Happy reading!
.
.
.
.
.
MCKSemenjak kepergian Andrez membuat Kenzio jadi lebih rajin beribadah. Setiap hari Minggu Kenzio selalu pergi ke Gereja untuk ibadah dan mendoakan Andrez. Kadang Kenzio pergi bersama Dimas dan Nabil. Mengapa Intan, Agung dan Syifa tak ikut? Jawabannya adalah karena mereka muslim.
"Kenapa?" Tanya Dimas pada Kenzio. Saat ini mereka sedang berada di halaman gereja bersiap-siap hendak pulang.
"Gue kangen Andrez," jawab Kenzio lirih.
"Semangat dong, mana Kenzio yang gue kenal. Yang selalu ceria dan tersenyum," ujar Dimas memberi semangat.
"Penyemangat gue udah hilang."
"Ayolah lu pasti bisa, ingat perjalanan hidup lu masih panjang," ujar Nabil menimpali.
"Yaudah sekarang kita pulang?" Tanya Dimas yang diangguki oleh Kenzio.
✨
Terkadang melupakan seseorang yang sangat spesial memanglah sulit. Kenangan bersamanya terus membayang dibenak kepala. Terasa sakit jika harus dipaksa untuk melupakan. Apalagi seseorang tersebut sudah menemani kita sejak lama. Sangat susah rasanya untuk mengikhlaskan kepergiannya.
Kenzio, pria itu hanya berbaring di ranjangnya sambil menatap foto sang kekasih. Mengusap foto tersebut lalu menciumnya dan memeluknya. Ia rindu sosok kekasih yang dulu selalu bersamanya. Entahlah, rasanya sangat sulit untuk bisa melupakan. Jangan salahkan dia, salahkan cinta yang begitu besar bersemayam di hatinya.
"Yank ... Jio kangen," ujar Kenzio lirih sambil mengusap foto Andrez yang sedang tersenyum. Setetes cairan bening menggenangi kelopak matanya. Lalu secara perlahan turun membasahi pipinya.
Ingin rasanya untuk memeluk Andrez seperti dulu. Bermanja, bermain, bertengkar, mengulang semua yang pernah mereka lalui bersama. Sekarang yang bisa Kenzio lakukan hanya berdoa untuk ketenangan Andrez. Lalu menangis guna menyatakan bahwa ia rindu dengan Andrez.
Kenzio segera mengusap pipinya yang sudah basah oleh air mata. Lalu Kenzio kembali meletakkan foto Andrez ke tempat semula. Kenzio berinisiatif untuk jalan-jalan keluar rumah. Semoga saja dengan ini pikirannya bisa lebih fresh dan lebih segar.
Kenzio memutuskan untuk berkeliling taman kota. Mumpung cuaca tidak panas dan sedikit mendung, sangat mendukung untuk Kenzio mengunjungi taman. Setibanya di taman Kenzio menduduki salah satu bangku taman sambil menikmati semilir angin yang berhembus. Sesekali ia memejamkan matanya guna merasakan segarnya udara saat itu.
Ketika Kenzio membuka matanya tak sengaja Kenzio melihat sebuah pasangan gay yang duduk tak jauh dari mereka. Kenapa Kenzio bisa menebak mereka gay? Sangat terlihat dari gaya mereka. Lagian di kota ini sudah tidak tabu lagi dengan yang seperti itu. Pasangan itu terlihat sangat romantis bagi Kenzio. Mereka mengingatkan Kenzio pada seseorang. Siapa lagi kalau bukan Andrez. Bahkan dulu waktu ia bersama Andrez, ia jauh lebih romantis dari itu. Huftt! Semuanya mengingatkannya pada Andrez.
"Nih."
Sepertinya suara ini tak asing lagi bagi Kenzio. Kenzio menoleh ke arah samping kanannya dan benar saja. Alvaro sudah duduk di sampingnya sambil menyodorkan sebotol minuman. Kenzio jadi bingung, darimana Alvaro tau kalau dirinya ada di sini? Ini bukan sekali dua kali. Bahkan ini sudah sering terjadi. Dimana Kenzio duduk menenangkan pikirannya, Alvaro datang sambil membawa minuman ataupun makanan. Biasanya Kenzio selalu menerima pemberian Alvaro lalu mengucapkan makasih. Tapi sekarang Kenzio hanya menatap Alvaro datar lalu mengalihkan pandangannya kembali.
"Gua tadi habis dari minimarket. Pas lewat sini kebetulan gue liat lu duduk di sini. Nih minum buat lu."
Senyum di wajah Alvaro perlahan luntur ketika melihat reaksi Kenzio. Biasanya Kenzio selalu menerimanya lalu mengucapkan makasih. Tapi sekarang ia hanya diam menatap datar ke arah depan. Kenzio seperti tidak minat menerima pemberian Alvaro.
"Yo? Ini buat lu. Pasti haus kan?"
"Gak, makasih," jawab Kenzio singkat membuat Alvaro mengernyitkan dahinya.
"Kenapa? Gue ikhlas lho beliin ini buat lu. Gue--"
"Gue gak butuh, lu ingat ya! Selama ini gue care sama lu karena gue menghargai lu sebagai sepupu pacar gue, Andrez. Gak lebih! Dan sampai kapanpun gak akan bisa jadi lebih. Lu hanya sepupu dari kekasih gue."
Mungkin ini bisa dibilang pertama kalinya Kenzio berbicara panjang lebar dengan Alvaro. Tapi, kalimat yang dilontarkan Kenzio membuat Alvaro tertegun. Entah kenapa ada yang terasa nyeri disudut sana. Botol yang sedari tadi ia pegang jatuh luruh ke tanah. Mata Alvaro tak lepas dari punggung Kenzio yang semakin lama semakin jauh.
Kenzio memang tipikal laki-laki yang bisa dibilang cukup peka mengenai sesuatu. Kenzio dapat merasakan mengapa Alvaro selalu perhatian kepadanya pasca kepergian Andrez. Itu sebabnya ia menolak pemberian Alvaro tadi. Ia tak ingin sikap Alvaro semakin menjadi-jadi dan menimbulkan kesalahpahaman.
✨
Kenzio mengunjungi rumah Intan. Memang sedari dulu, ketika ia ada masalah dengan Andrez rumah yang ia kunjungi adalah rumah Intan. Itu karena Intan yang sudah sangat dekat dengan Andrez seperti saudara kandung. Kedua rumah Nabil, yang juga sudah dekat dengan Andrez seperti saudara kandung.
"Nih silahkan diminum mumpung masih panas," ujar Intan seraya menaruh nampan berisi segelas teh hangat. Sekarang mereka lagi santai di teras rumah Intan.
"Tau aja lu gue lagi haus," ujar Kenzio lalu meniup teh tersebut agar lebih dingin dan meneguknya.
"Keliatan dari wajah lu. Btw ada apa ni tumben ke sini. Terakhir lu ke sini waktu Andrez masih ada," tanya Intan membuat Kenzio diam membatu. Kenzio saat ini bisa dibilang cukup sensitif, ia tak bisa jika mendengar seseorang menyebut nama Andrez. Segalanya yang bersangkutan dengan Andrez akan membuatnya sedih.
"Maaf Yo, maksud gue ada apa ke sini? Lu baik-baik aja kan?"
"Gue kangen sama Andrez."
Jujur Intan juga kangen dengan Andrez. Kangen main bareng, ghibah bareng, tertawa bareng, belajar bareng. Intan kangen semuanya yang berhubungan dengan Andrez. Tapi dihadapan Kenzio Intan harus kuat. Ia tak boleh terlihat lemah, yang ada Kenzio jadi lebih drop.
"Ikhlas ya Yo, lu pasti bisa," ujar Intan menyemangati. Namun Kenzio hanya menarik nafas dan membuangnya kasar.
"Lu udah makan?" Tanya Intan yang dijawab gelengan oleh Kenzio.
"Makan Yo nanti lu sakit, kalau lu sakit Andrez di sana pasti akan sedih."
"Pengen disuapin Andrez."
"Mulai sekarang lu harus biasa makan sendiri. Sekarang lu tunggu di sini, gue ambilin makanan dulu," ujar Intan lalu beranjak ke dalam rumah untuk mengambil makanan. Kebetulan tadi Intan baru saja selesai memasak.
.
.
.
.
.
Bersambung!Ayo guys beri semangat untuk Kenzio.
Satu kata untuk Alvaro?Satu kata untuk Kenzio?
Komen yakk!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Kenzio 1 (End)
RomanceWarning : Cerita ini mengandung unsur BxB : Cerita ini murni karangan saya sendiri, jadi mohon dihargai dan jangan plagiat. Buat kalian yang menemukan cerita ini di lapak lain, mohon laporkan kepada saya. Kalian te...