4. Teman?

1.7K 194 27
                                    

Semilir angin sore membuat beberapa ranting pohon bergoyang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semilir angin sore membuat beberapa ranting pohon bergoyang. Suara gesekan daun menjadi alunan musik yang mengisi kesunyian di tempat pemakaman itu. Langit jingga selalu menjadi latar yang indah sebelum malam menjelang.

Disaat yang lain ingin cepat-cepat pulang dan mengistirahatkan tubuhnya setelah melewati hari yang berat, Renandra justru memilih untuk mampir ke sebuah tempat pemakaman umum. Dengan masih berbalut seragam sekolah, pemuda itu berjongkok di depan sebuah makam dengan batu nisan yang bertuliskan nama kembarannya.

REYHAN ZIDANE AR RANUM

Lahir : 05-5-2005
Wafat : 02-9-2019

"Hai anak baik, gue datang lagi." ujar Renandra seraya mengusap-usap nisan tersebut. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman bulan sabit.

"Rey, gue mau nunjukin sesuatu."

Renandra mengeluarkan sebuah amplop putih dari saku celananya. Lalu kembali menatap makam tersebut sambil menunjukan amplop di tangannya.

"Gue dapet surat dari guru BK. Wali gue harus datang ke sekolah besok. Haha ... siapa yang mau datang coba? Mama sakit, Papa gak mungkin mau datang, abang? Cari mati sih itu namanya kalo abang sampe tau."

Renandra menekuk bibirnya ke bawah, tatapannya menyendu. "Gue harus bawa siapa? Ya kali gue bangunin lo, lo kan kebo! Tidur terus kerjaannya." ujar Renandra bermonolog.

"Eh tapi lo jangan salah paham, Rey! Gue gak nakal kok. Gue dipanggil ke ruang BK karena difitnah. Biasalah mulut-mulut Jahannam.

Mereka bilang gue bully anak orang, padahal gue anak yang sopan dan beretika, ga mungkin gua lakuin itu. Yang ada mereka yang selalu bully gue!"

Renandra membulatkan kedua matanya saat menyadari apa yang baru saja ia ucapkan. Kemudian berseru panik.

"Enggak Rey, enggak! Mereka gak bully gue kok, mereka baik. Tadi gue cuma asal ngomong aja. Beneran deh, gak bo'ong!" ujar Renandra sembari mengangkat dua jarinya di samping wajah. Diiringi dengan cengiran tak berdosa.

Yah ... itulah Renandra. Kebiasaannya sejak kecil selalu berbicara sendiri. Ia semakin sering melakukan itu setelah kepergian Reyhan. Dia tertawa, menangis, bahkan mengobrol entah pada siapa, seolah-olah ada yang menanggapinya.

Orang-orang mungkin akan menganggap Renandra gila jika mereka melihat ini, tapi untungnya Renandra hanya melakukan itu saat sedang sendiri. Tolong jangan anggap Renandra tidak waras, karena sejujurnya Renandra sadar akan apa yang ia lakukan itu.

Ia tahu sedang berbicara sendiri, tak ada siapapun di dekatnya. Tapi Renandra tetap melakukan itu, sudah kubilang ... itu kebiasaanya sejak kecil. Susah untuk dihilangkan.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang