"Mbak Dea, semuanya udah siap gak? Gue berangkat jam delapan soalnya" ucap Raline sambil melumuri kulitnya dengan lotion.Wanita yang di panggil Dea itu menoleh, manggut-manggut mengacungkan kedua jempolnya. "Udah Lin, semua udah beres lo tinggal kesana aja"
"Waiters-nya cewek semua kan? Kecuali yang jaga di depan cowok aja biar dia gak curiga"
"Iya tenang, lo mau apain tuh cowok? Denger-denger nih ya anaknya Pak menteri yang satu ini sifatnya keras dan gak pernah kelihatan punya cewek, kehidupannya benar-benar privasi banget gak kayak kedua adiknya yang udah biasa wara-wiri di dunia entertainment" sahut Dea membereskan beberapa dokumen di kamar milik Raline.
Dea ini asisten sekaligus sahabat bagi Raline, intinya Dea ini multifungsi banget gitu dan tentu saja selalu memihak Raline dalam setiap hal padahal yang gaji Dea ya ayah Raline.
"Kemarin Papa bilang, dia suka perempuan yang berpakaian sopan maka dari itu kemarin pakaian gue benar-benar tertutup banget. Nah gue jadi mikir aja Mbak, kalau pakaian gue terbuka berarti dia gak suka dong? Kalau dia gak suka otomatis dia bakal minta perjodohannya ini batalin" ucap Raline sambil menyungging senyum penuh arti.
Dea geleng-geleng kepala melihat kelakuan bos sekaligus sahabatnya ini. "Emang ide lo selalu gila, ya udah gue cuma berdoa semoga dia gak perkosa lo aja deh"
Raline melotot mendengarnya, melemparkan bantal ke arah Dea yang cengar-cengir. "Sialan lo Mbak, amit-amit deh. Tapi nih Mbak kayaknya dia emang gak nafsu juga sama gue, dari awal aja dia cuma natap gue sekilas. Malah nih yang curi pandang tuh adiknya, yang aktor itu emang ganteng sih tapi gak sopan banget natapnya"
Dea tertawa terbahak-bahak. "Apa jangan-jangan calon laki lo itu gay? Haha lucu sekali, seorang Raline hanya ditatap sekilas. Btw emang calon laki lo ini gak ganteng? Kata lo adiknya ganteng? Mereka bukannya kembar?"
"Gue juga mikir gitu sih Mbak, ya kalau di tanya fisiknya jujur emang dia gak kalah sama adiknya. Malah kalau menurut gue nih ya, ganteng dia gitu, dia lebih kelihatan dewasa. Tapi gue gak mau nikah secepat ini, gue masih mau bebas jadi mending gue cari cara agar perjodohan ini batal" ucap Raline berdecak sebal.
"Kayaknya kalian emang cocok, udah deh kalau gak mau ribet ya mending terima aja perjodohan ini. Gue jadi gak sabar nanti kalau lo udah punya anak"
"Sialan lo Mbak!"
*******
Argan menatap arlojinya, lalu menghela nafasnya pelan. Kali ini dia akan bertemu dengan Raline, gadis yang dijodohkan dengannya, di sebuah restoran yang sudah dibooking sebelumnya.
Argan berjalan, mengangguk saat beberapa pelayan menyambutnya dengan hormat. Beberapa meter dari dia berdiri, Argan melihat seorang perempuan yang menggunakan pakaian yang sangat tidak layak pakai, astaga sungguh Argan bahkan kaget saat melihatnya. Dirinya berdehem pelan, lalu melanjutkan berjalan, mencoba biasa saja.
"Maaf saya telat" ucap Argan membuat sang perempuan mendongak lalu mengangguk.
"Saya juga baru sampai" sahut Raline tanpa ekspresi, mencoba tidak gugup berhadapan dengan Argan.
"Kita langsung aja kalau begitu" Argan mencoba fokus dengan pembicaraan mereka. Astaga, Argan ini juga pria normal, pria mana sih yang di suguhi pemandangan gadis cantik dan seksi begini tidak tergoda? Sialan memang.
"Kamu dulu"
Argan berdehem. "Saya ingin kamu membatalkan perjodohan ini"
Raline terkejut, apa katanya tadi? Dirinya diminta membatalkan perjodohan? Dia kesini kan minta itu! Raline menatap Argan tanpa ekspresi, mencoba tenang, dan segera menjawab.
"Anda ini sangat lucu sekali ya? Kenapa saya? Bukannya anda yang bisa membatalkannya? Kalau saya bisa, sudah dari awal saya tolak mentah-mentah perjodohan ini"
Argan lelaki itu tampak marah, sorot matanya tajam, seolah-olah ingin menusuk Raline.
"Menurutmu? Saya sudah menolak keras dan hasilnya nihil, Ayah saya tetap bersikeras jadi saya pikir jalan satu-satunya ya ada di kamu, apalagi kamu anak perempuan satu-satunya di keluarga Soetanto saya yakin segala perkataan mu akan di turuti"
"Andai semudah itu saya tidak akan datang kesini menumuimu, laki-laki harus memilik jalan keluar dari setiap masalahnya, jadi saya kira kamu yang berhak membatalkan semua ini entah dengan cara apapun" ucap Raline enteng menghiraukan tatapan tajam Argan.
Argan menghela nafas pelan, mencoba menahan emosinya.
"Kamu kelihatan memiliki banyak lelaki, jadi kenapa kamu tidak memakai salah satu dari lelaki mu untuk kamu gunakan sebagai jalan keluar? Mudah bukan?"
Raline terpancing. Ini tidak bisa dibiarkan. Lelaki di depannya ini sungguh mulutnya seperti ular. "Maksud anda saya wanita murahan begitu?"
"Saya tidak bilang begitu, kamu sendiri yang menyimpulkan? Lagi pula pakaianmu tidak mencerminkan kamu wanita baik-baik"
"Terserahlah apa perkataanmu saya sudah tidak perduli" Raline muak, dia berdiri dan ingin pergi namun tangannya dicengkal.
"Oke saya minta maaf, tapi tolong Raline saya minta kerja samanya. Kamu mau kan perjodohan ini di batalkan?"
Raline menatap Argan, sepertinya lelaki ini punya jalan keluar. Akhirnya dia mengalah dan duduk kembali. "Terus? Jalan keluarnya bagaimana?"
"Pak Adi apakah memang benar tidak bisa dibujuk lagi?"
Raline menggeleng. "Papa sangat keras kepala"
"Ayah saya juga, kalau begini kita benar-benar buntu"
"Ya bagaimana dong? Saya gak mau menikah!"
"Kamu pikir? Saya mau menikah?"
Raline memegang kepalanya, astaga ternyata masalahnya memang di kedua orang tua mereka, Raline pikir dengan membujuk Argan membuat semuanya akan menjadi gampang, tapi apa-apaan ini? Semua jadi semakin rumit.
Keluarga mereka juga bukan sembarang orang, kabur untuk masalah seperti ini justru membuat nama baik keluarga tercoreng. Dirinya tidak sebodoh itu untuk mempermalukan diri sendiri di depan publik. Selama ini dia juga selalu menjaga image, semua hal dia lakukan agar nama baik keluarganya terjaga. Kabur bukanlah solusi, melainkan masalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melt Your Heart
ChickLitMenjadi anak dari seorang menteri keuangan dan influencer terkenal tidaklah membuat hidup Argan Anarghya Swasono menjadi gampang. Dari kecil sampai besar dirinya dididik begitu keras, di tuntut ini itu adalah sebuah hal biasa untuk dirinya. Namun di...