35. Angsana

943 107 7
                                    

Sesuai yang dijanjikan Nia, Sabtu ini tepat jam satu siang gadis itu menjemput Renandra ke rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sesuai yang dijanjikan Nia, Sabtu ini tepat jam satu siang gadis itu menjemput Renandra ke rumahnya. Bunyi klakson mobil terdengar beberapa kali, tak lama Renandra keluar dengan penampilan yang sudah rapi. Renandra kini jarang memakai topi lagi karena rambutnya yang perlahan sudah mulai memanjang seperti semula. Kini tak akan ada yang memanggilnya botak atau cilok lagi.

"Lelet! Cepetan masuk!" ketus Nia. Tak ingin membuat Nia marah, Renandra segera saja masuk ke mobil Nia. Baru saja hendak mendudukkan diri di kursi penumpang, Nia menyeletuk. "Lo pikir gue supir lo? Pindah depan!" titahnya yang langsung dituruti. Nia segera melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota siang ini.

"Kita mau ke mana?" tanya Renandra.

"Berisik! Gak usah banyak tanya, diem dan ikutin gue aja." jawab Nia.

Nia menghentikan mobilnya di salah satu mall besar di Jakarta. Ia segera menyeret Renandra untuk mengikutinya karena sejak sampai Renandra tidak ingin keluar dari mobil, Renandra tak percaya diri menginjakkan kakinya di mall katanya. Tentu saja hal itu membuat Nia geram, Ia mencengkeram tangan Renandra sepanjang jalan agar anak itu tidak kabur. Renandra menunduk saat sudah sampai di dalam.

Jujur saja, selama tujuh belas tahun hidupnya di dunia, Renandra baru satu kali menginjakkan kakinya di mall. Itu pun dulu bersama Alan saat Ia dipaksa menjadi babunya untuk membawakan barang-barang Alan. Dan kali ini, untuk yang kedua kalinya Ia memasuki mall bersama Nia. Entah untuk apa Nia mengajaknya, mungkin untuk membawakan barangnya.

Nia terus melangkah ke sana kemari, memasuki berbagai toko. Mulai dari toko buku, pakaian, makanan, dan terakhir toko sandal. Pergelangan tangan Renandra penuh dengan tas belanjaan Nia. Sedangkan gadis itu hanya menenteng sebuah tas belanja yang berukuran sedang dan terlihat tidak berat sama sekali. Renandra hanya mengikuti Nia dan tidak protes.

"Nia, buat apa sendal sebanyak ini?" tanya Renandra yang sejak tadi terus memperhatikan Nia yang mengambil banyak sendal berukuran kecil.

"Mau gue jualin lagi di pasar malem." jawab Nia ngasal dan malah dianggap serius oleh Renandra.

"Hah? Lo jualan? Di pasar malem? Dan ... jualan sendal? Serius?"

Pertanyaan polos Renandra membuat Nia gemas ingin menjitak kepala anak itu. Keinginannya terpenuhi, Nia menjitak kepala Renandra cukup keras hingga pemuda itu meringis.

"Ya enggak lah bego! Gue udah kaya, ngapain ngejualin sendal."

"Tapi lo jualan kembang."

"Itu beda lagi goblok! Gue bikin toko bunga, ya karena emang gue suka. Bukan karena butuh duit!"

"Owh, hehe."

"Nyengir lo!"

Setelah selesai berbelanja, Nia segera melajukan mobilnya meninggalkan area mall. Renandra kira, Nia akan mengantarnya pulang, namun Nia melajukan mobilnya entah ke mana. Renandra sempat bertanya ke mana tujuan mereka saat ini, Nia malah menegurnya untuk tidak bicara terus. Alhasil Renandra terus bungkam di sepanjang perjalanan.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang