50. Tragedi Gelas

1K 115 36
                                    

Dari banyaknya hal mustahil di dunia ini, Kenza lebih tidak percaya pada apa yang dilihatnya saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dari banyaknya hal mustahil di dunia ini, Kenza lebih tidak percaya pada apa yang dilihatnya saat ini. Ia baru saja pulang ke rumah bersama Renandra pada pukul delapan malam. Mereka singgah dulu di sebuah rumah makan. Mata mereka yang sudah sayu kembali segar melihat sosok Galen yang duduk sambil berbincang serius dengan Bram di ruang tamu. Kenza mengencangkan urat lehernya, ingin sekali ia berlari dan menghajar wajah tidak tahu diri abangnya itu. Bagaimana bisa? Galen sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal, tapi kenapa Bram masih menerimanya dengan sangat baik.

Bram menyadari kehadiran mereka berdua. Ia segera menghentikan langkah Kenza yang hendak masuk ke kamar baru Renandra di lantai bawah. Kenza berhenti tanpa menoleh ke belakang. Renandra yang ada di gendongan Kenza hanya diam. Ia tidak berani berkata apapun. Ia semakin menundukkan kepalanya di ceruk leher Kenza.

"Nggak punya pikiran! Keluyuran sampai malam, sudah saya bilang jaga perilaku kamu! Kamu itu sudah bertunangan Kenza! Berhenti bermain-main. Berapa kali harus saya ingatkan?!" ujar Bram. Terdengar sekali nada kesal di dalamnya.

"Lebih nggak punya pikiran orang yang duduk di depan papa sekarang. Lari dari masalah, pengecut!" ujar Kenza.

BRAK!

"Maksud lo apa, hah?!" ujar Galen tidak terima. Ia menggebrak meja saking kesalnya.

Kenza berbalik menghadap Bram dan Galen. "Perlu diperjelas? Lo itu banci, pecundang, lebih mentingin cinta tolol yang nggak masuk akal daripada keluarga sendiri, egois!" maki Kenza.

Galen mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Tatapan matanya tajam menusuk ke dalam netra Kenza. "Cinta tolol? Lo yang tolol! Gampang lo ngomong begitu karena lo belum ngalamin, lo nggak ngerasain jadi gue! Gue hancur Kenza! Orang kayak lo mana ngerti!"

Kenza tertawa sinis. "Sehancur apa, hah? Sejauh ini yang gue lihat masalah lo cuma tentang cinta. Cinta itu bodoh, cinta nggak masuk akal dan lo bilang lo hancur karena cinta? Haha, kocak!"

Kenza berbalik, ingin melanjutkan langkahnya yang tertunda. Namun, kalimat yang dilontarkan Bram selanjutnya membuat Kenza menghentikan langkahnya. Kenza mengencangkan gendongannya saat merasakan setetes air mata jatuh membasahi lehernya.

"Jangan kurang ajar Kenza! Cepat kembali ke kamar! Satu lagi, kenapa dia digendong, hah?! Kamu nggak bisa jalan Renandra? Lumpuh kamu?!"

"Iya,"

"Ngejawab kamu! Lumpuh beneran tau rasa!"

Tidak ingin mendengar lebih jauh lagi, Kenza dengan cepat masuk ke dalam kamar dan membanting pintu. Suara makian dibalik pintu itu masih sangat jelas terdengar, tapi Kenza tak menggubris. Ia menurunkan Renandra di tepi ranjang. Tangan besar Kenza menutup kedua telinga Renandra.

"Nggak usah di denger. Tidur aja," ujar Kenza. Ibu jarinya mengusap linangan air mata yang mengalir di pipi Renandra.

***

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang