Pagi ini seperti biasa Raline akan bangun pagi-pagi membangunkan suaminya lalu mereka akan melakukan sholat shubuh berjamaah. Setelah itu, Raline sudah sibuk sendiri dengan menu sarapan yang harus berganti variasi setiap harinya. Kadang Bi Nur sampai geleng-geleng kepala melihat Raline yang memiliki berbagai ide resep makanan terbaru."Mas, sini deh hari ini aku masak otak-otak bandeng. Makanan khas kota Gresik, ini enak loh cobain deh!" serunya antusias, saat melihat Argan berjalan mendekat ke arah meja makan.
Sebenarnya Argan bukan tipe orang yang suka makan nasi kalau pagi begini, tapi semenjak menikah dan istrinya sering memasak makanan enak-enak akhirnya Argan kebiasaan makan berat pagi-pagi. Tidak masalah, Argan malah merasa lebih sehat, karena istrinya itu juga tau makanan apa saja yang mengandung gizi yang baik bagi tubuh.
"Terimakasih sayang. Jangan capek-capek lagi ya hari ini" ucapnya, mengecup sekilas kening Raline yang sedang menyiapkan makanannya, lalu Argan menarik kursi dan duduk di depan istrinya.
"Iya Mas! Hari ini aku bakal santai-santai kok, Mbak Dea juga gak mau tuh datang takut kamu pecat katanya" ucap Raline masih sibuk mengambil beberapa lauk hari ini.
Argan terkekeh mendengarnya. "Iya kemarin emang belum sempat ketemu sama Dea, orangnya udah kabur duluan tuh. Saya datang langsung tancap gas dia. Aneh-aneh aja asisten kamu"
"Muka kamu tuh serem Mas, makanya Mbak Dea takut. Apalagi lihat aku lemes banget gitu, pasti dia pikir kamu marah besar deh. Ya udah silahkan dimakan suamiku" Argan manggut-manggut, menerima piring yang sudah penuh dengan berbagai lauk.
"Ini yang otak-otak itu ya? Enak banget sayang" puji Argan mengangkat sepotong daging bandeng yang sudah diisi oleh berbagi rempah-rempah didalamnya.
"Iya Mas, kebetulan sepupuku kan ada yang orang Surabaya. Terus istrinya orang Gresik, lah Mbak ini tuh yang kenalin aku sama otak-otak bandeng. Karena aku tiba-tiba pengen jadi ya akhirnya masak sendiri. Kata Bi Nur juga enak, syukur deh kalau enak gak sia-sia aku dari pagi buat ini" kini Raline ikut mencoba dan menikmati masakannya sendiri yang memang enak!
****
Setelah Argan berangkat bekerja, Raline biasanya akan leyeh-leyeh di depan televisi sambil mengemil beberapa kue kering kesukaannya. Tapi entah kenapa saat melihat kue kecil itu dirinya jadi merasa mual? Raline lalu mengingat-ingat jadwal menstruasinya yang? Astagfirullah! Kenapa dia bisa lupa dia sepertinya sudah telat satu bulanan.
Lalu dengan gerakan cepat Raline berdiri, memanggil Bi Nur yang tampak menyirami tanaman di belakang rumah.
"Saya boleh minta tolong gak Bi?" Tanya Raline, pasalnya kepala Raline sekarang ini ikut pusing lagi memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Jadi daripada membahayakan, Raline akan meminta tolong Bi Nur.
"Iya Bu kenapa?" tanya Bi Nur, meletakkan selang air dan mematikannya.
"Bisa tolong belikan saya test pack gak ya?" tanyanya pelan, Bi Nur membelakkan matanya masih mencerna apa yang Raline katankan.
"Bu? Alhamdulillah Bu! Siap saya yang beli, Ibu disini aja udah istirahat dulu saya akan cepat" ucap Bi Nur kepalang bahagia, berlarian mengambil hijabnya lalu keluar rumah. Kebetulan apotek dirumahnya tidaklah begitu jauh, di depan komplek sudah ada apotek. Jadi mungkin saja Bi Nur hanya memakai sepeda listrik yang biasanya dia pakai ke pasar.
Raline menghela nafasnya, mengelus-elus perutnya yang masih sangat rata dan berpikir apa benar ada janin di perutnya ini? Perasaan Raline masih campur aduk, dan berdoa di dalam hati kalau memang semua ini benar.
Tidak lama terdengar suara pagar yang dibuka, di susul pintu depan menampakkan Bi Nur membawa kresek hitam yang jelas pesanan Raline.
"Ini Bu, hati-hati ya bisa kan? Kepalanya gak pusing? Atau mual?" tanya Bi Nur berentetan.
"Saya baik-baik aja kok Bi, makasih ya. Saya coba dulu, oh iya Bi tolong jangan lapor sama siapapun dulu ya? Nanti kalau positif saya pasti bakal kasih tau" Bi Nur mengangguk paham, membiarkan Raline memasuki kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Raline merasa dag-dig-dug sendiri. Ini pengalaman pertamanya, jadi pantas kan kalau dia merasakan perasaan begini. Hatinya tiba-tiba menghangatkan membayangkan perutnya akan tumbuh seorang anak.
Raline memejamkan matanya, lalu segera mencelupkan alat itu. Beberapa menit Raline memejamkan matanya. Takut kalau akan kecewa, tapi Raline akhirnya memberanikan diri melihat alat test pack yang menunjukkan garis dua! Demi apapun Raline langsung menutup matanya sendiri tidak percaya, mencoba test pack lain yang Bi Nur beli dan hasilnya sama!
Raline keluar kamar mandi, memanggil Bi Nur dengan kencang.
"Iya Bu? Kenapa?" Ucap Bi Nur tampak khawatir.
"Bi? Ini nyata kan?" tanyanya, memberikan empat test pack yang hasilnya sama. Bi Nur menutup mulutnya, tidak menyangka akan secepat ini.
"Bu Alhamdulillah Bu! Sudah saya duga Bu Raline emang kelihatan banget aura-auranya. Jadi makin cantik, makin berisi. Alhamdulillah ya Bu, akhirnya Bu Alaina akan punya cucu! Selamat Bu!" Raline mengangguk mantap, memeluk Bi Nur, menyalurkan rasa bahagianya.
"Saya bakal kasih surprise sama Mas Argan Bi, jadi Bibi diam-diam aja ya? Kayaknya saya juga perlu ke dokter. Pokoknya Bibi harus diam dulu, sama Bunda juga. Nanti Biar Raline yang kasih tau, saya kan belum chek juga ke dokter jadi saya mau memastikan dulu ya Bi?"
"Siap Bu, sama siapa ke dokter?" tanya Bi Nur memastikan.
"Saya telpon Mbak Dea dulu, habis ini saya ijin Mas Argan. Saya keatas ya Bi Mau ganti baju, biar gak kesorean nanti" Bi Nur mengangguk, membiarkan Raline berjalan kearah kamarnya.
*****
"Kenapa lagi Line? Gue udah bilang, hari ini kita gak kerja!" Ucap Dea tajam, membuat Raline mendengus.
"Gue mau minta tolong, jemput gue Mbak anterin ke dokter ya? Gue gak bisa nyetir sendiri kepala gue masih pusing ini" terangnya langsung.
"Hah? Oke gue kesana sekarang! Kampret banget lo untung gue sayang tunggu gue" lalu sambungan terputus. Raline terkekeh mendengar kelakuan sahabatnya itu.
Lalu, tak lupa Raline segera meminta ijin ke suaminya.
"Assalamualaikum Mas? Ganggu gak aku?" tanyanya, saat satu panggilan langsung terhubung.
"Waalaikumsalam cantik, gak kok. Kenapa? Mau ijin ya?" tebak Argan membuat Raline terkekeh, tau saja suaminya itu.
"Kenapa kalau nebak selalu bener sih, iya Mas. Mau jalan bentar sama Mbak Dea, beli kue, kue ku habis nih sama belanja bentar. Aku udah fit kok, boleh ya? Dijemput Mbak Dea ini. Aku yang suruh dia sih kesini tadi" ucapnya sangat lembut, berharap Argan akan luluh dengan muda.
"Kamu kalau telepon saya ya kalau ada maunya jadi udah nebak, ya sudah jangan lama-lama ya? Habis belanja langsung pulang gak boleh mampir-mampir loh. Sekalian kirim foto kamu ya? Mau lihat pakai baju apa keluarnya" sudah Raline duga suaminya itu akan memberikan ijin dengan sangat gampang!
"Iya Mas sayang. Semangat kerja ya! Ya udah aku tutup dulu teleponnya Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, jangan nakal loh" lalu sambungan terputus. Raline buru-buru memberikan pap foto dirinya dan bergegas turun saat mendapati suara mobil memasuki perkarangan rumahnya. Sebenarnya rumah Raline dan Dea tuh gak terlalu jauh, jadi ya makanya mereka sering main bareng sekarang. Dea juga gak perlu susah-susah nginep lagi kayak dulu karena jarak rumah mereka ya jauh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melt Your Heart
ChickLitMenjadi anak dari seorang menteri keuangan dan influencer terkenal tidaklah membuat hidup Argan Anarghya Swasono menjadi gampang. Dari kecil sampai besar dirinya dididik begitu keras, di tuntut ini itu adalah sebuah hal biasa untuk dirinya. Namun di...