Tidak usah ditanya bagaimana reaksi Argan saat itu karena Raline pun tidak menyangka bahwa suaminya malah meneteskan air mata! Dari sekian banyak ekspresi yang sudah Raline hafal didalam otaknya kenapa juga suaminya itu malah meneteskan air matanya di pundak Raline."Saya terharu, tidak menyangka bakal diberi kepercayaan secepat ini. Makasih sayang" ucapnya, memberikan ribuan ucapan terimakasi, mengecup kening Raline lama.
"Kamu nangis ya?" Ucap Raline menggoda, menatap mata suaminya yang masih tampak sisa air mata.
"Saya cuma berkaca-kaca sayang. Tidak menangis" sangkalnya, memegangi tangan lentik Raline yang berada diwajahnya.
Demi apapun Raline pengen tertawa melihat ekspresi Argan seperti itu. "Gimana keadaan kamu? Kita ke dokter ya?" ucap Argan mengalihkan perhatian.
"Anak kita baik-baik aja kok Mas, tadi aku udah sempat periksa sama Mbak Dea. Jangan marah, aku sengaja buat suprise jadi aku periksanya sama Mbak Dea" ucap Raline menjelaskan, mengelus-elus perutnya yang masih sangat rata.
Argan menunduk, menatap tangan Raline yang berada di perutnya. Demi apapun, Argan merasa hatinya sangat berdebar melihatnya.
"Sini pegang juga, masih belum kerasa si Mas usianya masih delapan minggu" ucap Raline menuntun tangan besar Argan untuk mengelus-elus perutnya.
"Baik-baik ya Nak di perut Mama" ucap Argan pelan, menatap lama perut Raline.
"Iya Papa, aku gak bakal nakal disini" jawab Raline menirukan suara anak kecil membuat Argan mengalihkan pandangannya, menatap Raline lalu memeluknya dengan erat.
*****
Raline tidak menyangka rumahnya akan serame ini dalam hitungan jam, saat mengabari tentang kehamilannya tadi Raline sempat kaget mendengar berbagai jeritan khas ibu-ibu. Bahkan mertuanya langsung saja menemuinya membawakan berbagai keperluan ibu hamil yang katanya sangat dibutuhkan. Beberapa jam setelahnya, papa, mama berserta ayah mertuanya datang bersamaan membawakan berbagai jenis buah.
"Sayang! Gimana keadaan kamu? Mama seneng banget!" Mega berlarian, memeluk putri semata wayangnya, mengelus-elus punggungnya lembut.
"Baik-baik kok Ma, adeknya pinter banget disini" jawab Raline, menunjukkan perutnya.
Mega menunduk menatap perut putrinya, lalu mengelusnya pelan. "Selamat ya sayang"
"Terimakasih Ma" lalu Alaina datang, bercipika-cipiki dengan Mega, mereka meributkan berbagai hal tentang cucunya yang masih berusia dua bulan! Astaga mereka seantusias itu.
Sedangkan Argan, suaminya itu sedang diberi banyak nasihat karena sebentar lagi akan menjadi seorang Ayah. Entah apa saja yang sedang mereka bertiga omongkan di taman belakang.
"Sayang mulai sekarang kamu gak boleh capek-capek, nanti kalau perlu Bunda bakal tambah ART lagi. Pokoknya gak boleh ngelakuin yang berat-berat loh ya" ucap Alaina menasehati, ikut duduk di samping Raline.
Raline manggut-manggut mengiyakan, hah sejujurnya dirinya tidak selemah itu kok. Masa iya harus terus berdiam diri di rumah? Kata dokter yang penting gak boleh angkat-angkat yang berat aja, sama sering-sering minum vitamin.
"Dengar Mama juga, Mama dulu pas ngandung kamu tuh cerewet, semua bayi punya bawaan sendiri-sendiri tapi mungkin belum muncul aja bawaannya jadi kamu harus sering-sering di rumah dulu, jaga-jaga" ucap Mega menimpali.
"Iya Ma, tenang aja aku emang gak sering keluar kok" balasnya.
Mereka lalu melakukan sharing-sharing, memberikan banyak nasihat juga kepada Raline. Menjadi seorang Ibu untuk pertama kalinya memang membutuhkan banyak effort, butuh banyak kesabaran juga. Rencananya, Bunda dan Mamanya akan sering-sering ke rumah untuk sekedar mendampingi Raline.
*****
Pagi-pagi sekali Argan sudah mengajak Raline untuk jalan-jalan keliling komplek, melakukan obrolan ringan menikmati udara shubuh yang sangat sejuk.
"Kalau suasana kayak begini saya jadi kangen suasana di desa" ucap Argan, menatap kesekeliling yang masih tampak sepi.
"Kamu kangen ya sama Jogja?" ucap Raline, menimpali.
"Kalau dibilang kangen ya kangen. Dari kecil saya disana, banyak hal yang bisa saya pelajari disana bersama kakek dan nenek. Meskipun bunda dan ayah sering keluar kota untuk perjalanan bisnis, saya tidak tertarik sama sekali untuk ikut, lebih baik ikut kakek ke kebun, melihat banyaknya orang-orang yang dari pagi sudah sibuk di ladang masing-masing. Seru sekali rasanya" cerita Argan tersenyum, mengingat masa-masa indahnya waktu kecil.
Raline ikut tersenyum, mendengar cerita suaminya, sesederhana itu ya seorang Argan. Kalau Raline sendiri memang dari kecil sampai besar tumbuh di kota besar, tidak pernah merasakan kehidupan di desa seperti yang Argan bilang, bahkan Raline sendiri malah sempat tinggal di New York selama beberapa tahun untuk menempuh pendidikannya.
"Seru banget kayaknya, aku jadi pengen ikut ngerasain"
"Mau? Nanti kapan-kapan kalau anak kita sudah agak besar kita bisa liburan disana beberapa Minggu" Raline manggut-manggut antusias.
Tiba-tiba terdengar suara dering dari ponsel milik Argan, dengan cepat lelaki itu merogoh ponselnya dan mengernyitkan kening saat nama Rafael yang muncul sepagi ini.
"Assalamualaikum, maaf pak menganggu waktunya sepagi ini. Tapi saya dapat kabar dari anak keuangan, ada kabar penggelapan dana yang gak main-main jumlahnya Pak" ucap Rafael to the point.
"Waalaikumsalam, berapa jumlahnya?" jawab Argan cepat.
"Belum di cek lagi, ini kemarin saya dapat chatnya malam. Dia cuma bilang ada yang gak beres sama keuangan kita, perkiraan bisa mencapai tiga miliar atau bisa lebih. Bapak bisa hubungi Beberapa pemegang saham, kita harus rapat secepatnya Pak" balas Rafael serius.
"Baik, saya langsung ke kantor setelah ini. Kamu bisa agendakan langsung rapat pagi, kita cari dalangnya" ucap Argan cepat, lalu mematikan sambungannya sepihak.
"Kenapa Mas? Ada masalah?" ucap Raline menunjukkan raut khawatir, Argan yang dapat nasehat tidak boleh membuat Raline khawatir pun menggeleng.
"Gak ada sayang, cuma sedikit masalah biasa. Kita pulang dulu ya? Saya harus ke kantor. Kamu gak usah khawatir" terangnya, menggandeng tangan Raline untuk segera masuk ke rumah.
Argan langsung buru-buru menuju kamarnya, membiarkan Raline sibuk menyiapkan bekal untuk sarapan paginya.
"Kenapa Bu? Pak Argan kok kelihatan buru-buru?" tanya Bi Nur mendapati Raline berjalan kearah dapur.
"Ada rapat pagi Bi, udah matang gak ya lauknya? Kasihan Mas Argan kalau belum sarapan gini"
"Udah kok Bu, saya sengaja buat pagi-pagi supaya kalau Bu Raline laper bisa langsung makan. Mau saya siapkan juga?" Raline menggeleng pelan.
"Terimakasih ya Bi, jadi ngerepotin banget. Gak usah Bi, saya siapin sendiri aja buat bekal Mas Argan" kini Raline memasukkan berbagai lauk yang sudah Bi Nur masak ke tempat makan yang biasa Argan bawa.
"Tenang aja Bu, sudah tugas saya" ucap Bi Nur, membantu mengambilkan lauk yang masih di wajan. Raline juga sedang membuatkan kopi, suaminya itu aka ngantuk bila tidak minum kopi pagi.
*****
Selamat membaca! Maaf ya update-nya gak tentu, tapi di usahain bakal sering update kok hehe, yang belum baca part khusus bisa tuh segera dibaca karena disana benar-benar gemas! Kalian bakal lihat si besi yang asvnjkbnkasvjgjk WKWK!
KAMU SEDANG MEMBACA
Melt Your Heart
ChickLitMenjadi anak dari seorang menteri keuangan dan influencer terkenal tidaklah membuat hidup Argan Anarghya Swasono menjadi gampang. Dari kecil sampai besar dirinya dididik begitu keras, di tuntut ini itu adalah sebuah hal biasa untuk dirinya. Namun di...