24

25.8K 1.4K 10
                                    


Argan berdecak, menatap tajam resepsionis hotel yang tampak lelet mencari data reservasi pemesanan kamar semalam.

"Tidak ada reservasi atas nama Ibu Raline tadi malam Pak, saya sudah mencari semua datanya" ucap resepsionis itu berhati-hati takut memancing amarah Argan.

"Bisa tunjukkan saya cctv tadi malam?"

"Bisa Pak, mari saya antarkan ke ruangannya" Argan mengangguk, mengikuti resepsionis itu kedalam sebuah ruang yang diisi oleh satu pegawai, resepsionis itu tampak berbincang sebentar lalu undur diri.

"Mana? Saya mau lihat cctv semalam" tanyanya langsung to the point. Pegawainya langsung saja mengangguk menunjukkan cctv yang menampakkan Raline berjalan tergopoh-gopoh keluar hotel dengan membawa koper besarnya, sial kemana istrinya itu.

"Cctv depan? Selain ini?"

"Maaf Pak, kami tidak pasang cctv diluar hotel Pak. Tapi toko sebelah sepertinya memasang cctv kearah halte, coba Bapak tanya" Argan menghela nafas, mengucapkan terimakasih lalu berjalan cepat keluar hotel.

Argan juga menyuruh seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Raline, belum ada informasi apapun saat ini, kepalanya sangat pusing memikirkan ini semua. Untung saja pegawai toko ini tidak banyak omong, dan langsung menunjukkan cctv depan, benar saja istrinya itu terlihat duduk di halte, tampak mengusap pipinya berulang kali sampai terdapat mobil hrv keluaran terbaru berhenti didepan halte. Raline dengan gerakan cepat memasuki mobil itu, Argan mengepalkan tangannya siapa sosok dibalik kemudi? Sial dirinya merasa sangat brengsek kali ini.

*****

"Bunda kecewa sama kamu Kak, bisa-bisanya kamu ingkar janji sama Bunda?" Argan tampak terkejut saat Bundanya tau masalah ini, kok bisa beritanya langsung tersebar secepat ini ke keluarganya.

"Bun, Argan tau Argan salah, tapi Argan gak ada niatan apapun"

"Gak ada niatan katamu? Dengan kamu bertemu kembali dengan wanita itu sama saja kamu sudah membuat jurang penghancur rumah tangga kalian Kak, Bunda gak habis pikir sama kamu? Selama ini ke Jogja juga gak ada kan ketemu atau apa tapi kenapa pas kamu udah nikah gini kamu malah temuin dia Kak?" Argan lagi-lagi terkejut mendengarnya, bagaimana bisa Bundanya tau kalau Argan menemui Vania? Demi apapun Argan tadi hanya berpikir Bunda hanya tau tentang Raline yang kabur dari hotel, tapi apa-apaan semua ini?

"Bun? Aku sama Vania gak ada apa-apa juga, kemarin aku cuma gak sengaja ketemu dan aku niat bantu aja karena anaknya lagi rewel, ini gak ada sangkut pautnya sama Raline yang kabur dari hotel. Argan kemarin emang salah ngomong aja sama Raline" jawabnya pelan, sungguh tidak mungkinkan Raline tau?

"Sama aja Kak! Bunda gak ada larang kamu bantu siapapun, tapi ini mantan kamu orang yang buat kamu patah hati bertahun-tahun, Bunda gak masalah sebenarnya kalau misalnya kamu belum menikah Kak. Tapi sekarang kamu udah punya keluarga, apalagi Raline juga publik figure yang kalau sampai terendus berita sedikit aja tentang pernikahan kalian bakal masuk berita. Ya kalau beritanya hoax si gak apa Kak tapi kalau fakta gini? Nama baik keluarga kita juga jadi taruhannya"

Argan Menghela nafasnya, Argan tau bundanya khawatir tapi ini sudah berlebihan.

"Bun, Argan tau. Bunda tenang aja gak usah berlebihan Argan bakal urus semua masalah ini. Udah dulu ya? Argan mau lanjut cari Raline"

"Kamu itu suami apaan Kak? Istri gak di kamar dari semalam kok bisa tenang dan baru cari sekarang? Kalau sampai keluarga Pak Adi tau kelakuan kamu kayak gini Bunda gak tau lagi apa yang akan mereka buat. Ayah kamu juga belum tau masalah ini, jadi Bunda harap sebelum semua orang tau kamu harus bisa selesain semua ini. Assalamualaikum" lalu sambungan terputus sepihak.

Argan mengumpat, merutuki dirinya sendiri yang bisa sesantai itu tadi malam, apalagi Raline pergi begitu saja dengan seseorang yang Argan tidak kenal sama sekali, cctv itu tidak bisa melacak nomer plat mobilnya.

****

"Lo beneran gak mau bilang semua kelakuan suami lo? Pak Adi kalau tau anaknya disakitin begini pasti bertidak sih Line" Dian masih saja terus menasehati Raline, tapi wanita itu hanya diam dengan pandangan kosong.

"Gak bisa Yan, gue gak seberani itu. Gue takut Papa bakal salahin gue, gue pasti dianggap jadi istri yang gak becus" ucapnya lirih, dari kecil dia selalu dituntut menjadi seorang yang terlihat sempurna semuanya, apabila Raline buat kesalahan kecil saja papanya akan marah jadi sampai sekarang Raline keterusan berasumsi kalau saja dirinya tidak bisa menuruti keinginan sang papa maka papanya akan marah. Pernikahan ini ada karena keinginan papanya. 

"Gue gak bisa lihat lo kayak gini Line, kalau lo gak berani ayo sekarang gue ikut berangkat ke Jakarta gue yang bakal ngomong ke Pak Adi tentang masalah ini" tegas Dian menatap sahabatnya itu.

"Gak usah, habis ini gue bakal pulang tapi gue gak akan ngadu ini ke papa nantilah biar gue cari jalan keluar sendiri.  Terimakasih ya Yan lo udah baik banget sama gue, gak tau lagi kalau gak ada lo gue pasti udah jadi gembel" ucapnya memeluk sahabatnya itu, sebentar lagi pesawatnya akan lepas landas seruan pramugari sudah menyuruh semua penumpang untuk chek in.

"Gue tampar juga lo, gak usah gitu lah lo itu udah gue anggap saudara gue sendiri Line. Janji sama gue lo bakal bahagia ya? Lepasin beban lo, beraniin diri, gue yakin Pak Adi bisa bantu lo lepas dari cowok brengsek kayak Argan"

 

Melt Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang