48. Jerit Putus Asa

1.2K 106 31
                                    

Pagi-pagi sekali Renandra selesai membersihkan diri dan sarapan lebih awal karena hari ini adalah jadwalnya untuk kontrol kesehatan ke rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi-pagi sekali Renandra selesai membersihkan diri dan sarapan lebih awal karena hari ini adalah jadwalnya untuk kontrol kesehatan ke rumah sakit. Kini pemuda yang sudah rapi itu tengah duduk manis di kursi roda sambil terkikik kecil. Jari-jari kurusnya aktif bergerak di atas benda pipih hitam. Renandra begitu sibuk bertukar pesan dengan Athala sampai tidak menyadari sosok pemuda lain yang memasuki kamarnya.

Pemuda yang tidak lain adalah Kenza itu merasakan beberapa kali getaran benda pipih di saku celana jeansnya. Namun ia tidak segera mengeceknya, yang ia lakukan hanya menatap pemuda kecil di depannya dengan tatapan yang sendu dan semakin sendu tiap detiknya. Benda pipih lain yang ia genggam di tangan kanannya ia masukan ke dalam saku celana satunya lagi.

"Songong lo, ya? Ada yang lebih tua di depan lo bukannya disapa malah dicuekin," celetuk Kenza yang kini sudah berada tepat di depan Renandra.

Renandra menghentikan ketikan jarinya dan mulai mendongak menatap wajah Kenza yang tampak sangat sempurna dengan rahang tegas. Senyum bulan sabit melengkung indah tanpa bisa dicegah. Renandra meletakkan ponselnya di atas meja yang berada tepat di sebelahnya lalu segera memeluk pinggang Kenza dengan kerinduan.

"Abang! Lo kapan pulang? Gue khawatir banget sama lo. Acaranya lancar, kan? Ceweknya nggak kabur, kan? Lo nggak dipermalukan sama mereka, kan? Mobil lo nggak dijegal pembunuh bayaran, kan?" tanya Renandra dengan cemas.

Kenza menyentil kening Renandra dengan gemas, membuat Renandra yang terkena jentikan maut jari Kenza itu mengaduh sakit. "Kebanyakan nonton film lo! Ya enggak lah! Buktinya gue masih berdiri di depan lo sekarang dengan tubuh yang utuh," ujar Kenza. Ia melepaskan tangan Renandra yang masih melingkar di pinggangnya.

"Kok gue nggak tahu lo pulang, kapan?" tanya Renandra yang masih mengelus keningnya.

"Kemarin malam, lo udah tidur," jawab Kenza.

"Gimana, Bang? Lo udah resmi tunangan sama dia? Namanya siapa? Cantik nggak? Terus kesan pertama dia gimana? Di-"

Kata-kata Renandra terpotong oleh Kenza yang menyela dengan cepat. Renandra terpaksa harus menelan kalimat selanjutnya.

"Bawel lo, ah! Udah ayo berangkat, lo ada jadwal pemeriksaan ke rumah sakit hari ini."

"Iya bentar, Bang."

Kenza memperhatikan Renandra yang kembali sibuk dengan ponselnya. Kemudian ia mengambil salah satu ponsel yang ada di saku celananya. Kenza melihat ponsel di tangannya dan wajah Renandra dengan bergantian. Tatapan sendu itu kembali. "Lo lagi chatting-an sama siapa?" tanya Kenza dengan pelan. Ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

"Sama Athala," jawab Renandra singkat. Ia lekas menyimpan ponselnya di saku celana kain yang dikenakannya.

Kenza mulai mendorong kursi roda Renandra ke luar ruangan. Terlihat Bi Atun yang sudah menunggu mereka di samping mobil hitam. Wanita paruh baya itu membantu membukakan pintu mobil saat melihat Kenza mulai mengangkat Renandra dari kursi roda.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang