23. Kenyataan Pahit

1.3K 141 5
                                    


Bel pertanda istirahat telah berbunyi. Renandra memutuskan untuk pergi ke perpustakan. Raut bahagia terlihat jelas di wajahnya. Ia mengabaikan tatapan siswa-siswi di koridor yang menatapnya dengan berbagai macam ekspresi. Setelah sampai, Renandra segera mendudukkan dirinya di kursi pojok perpustakaan.

Buku yang sedari tadi digenggam, ia letakkan di atas meja. Renandra menyandarkan punggungnya pada kursi. Ia menatap langit-langit dengan senyum yang tak pernah luntur dari bibirnya. Dirinya kembali mengingat kejadian tadi pagi di rumah. Di mana bi Atun memberitahunya bahwa ada lowongan pekerjaan untuknya di sebuah toko bunga dekat tempat kerja suaminya.

Toko itu sedang membutuhkan seorang jasa pengantar bunga. Sekaligus sebagai penjual bunga keliling. Pekerjaannya cukup mudah, hanya perlu mengambil pesanan bunga dari toko lalu mengantarkannya ke alamat yang dituju. Tentunya pesanan yang masih di sekitar daerah tersebut. Sembari berkeliling menawarkan bunga-bunga dari toko.

"Itu pekerjaan yang gak terlalu sulit. Lo pasti bisa, Ren. Lo gak boleh patah semangat. Besok udah bisa mulai kerja. Semangat diri gue!" Monolog Renandra. Kemudian terkekeh mengingat kekonyolannya berbicara sendiri.

Renandra beralih menatap buku yang tadi dibawanya. Sebuah note book dengan judul 'BUKU SETORAN' di bagian covernya. Renandra belum menuliskan satu kata pun di dalam buku itu. Padahal Athala menyuruh dirinya untuk menuliskan kondisinya setiap hari. Bukannya malas, tapi ia selalu tidak memiliki kesempatan untuk mengisi buku tersebut.

Baru saja ia mengambil pulpen di sakunya untuk menulis. Namun sebuah notifikasi di ponselnya membuat Renandra kembali menaruh pulpennya di atas meja. Renandra membuka sebuah pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.

*Papa*

|Dasar anak sialan!
|Bisa gak, sih sehari
  aja kamu gak berulah?

|Kali ini Ren salah apa?

|Jangan pura-pura
  bodoh kamu!
|Sandra masuk rumah sakit.
|Dan itu karena ulahmu!
  karena nyelamatin kamu
  dari mobil yang hampir aja
  nabrak kamu.

|Pa, demi Tuhan Ren
dari kemarin belum
ketemu dia.

|Masih bisa bohong?!
|Udah jelas buktinya
  Sandra sekarang dirawat
  di rumah sakit dan butuh
  biaya besar untuk
  pengobatannya.

|Dia bohong, Pa!
|Dia cuma acting,
dia meras Papa!

|Pulang sekolah nanti
  jangan kemana-mana
  kamu!
|Tunggu saya pulang!

 

Renandra mematikan ponselnya, lalu memasukkan kembali ke dalam saku. Helaan nafas terdengar dari bibirnya.

"Baru aja gue ngerasa seneng. Tapi ada aja yang ngerusak kesenangan gue. Semesta, lo ada masalah apa, sih sama gue? Kayaknya gak seneng banget liat gue bahagia." ujar Renandra bermonolog. Renandra sudah tidak mood lagi menulis. Ia segera menutup bukunya dan memilih untuk pergi meninggalkan perpustakaan menuju kelasnya.

"Heh! Di mana Alan?"

Baru saja Renandra memasuki kelas, langsung disambut suara ketus Nia yang berdengung di telinganya. Gadis itu berdiri di hadapan Renandra sambil melipat kedua tangannya di dada. Jangan lupakan wajah angkuh itu yang ia angkat tinggi-tinggi. Tidak pernah sekalipun ia menurunkan dagunya di hadapan siapapun.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang