7.

26.4K 1.3K 0
                                    


Argan mendengus menatap tajam lawan bicaranya yang terkekeh mengejeknya.

"Tenang Bro ada bagusnya, dengan nikah lo gak bakal di gosipin gay lagi" oke Argan tidak perduli, lawan bicaranya ini memang sedikit gila. Atau mungkin memang gila sih.

"Bercanda Gan, lagian ya dua bulan  gak ketemu sama lo, ketemu-ketemu lo udah tunangan aja gimana gak kaget gue?" lelaki itu menepuk pundak Argan pelan, sambil menyengir seperti tidak ada dosa.

"Udah lo mending pulang aja daripada bikin gue tambah stress" sarkas Argan, mengusir sahabat masa kecilnya itu--Rangga.

Rangga geleng-geleng kepala, lalu merebahkan dirinya di sofa ruang kerja milik Argan.

"Gak! Gue kesini mau denger dari mulut lo, kenapa lo nikah sama anaknya Pak Jendral? Lo beneran di paksa sama Om Rayhan? Kalau iya, mending lo mundur dari sekarang deh Gan, Raline itu cewek baik-baik, kasihan gue kalau sampai lo jadiin dia permainan bisnis kalian" Rangga berbicara santai, menaikkan kakinya di atas pinggiran sofa.

"Seperti yang lo tau" jawabnya singkat, Rangga melotot tidak percaya dan buru-buru duduk.

"Gila lo? Anjing! Gue kira lo gak sebrengsek ini Gan!" Argan mengangkat bahunya, malas membahas tentang ini.

"Gue memang brengsek dari dulu kan?" Argan terlihat apa ya, menyedihkan menurut Rangga.

"Gak gini Gan, gue bisa bantu lo buat batalin semua ini. Mumpung belum" Rangga berdiri mendekat ke arah Argan.

"Gue gak bisa, udah terlanjur, batalin semua ini sama saja menghancurkan keluarga gue sendiri Ngga" Rangga berdecak, sambil menepuk jidatnya sendiri merasa pusing.

"Terus? Rencana lo gimana kedepannya?" tanya Rangga, penasaran.

"Ya udah, jalanin aja. Dia juga bisa diajak kerja sama. Gue sama dia bakal pura-pura di depan publik seperti pasangan serasi pada umumnya" jawab Argan terang-terangan.

"Emang brengsek!" Teriak Rangga memaki Argan yang hanya mengangkat bahunya tidak perduli.

*****

"Makasih ya Raline udah temenin Bunda belanja seharian ini. Aduh senangnya jalan-jalan sama calon menantu" Alaina tersenyum tulus mengusap punggung Raline yang tampak membalas senyuman sopan.

"Iya Bunda, Raline juga seneng kok bisa temenin Bunda" sahut Raline jujur, memang Alaina ini calon mertua idaman banget. Gak pernah nuntut Raline ini itu, gak pernah tanya aneh-aneh, malah Raline di sayang banget kayak anaknya sendiri.

"Ya udah ayo masuk dulu, Bunda masakin" ajak Alaina menarik tangan Raline untuk keluar mobil membuat Raline mengikuti Alaina dari belakang.

Rumah ini begitu besar tapi terlihat begitu sepi, mungkin itu yang membuat Alaina selalu minta cucu darinya.

"Duduk aja, kamu pasti capek biar Bunda sama Bibi yang masak" tegur Alaina ketika Raline iku masuk kedalam dapur.

"Gak capek kok Bun, Raline pengen belajar juga loh ini, biar nanti bisa masakin yang enak buat Mas Argan" elaknya masih kekeh masuk kedalam dapur membuat Alaina akhirnya setuju.

Keduanya lalu sibuk meracik bumbu yang akan di masak. Sampai teriakan menggema membuat keduanya menghela nafas sedikit kaget.

"Bunda! Ray pulang! Bundaku" teriaknya berjalan ke arah dapur sambil bersiul-siul.

"Kebiasaan banget ya kamu ini, teriak-teriak begitu kaget Bunda" hardiknya menatap putra keduanya yang hanya menyengir.

"Lah ada kakak ipar juga? Hai kakak ipar!" Serunya menyapa, Raline mengangguk ikut tersenyum sebagai jawaban.

"Tumben pulang sore begini kamu?" tanya Alaina menatap Raygan yang meneguk segelas air.

"Bunda ini, harusnya seneng dong kalau aku sekarang sering-sering di rumah. Biasanya aja ngeluh telpon-telpon terus minta aku pulang, pas aku pulang malah ditanya tumben" sahutnya merengut, duduk di kursi bar yang langsung menghadap dapur.

Alaina mendengus. "Salah sendiri gak pernah pulang, makanya Bunda bilang tumben! Ya udah sana kamu itu mandi dulu, terus makan malam. Sekalian telpon kakakmu suruh pulang. Makan di rumah aja, ada calon istrinya" pesan Alaina yang langsung diangguki oleh Raygan.

*****

"Akhirnya pulang juga kamu! Gak kangen apa sama Bunda? Jadi anak kok gak pernah pulang ke rumah" hardik Alaina ketika melihat putra sulungnya berjalan mendekat kearahnya.

"Maaf Bunda, akhir-akhir ini Argan lagi sibuk sama kerjaan kantor" jawabnya, mencium kedua pipi sang Bunda.

"Iya deh, yang sebentar lagi mau nikah, sok sibuk banget" Raygan menyahut, meledek sang kakak yang hanya meliriknya tanpa minat lalu duduk di samping Raline.

Ngomong-ngomong Argan dan Raline ini sudah bertunangan beberapa minggu yang lalu, acaranya pun berlangsung sederhana. Hanya beberapa kerabat dekat saja, mereka sepakat untuk mengadakan pesta meriah pada acara pernikahan saja.

"Udah ayo makan dulu" Rayhan, selaku kepala keluarga mengintrupsi, semuanya terdiam, menikmati makanannya masing-masing.


Melt Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang