mesem lalu mengangguk.
"Argan kemana Sayang? Kok belum muncul dari tadi" tanya Alaina celingak-celinguk mencari keberadaan si sulung.
"Tadi ijin mandi Bun, bentar aku panggil aja ya Mas Argan"
"Gak usah Mbak! Ngapain, sini aja aku masih mau ngobrol banyak, biarin lah si besi itu" sungut Raina mencegah Raline menuju kamarnya diatas.
"Raina mulutnya"
"Maaf Ayah, emang Mas Argan ngeselin tau gak. Masa tadi pas jemput aku nih, aku ajakin ngobrol cuma dibales hm ham hem terus" adu Raina merasa sebal dengan perlakuan sang kakak.
"Kayak gak tau aja sifatnya mirip sama ayah kamu tuh" lalu mereka tertawa saling mengejek. Membuat Raline merasa sangat rindu dengan suasana begini, untung saja keluarga Argan begitu hangat menerimanya dan menganggap dirinya seperti anaknya sendiri. Ini juga menjadi alasan utama dirinya mau melanjutkan hubungannya dengan Argan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melt Your Heart
ChickLitMenjadi anak dari seorang menteri keuangan dan influencer terkenal tidaklah membuat hidup Argan Anarghya Swasono menjadi gampang. Dari kecil sampai besar dirinya dididik begitu keras, di tuntut ini itu adalah sebuah hal biasa untuk dirinya. Namun di...