MCK 23

3.9K 296 37
                                    


Happy reading!
.
.
.
.
.
MCK


Waktu terus berlalu, Kejadian di taman seminggu lalu membuat Alvaro mulai menjauh dari Kenzio. Kenzio pun menyadari tingkah laku Alvaro yang sepertinya sedang menghindar darinya. Kenzio paham ini pasti gara-gara kejadian seminggu yang lalu waktu di taman. Apa waktu itu Kenzio berbicara terlalu kasar?

"Apa gue waktu itu kasar banget ya ngomongnya?" Monolog Kenzio yang sedang melamun di kamarnya.

"Gue harus minta maaf, ya gue harus minta maaf."

Kenzio beranjak mengambil jaket dan kunci motornya. Ia melajukan motornya ke rumah Andrez. Sebenarnya Kenzio belum ingin mengunjungi tempat itu. Di sana sangat banyak kenangannya bersama sang kekasih. Dia tak ingin kenangan itu kembali muncul dan membuatnya semakin drop.

Beberapa menit menempuh perjalanan akhirnya Kenzio tiba di tempat yang dimaksud. Kenzio membuka helmnya lalu menegakkan standar motornya. Ia pandangi rumah dengan cat putih tersebut. Tiba-tiba kenangan demi kenangan itu kembali muncul. Huft! Kenzio sudah tau ini akan terjadi. Tapi mau bagaimanapun ia harus minta maaf. Ia tak ingin Alvaro menyimpan dendam dan berakhir dengan permusuhan.

Tok tok tok!

Kenzio mengetuk pintu dengan cat berwarna putih tersebut. Namun beberapa ketukan tak ada sautan dari dalam. Kenzio berfikir apa rumah lagi kosong? Tapi tak mungkin, karena terlihat satu pasang sendal di teras rumah.

Ceklek!

"Kenzio? Mau ketemu sama om dan Tante ya? Mereka lagi keluar."

"Gue mau ketemu sama lu."

Apa Alvaro tidak salah dengar? Tolong siapapun beri tahu kalau memang ia mempunyai masalah dengan pendengarannya. Seorang Kenzio ingin bertemu dengannya? Ini sangat aneh sekali! Bahkan sebelum-sebelumnya Kenzio selalu bersikap cuek bila ia dekati.

"Gue? Yaudah silahkan masuk dulu."

"Tunggu sebentar, gue buatin minum."

Alvaro melangkah menuju dapur untuk membuatkan minuman. Sepanjang kegiatannya otaknya masih berkecamuk ada apa Kenzio ingin menemuinya? Sedangkan Kenzio entah kenapa ia merasa bingung. Disatu sisi ia merasa enggan, tapi  dilain sisi ia merasa tak enak hati jika memang Alvaro merasa tersinggung dengan ucapannya Minggu lalu.

"Silahkan diminum."

Kenzio tersadar dari lamunannya kala mendengar suara Alvaro. Seketika keduanya menjadi sedikit kikuk. Kenzio berdehem pelan untuk menetralkan rasa gugupnya lalu meneguk minuman yang dihidangkan oleh Alvaro.

"Jadi ada apa lu mau nemuin gue?" Tanya Alvaro hati-hati.

"Gue minta maaf."

"Minta maaf buat apa?"

"Atas perkataan gue Minggu lalu. Gue rasa itu terlalu kasar. Lu pasti tersinggung."

Alvaro diam ketika mendengar penuturan Kenzio. Benar sekali! Dia sangat kecewa sekaligus tersinggung atas ucapan Kenzio Minggu lalu. Maka dari itu ia berusaha menghindar dari Kenzio. Sebenarnya sulit baginya untuk mengacuhkan Kenzio, tapi ia tak ingin Kenzio semakin risih dan nantinya berakhir menaruh benci terhadap dirinya. Alvaro tidak akan sanggup jika suatu saat dibenci oleh Kenzio.

"Santai aja, gue ngerti kok maksud lu. Gue sama sekali gak marah."

"Terus kenapa belakangan ini lu menghindar dari gue?" Tanya Kenzio membuat Alvaro bungkam.

"Gue cuma gak mau lu semakin risih dengan keberadaan gue. Jadi gue--"

"Maaf," potong Kenzio lalu ditanggapi senyuman oleh Alvaro.

"Udah gue maafin."

Kenzio menarik nafas lega setelah mendengar bahwa Alvaro sudah memaafkan dirinya. Kini keduanya kembali diam dengan perasaan masing-masing. Alvaro bingung harus bicara apalagi. Dia hanya tak ingin mengulangi kesalahannya seperti Minggu lalu. Sikapnya yang sok akrab dan perhatian hingga membuat Kenzio menjadi risih.

"Gue mau ke kamar Andrez," ujar Kenzio spontan. Entah kenapa ia rindu dengan kamar itu. Sepetak ruangan yang menyimpan beribu kenangan. Tempat dimana ia sering memadu kasih bersama sang kekasih. Tak hanya itu, ruangan itu juga menjadi saksi mereka berbagi keluh kesah.

"Sebentar, gue ambilin dulu kuncinya," ujar Alvaro lalu beranjak menuju sebuah lagi lemari. Setelah mendapatkan apa yang dicari, Alvaro kembali mendekati Kenzio lalu memberikan sebuah kunci.

"Makasih," ujar Kenzio lalu beranjak mendekati pintu kamar Andrez.

Ceklek!

Seperti ada hembusan angin yang langsung menyapa Kenzio setelah pintu kamar itu terbuka. Kamar yang tak terlalu besar dengan cat berwarna putih. Kamar ini masih sama seperti dulu, bahkan masih terlihat bersih dan rapi. Itu karena Nathalie masih sering membersihkan kamar tersebut.
Kenzio melangkahkan kakinya pelan. Seakan menikmati setiap langkahnya. Kenzio merasa di sini masih ada Andrez. Ya, mungkin hanya sebatas perasaannya saja karena ia terlalu rindu dengan pria yang bernama Andrez tersebut.

Kenzio mendudukkan bokongnya pada ranjang kasur. Mengusap sprei dimana tempat Andrez sering tidur. Rasanya Kenzio rindu sekali dengan kamar ini. Lalu Kenzio merebahkan tubuhnya. Sengaja Kenzio menutup matanya untuk menikmati suasana. Nyaman, itulah yang Kenzio rasakan pada saat ini. Hingga akhirnya pria itu terlelap dengan sendirinya.

Alvaro sedari tadi hanya mondar-mandir tidak jelas. Sudah 3 jam lamanya Kenzio berada di kamar Andrez namun tak kunjung keluar hingga saat ini. Ia khawatir terjadi apa-apa dengan Kenzio di dalam sana. Namun ia juga tidak enak hati untuk masuk. Alvaro paham Kenzio pasti sangat rindu dengan Andrez. Makanya ia tak ingin mengganggu Kenzio di dalam sana.

"Duh ... Gimananih, gue mau masuk tapi takut ganggu. Tapi kalau gini takutnya terjadi sesuatu di dalam," monolog Alvaro sambil terus mondar-mandir.

"Masuk aja!"

Alvaro membulatkan niatnya yaitu masuk dan menemui Kenzio. Semoga saja Kenzio tidak marah. Pelan-pelan Alvaro memutar gagang pintu dan ternyata tidak dikunci.

Ceklek!

Yang pertama kali Alvaro lihat adalah wajah tampan Kenzio yang sedang terlelap. Entah mengapa kadar ketampanan Kenzio semakin bertambah ketika sedang tidur begini. Alvaro masuk pelan-pelan berusaha untuk tidak menghasilkan bunyi sedikitpun.

Tampan!

Satu kata yang terbesit di benak Alvaro. Tanpa sadar Alvaro sudah menatap Kenzio sejak lama. Alvaro langsung menggelengkan kepalanya ketika sadar tari perbuatannya.

"Nggak! Gue gak boleh suka sama Kenzio. Dan gak mungkin juga Kenzio akan suka sama gue. Cinta dia untuk Andrez terlalu besar," batin Alvaro.

Entah mengapa Alvaro mendadak lesu setelah mengingat betapa besarnya cinta Kenzio untuk Andrez. Mustahil rasanya ada ruang didalam sana untuk dirinya. Mungkin ruang tersebut sudah diisi sepenuhnya oleh Andrez dan ditutup rapat-rapat, bisa saja dikunci.

Alvaro sudah berusaha menghalau rasa yang datang ini. Namun semuanya mustahil, semakin ia berusaha menghilangkan semakin kuat rasa itu. Alvaro jatuh cinta pada pandangan pertama pada Kenzio. Tepatnya waktu Andrez masih ada. Alvaro sadar bahwa cintanya tak akan bertepuk, maka dari itu ia berusaha menghilangkannya secepat mungkin. Tapi nihil! Hingga sekarang rasa itu masih ada, dan mungkin saja bertambah?

.
.
.
.
.
Bersambung!

My Childish Kenzio 1 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang