27. Hukuman Pidana

1.1K 104 5
                                    


Malam harinya, Renandra sedang duduk di balkon kamarnya, ditemani heningnya malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya, Renandra sedang duduk di balkon kamarnya, ditemani heningnya malam. Tangannya terus membolak-balikkan ponsel miliknya, berharap ada yang memberi kabar soal kondisi Alan saat ini. Namun, sejak tadi tak ada pesan atau telpon masuk dari Nia soal Alan.

Renandra menghela nafas pelan, netranya menatap langit malam. Pikirannya menerawang jauh. Memori-memori menyedihkan yang selama ini dialaminya tiba-tiba terlintas di pikirannya. Termasuk kejadian siang tadi di rumah sakit. Hatinya terasa sesak seketika. Dan entah kenapa Renandra malah ingin memberitahukan hal ini pada Athala. Ia mengambil ponsel di saku celana lalu mulai mengetikkan sesuatu di kolom pesannya dengan Athala.

*Bule nyasar*

Ta, Atta?|

|Iya? Ada apa, Ren?

Malam ini damai|
banget, ya?  

|Benar, semuanya
  terasa begitu tenang
|Tidak ada sesuatu
   yang ramai di sini

Ada|

|Di mana?

Di kepala gue|

Setelahnya tak ada balasan pesan dari Athala. Renandra memperhatikan ponselnya dalam diam. Hingga tak lama sebuah pesan masuk dari Athala membuat notifikasi pesan berbunyi.  Renandra segera mengeceknya. Ia tersenyum saat membaca balasan pesan dari Athala.

*Bule nyasar*

|Mau jalan-jalan malam?
|Sepertinya sudah lama kita
   tidak mengunjungi danau.

Iya. Kayaknya gue |
butuh udara segar  
Sesak banget, Ta|

|Saya sedang menuju
  rumahmu sekarang.


Renandra segera mengambil jaket abu miliknya. Netranya tak sengaja melihat sebuah notebook yang biasa ia gunakan untuk mencurahkan semua perasaan yang tak bisa ia ungkapkan.

Terbesit pikiran untuk membawanya dan menyetorkannya pada Athala seperti perintahnya saat itu. Namun ia urungkan, Renandra segera turun melewati ruang keluarga. Ia berhenti sejenak. Netranya memandang lama ke depan, tepatnya pada sebuah sofa panjang yang berhadapan dengan televisi. Lamunannya terisi oleh suara gaduh dan tawa yang begitu bahagia.

Di depannya kini Renandra bisa melihat bayangan keluarganya yang sedang bersenda gurau. Ada papanya yang sedang tertawa melihat Rey kecil dijahili oleh Kenza, Galen yang sedang bermain game di ponselnya dan mamanya yang tengah menonton televisi sembari berkomentar kesal.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang