12

31.3K 1.7K 1
                                    


Sebenarnya suasana begini sudah tidak asing lagi bagi Raline, dirinya dulu sering dipaksa ikut menemani ibunya ke acara bakti sosial seperti sekarang ini.

Tapi, kali ini beda, Raline sudah berubah statusnya menjadi seorang menantu di keluarga Swasono. Banyak dari mereka memujinya karena berhasil menjadi kandidat terpilih untuk istri seorang Argan yang dikenal dingin itu. Raline hanya tersenyum seadanya, mereka kan cuma bisa bicara tanpa tau konsekuensinya.

"Sayang, udah capek ya?" Raline menoleh menatap ibu mertuanya yang tampak fit meskipun sudah mondar-mandir beberapakali dari sore tadi sampai sekarang sudah jam sepuluh malam.

"Eh gak terlalu capek sih Bun, tapi ini aku takut Mas Argan cari aku, soalnya baterai handphone ku lowbat Bun" ucapnya jujur menunjukkan ponselnya yang sudah tidak menyala.

Alaina tersenyum, mengangguk lalu ikut duduk di sampingnya. "Bentar, Bunda check handphone Bunda dulu"

Raline mengangguk merasa lega, Argan tadi pagi sudah memperingatinya untuk tidak pulang terlalu malam, ya memang Raline setelah menikah tidak pernah keluar malam sih, ini baru pertama kali itu pun bersama mertuanya.

"Lah ini tadi jam sembilan spam telpon tapi Bunda gak tau, bentar deh Bunda chat aja rame disini. Kamu nginep aja ya Sayang? Nanti sama Argan Bunda bilangin suruh nginep aja"

"Bun, gak usah Mas Argan pasti capek habis kerja, mending dia tidur di rumah aja? Raline aja yang nginep" Raline benar-benar merasa tidak enak jujur, tapi bagaimana lagi? Argan pasti marah kalau penyebab dirinya diganggu malam-malam begini karena dirinya.

"Loh gak apa Sayang, ini Argan yang tadi minta jemput kamu kok, tuh dia marah-marah katanya acara apa sampai malam begini, dia udah di rumah ini dari tadi, kamu gak usah khawatir gitu ah" Raline membelalakkan matanya tidak percaya, masa sih suaminya itu rela jemput dirinya malam-malam begini.

"Aku kira Mas Argan tadi udah tidur sih Bun" ucapnya jujur, Alaina sampai terkekeh mendengarnya.

"Ya kali istri belum pulang bisa tidur nyenyak? Ya udah ayo pamitan dulu sama Bu presiden aja langsung balik kita" Raline mengangguk, mengikuti mertuanya yang tampak anggun dan elegan.

*****

"Kenapa muka lo kusut banget sih? Gak dapet jatah apa gimana?" Raygan lelaki itu terkekeh-kekeh lalu menonyor lengan kakaknya.

Argan mendengus menatap nyalang kembarannya yang kurang ajar itu. Tidak tau apa betapa pusingnya dirinya tadi saat ponsel Raline tidak bisa dihubungi.

"Argan bucin era" sindirnya masih terkekeh, lucu sekali melihat kakaknya yang sedingin kutub utara itu memusingkan satu wanita yang bahkan sedang aman bersama ibunya sendiri.

"Diem lo bangsat" ucapnya menghela nafas, menyenderkan punggungnya ke sofa sambil memejamkan mata sebentar menghiraukan ejek-ejekan Raygan yang sialnya membuat dirinya tertampar.

"Gue yakin seratus persen lo udah cinta mati sama bini lo, udah gue bilang kan Raline emang semenarik itu sih gila"

"Kalau lo misal mau cerai sama dia juga banyak banget tuh yang ngantri, meskipun dia nantinya bakal ada embel-embel janda, tapi janda paling menarik seantero Indonesia sih, anak pejabat aja pasti mau tuh"

"Siapa yang mau cerai? Bicara tuh yang baik-baik aja ya bangsat" Argan menegakkan kembali tubuhnya tidak terima dengan ucapan sang adik yang menurutnya kurang ajar sekali.

"Lah siapa dulu yang nolak-nolak sampai pengen buat skandal biar gak nikah?"

"Bacot sekali lagi gue tendang lo Raygan" Raygan tersenyum penuh kemenangan mengejek Argan disaat hatinya masih labil begini memang seru juga.

Tiba-tiba pintu utama terbuka menampakkan Alaina bersama Raline, dan Rayhan yang memang ada acara juga malam itu sekalian jemput sang istri.

Argan langsung berdiri menatap nyalang sang istri yang hanya menunduk.

"Acara apa sih Bun sampai malem banget pulangnya?" celocosnya masih tidak terima.

"Lah biasanya kalau ada acara begini juga malam kan Kak pulangnya, kamu ini udah kangen apa sama Raline?"

"Ya aku kan khawatir aja, gak baik perempuan pulang larut begini" elaknya.

"Kan ada Ayah, Kak" ucap Rayhan menyahut.

Argan mendengus. "Ya udah kalian masuk kamar sana udah malem juga" ucap Alaina menepuk pundak Raline pelan.

*****

Raline mondar-mandir menunggu suaminya mandi, sambil berpikir akan memakai baju apa saat tidur nanti, tidak mungkin kan dirinya akan tidur menggunakan dress ini? Dari tadi saja dia sudah sangat gerah, mau pinjam baju ibu mertuanya juga sungkan pasti mereka sudah tidur.

Argan keluar hanya menggunakan boxer sambil menggosokan handuk kecil ke rambutnya.

"Kenapa masih disitu? Cepat mandi dulu sana" perintahnya menatap sang istri dengan kernyitan heran.

"Aku bingung mau ganti baju apa? Aku kan gak punya baju ganti disini Mas" ucapnya jujur, Argan tersenyum kecil, astaga kenapa lucu banget ini istrinya?

"Ya udah itu kan banyak baju ku kamu bisa pakai, terserah" Raline melirik lemari Argan lalu tersenyum senang. "Boleh?" tanyanya.

"Hm, cepat mandi udah malem" Raline lalu lari menuju kamar mandi setelah mencomot satu kaos milik Argan.

Argan sih hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya, di luar aja tampil sok mandiri, si paling dewasa pas pidato tapi pas dikamar kok kayak anak bayi? Di pikir-pikir gemesin emang ya.

*****

"Kenapa cuma sepaha banget ya, ini kalau gue bertingkah dikit aja udah kelihatan dong daleman gue gimana coba" monolognya sendiri di depan cermin sambil berusaha membuat kaos kebesaran itu bisa menutupi lututnya.

"Kamu itu meditasi atau apa di kamar mandi? Lama banget, ini udah tengah malam Raline" teriaknya membuat Raline menghela nafas, sial, mau tak mau harus keluar ini.

"Kenapa kamu belum tidur sih Mas?" tanyanya pelan berusaha untuk tidak malu, karena biasanya juga pas pagi pakaian yang dipakai juga segini kan.

"Sengaja nungguin sih" ucapnya melirik Raline dari atas sampai bawah.

"Gak usah lihat-lihat Mas, tidur sana"

"Ya udah ayo" ajaknya

Raline melotot, tidak percaya tumben banget kulkas seribu pintu ini? Jangan-jangan mau aneh-aneh lagi?

"Gak usah mikir aneh-aneh" sial, Argan ini bisa baca pikiran atau kenapa sih?

Raline mendengus, lalu naik ke atas kasur menghiraukan tatapan lapar dari sang suami.

Melt Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang