27

27.1K 1.4K 21
                                    


Argan menyugar rambutnya pelan, menatap kaca dan berusaha meyakinkan diri.

"Dih? Tumben banget ngaca" ejek Raygan tiba-tiba masuk mobil.

Argan mendengus, menatap tajam ke arah Raygan. "Kenapa lo bareng di mobil gue? Turun sana, gue gak terima tumpangan"

Raygan tidak menggubris, memasangkan selt belt di tubuhnya dan asik memutar musik di mobil milik Argan.

"Kebiasaan lo gak sopan dari dulu belum bisa di ubah ya?"

Raygan mengangkat bahunya, berseru sengit. "Bacot, udah cepetan jalan. Lo gak mau kan Pak Adi mecat lo jadi menantu gara-gara telat acara hari ini. Btw emang salah lo juga banyak sih, pasti langsung di usir dari rumahnya secara tidak hormat"

Argan memukul setir mobilnya dengan keras, tak urung menjalankannya.

"Gak usah marah-marah sih, habis ini juga ketemu bini. Cepet tua lo kalau suka marah" ucap Raygan berusaha membuka obrolan dengan sang kakak yang beda lima menit darinya.

"Diam atau gue turunin disini" entah kenapa melihat kembarannya itu membuat emosi Argan meledak-ledak. Mungkin saja efek kemarin, saat dengan sengaja Argan meminta bantuan untuk memberikannya akses masuk rumah tapi dengan angkuhnya kembarnya itu menolak mentah-mentah, alasannya sangat klise. Takut dikeluarin KK, padahal mana mungkin orang tuanya akan setega itu. Sial mengingat itu membuat Argan jadi ingin menendang Raygan keluar mobilnya sekarang juga.

"Kangen kan lo sama bini? Lo itu ya manusia ter-tolol yang gue kenal Gan, bini lo kurang apa sih gue tanya? Gak ada kurangnya. Semisal nih ya, lo udah gak ada hubungan sama Raline hari ini, udah deh malamnya bini lo itu bisa dapet gandengan yang menurut gue lebih dari lo, mungkin bisa juga lebih tajir dari lo sih. Tapi lo kan tolol ya? Mana bisa baca peluang, peluang bisnis doang lo pikirin, tapi hubungan rumah tangga gini lo biarin gak habis pikir gue sama jalan pikir lo" Raygan geleng-geleng kepala, sambil menatap sang kakak yang terlihat merasa bersalah sekali.

"Kalau gak bisa bantu gue minimal gak usah doa jelek bisa gak?" balasnya sengit. Raygan terkekeh mendengarnya, jujur dari satu minggu kemarin Raygan pengen pukul wajah Argan, bisa-bisanya kelakuannya yang brengsek itu tidak bisa dikendalikan. Untung saja Raline bukan wanita yang gampang koar-koar di sosial media, karirnya masih aman sampai saat ini.

*****

"Udah sana masuk duluan, gue mau tunggu yang lainnya" ucap Raygan menyenggol-nyenggol sepatu milik Argan.

"Kenapa lo gak masuk sekalian?" dengus Argan, mencoba menetralkan detak jantungnya.

"Ngapain juga? Ini kan rumah mertua lo, gue nunggu Bunda lah. Udah sana masuk ngobrol dulu sama Pak Adi, habis ini Bunda paling udah sampai" bujuknya, membuat Argan mau tak mau keluar dan berjalan sendiri memasuki rumah mewah itu.

Di dalamnya, Argan langsung disambut oleh Adi sendiri. Lelaki setengah abad lebih itu tersenyum, membuat Argan buru-buru mencium tangan Adi dengan sopan.

"Apa kabar Nak? Lancar bisnisnya di Jogja?" sambutnya memeluk Argan, menepuk-nepuk punggungnya.

"Alhamdulillah Pa lancar, maaf ya Raline jadi disini agak lama soalnya bosen katanya di Jogja. Saya agak sibuk urus kerjaan" balasnya menanggapi, Adi mengangguk-angguk paham menyuruh Argan untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu.

"Pebisnis muda gitu ya, sering ke luar kota? Jiwa muda memang begitu lebih suka mencari uang" kalimat itu seperti sindiran bagi Argan, sudah sangat jelas sekali. Argan menunduk mencoba santai.

"Saya janji Pa, setelah ini saya akan bawa Raline terus di setiap perjalanan bisnis saya dan meluangkan banyak waktu untuk Raline biar tidak bosan ikut saya. Kemarin saya biarin soalnya Raline bilang kangen sama rumah, gak tau juga saya kalau sampai seminggu begini. Maaf Pa, sudah merepotkan"

Adi terkekeh pelan, menepuk pundak Argan. "Bukan begitu maksud Papa Nak, ini juga rumah Raline jadi bebas dia mau tinggal seberapa lama pun. Tapi, Papa tau ada yang tidak baik di hubungan kalian. Mungkin Papa kelihatannya cuek dengan pernikahan ini? Bahkan Papa baru mengobrol serius begini sama kamu juga baru sekarang ya? Kemarin pas acara pernikahan udah Papa bilangin kan, Papa minta tolong jaga Raline bimbing dia sayangi dia seperti kamu sayangi ibu dan adikmu"

Argan mengangguk mengerti. "Iya Pa, saya sempat ada ke salah pahaman sedikit dengan Raline. Bukan masalah besar, saya tetap akan menjaga dan menyayanginya lebih dari apapun. Maaf kalau saya masih belum bisa jadi menantu yang baik Pa, tapi saya selalu berusaha"

"Papa gak akan nuntut kamu Nak, tenang saja dengan ucapan janjimu Papa sudah yakin kalau kamu akan selalu ada di samping Raline, kamu sudah tau kan sifatnya? Masih agak sedikit kekanakan tapi tolong bimbing dia ya, sifatnya memang begitu tapi hatinya sangat lembut kalau kamu tau. Jangan sampai kamu ngomong kasar sama dia ya? Papa yakin sama attitude kamu, dan Papa percaya. Kalau Raline salah, pelan-pelan ya Nak bilanginnya. Perlakukan dia dengan lembut, kalau kamu gak sanggup kamu bisa bilang sama Papa kapanpun itu"

Argan langsung menggelengkan kepalanya. "Saya sanggup Pa, saya sanggup. Saya akan berusaha semaksimal lagi buat Raline bahagia, terimakasih untuk kepercayaan Papa" Argan langsung saja mencium tangan Adi, bebannya seolah langsung hilang saat sudah berhasil mengobrol. Semoga saja hubungannya juga akan baik-baik saja.

"Sudah sana, kamu temuin istrimu dulu. Tadi bilang ijin sama Papa, sepertinya sudah selesai coba kamu panggil. Itu seperti suara mobil Ayahmu, Papa keluar dulu" Argan manggut-manggut, berseru senang dan bergegas menuju kamar Raline.

*****

Tok tok tok

"Masuk aja Ma" teriaknya, membuat Argan tersenyum berjalan masuk dan seolah kaget saat mendapati istrinya hanya menggunakan selembar handuk yang membungkus tubuhnya.

Raline mematung saat mendapati suaminya itu datang, ke kamarnya.

"Sorry tadi kamu suruh saya masuk jadi saya kira kamu udah siap" Raline tampak mendengus. "Aku tadi panggil Ma perasaan, kenapa jadi kamu? Ya minimal bilang biar gak sembarangan masuk"

"Saya kira sama saja kan? Saya suami kamu Raline"

Raline berdecak. "Suami ya? Bukannya kamu gak anggap aku istrimu?"

Argan menatap Raline tajam, mendekati wanita itu yang terus mundur sampai terbentur pelan kearah dinding kamarnya.

"Saya minta maaf, belum cukup ya satu minggu ini saya dibuat gila dengan gak bisa bertemu sama kamu?" ucapnya memojokkan Raline, menatap dengan lamat-lamat wajah istrinya yang memang benar sangat cantik.

"Gak usah deket-deket, sana aku mau ganti baju. Kamu bisa keluar dulu, nanti aku nyusul turun" ucapnya mendorong tubuh Argan yang sialnya sekeras baja. Bukan apa-apa tapi handuk ini benar-benar tidak menutupi dengan benar tubuh Raline.

"Kenapa kalau ganti baju? Saya mau disini, turun bareng" ucapnya kini malah duduk di single sofa milik Raline. Sial, ditatap begitu saja membuat Raline panas dingin sendiri, tahan Raline tahan lo gak boleh jatuh kedalam pesona milik seorang Argan Anargya.

Melt Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang