31. Prajurit Semesta

1.1K 116 4
                                    

Pagi ini, tepat hari Senin Renandra kembali masuk ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini, tepat hari Senin Renandra kembali masuk ke sekolah. Renandra memakai masker dan topi untuk menutupi memar di wajahnya. Setiap koridor yang ia lewati terasa penuh dan berisik, tidak seperti biasanya. Di depan sana Renandra bisa melihat segerombol siswa yang tengah berdesakan melihat informasi yang tertempel di mading sekolah. Renandra yang penasaran ikut menyelinap di antara kerumunan itu.

'Ini?! Siapa yang nyebarin berita ini?!' batin Renandra.

Ia begitu terkejut melihat selebaran berisikan foto Alanka yang sudah diedit sedemikian rupa dengan berbagai kalimat menyakitkan yang tertulis di sana. Yang paling mencolok di antara tulisan-tulisan itu adalah kalimat Narapidana Alanka Permana Si Pembunuh. Entah kenapa ia tidak suka saat Alanka diperlakukan seperti ini. Walau dulu Alanka juga termasuk jajaran siswa yang sering membullynya, namun beberapa waktu terakhir, pemuda itu menunjukkan perubahan sikap yang baik padanya.

Renandra menyobek kertas-kertas itu dari mading, membuat yang lain terheran-heran melihat aksi Renandra. Sampai sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya yang sedang menyobek kertas. "Oh jadi sekarang udah besti, nih sama musuhnya sendiri?" tanya sebuah suara yang sangat Renandra kenal.

Renandra menatap tajam pada seorang siswa dengan pakaian acaknya yang sedang menyeringai padanya. Renandra sebenarnya takut pada pemuda urakan di hadapannya saat ini. Namun Renandra tak ingin memperlihatkan ketakutannya lagi dan membuat pemuda itu puas. "Bukan urusan lo!" ketus Renandra sembari menyentakkan tangannya yang di genggam erat.

"Oohh, udah mulai berani lo, ya?"

Kevin, si pemuda urakan yang selalu merundung Renandra itu memundurkan tubuhnya, lalu dengan cepat ia menendang perut Renandra hingga tubuh Renandra terhuyung ke belakang. Semua siswa yang ada di sekitarnya spontan menjauh, tidak ingin terlibat ke dalam masalah ini.

"Ada masalah apa, sih lo sama gue? Kenapa lo selalu ngerundung gue? Gue ada salah sama lo, Vin? Bilang!"

Demi apapun yang ada di dunia ini. Itu adalah kalimat pembelaan dari Renandra yang baru berani dirinya utarakan sekarang. Entah dari mana asalnya keberanian itu tumbuh. Jujur saja, Renandra sendiri pun terkejut dengan apa yang baru saja ia katakan.

Kevin yang awalnya terdiam setelah mendengar ucapan Renandra kini terkekeh sinis. "Hm, kenapa, ya?" ujar Kevin sembari berpura-pura membuat gestur berpikir, kemudian ia kembali menatap wajah Renandra sambil menyeringai. "Menurut lo kenapa?" tanya Kevin santai.

Ia melangkah maju, mengikis jarak antara dirinya dan Renandra. Kevin melepas masker yang dikenakan oleh Renandra, ia meraih dagu Renandra dengan satu tangannya. Ia meneliti wajah penuh lebam di depannya ini.

"Muka lo ini, muka-muka pecundang. Lemah! Sasaran empuk buat bahan Bullyan. Gak ada alasan khusus kenapa gue bully lo, itu karena lo pantes dibully aja."

Renandra memalingkan wajahnya dengan kasar hingga terlepas dari cengkeraman tangan Kevin. Tatapan tajam Renandra arahkan pada Kevin. "Alasan lo gak masuk akal. Lo ngelakuin itu semua karena gak mau kalah saing sama Alan, kan? Lo pengen keliatan lebih kuat dari Alan. Lo gak bisa ngalahin Alan di bidang akademik. Karena itu lo berusaha buat jadi seorang Kevin yang ditakuti lebih dari Alan. Dari dulu, lo selalu kalah dari Alan. Dan bahkan sekarang pun, gue rasa lo masih gak bisa nyaingin Alan." ujar Renandra.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang