Pagi ini matahari terlihat cerah, secerah senyuman pemuda ber- seragam putih abu-abu yang sedang berjalan santai di sebuah lorong rumah sakit. Tangan kanannya sibuk memegang tali tas yang ia sampirkan di pundak kanannya, sedangkan di tangan kirinya sudah ada kotak bekal berwarna biru yang telah ia bawa dari rumah.
Saat di tengah jalan, tiba-tiba tali sepatunya lepas. Ia pun berjongkok untuk sekedar membenarkan tali sepatunya seperti semula.
"Pagi, Renandra."
Suara lembut seorang wanita menyapa indra pendengarannya. Ia melihat sepasang sepatu pantofel hitam yang
berada tepat di depannya. Pemuda yang dipanggil Renandra mendongak. Dapat ia lihat wanita itu berpakaian putih dengan rambut yang disanggul, dan topi perawat yang terpasang apik di kepalanya, jangan lupakan nampan berisi makanan yang ia bawa di kedua tangannya."Oh, pagi juga suster Hana." Renandra menjawab dengan riangnya. Ia segera berdiri dan memberikan senyuman hangat untuk sang suster.
"Pagi banget datangnya, Ren. Mau ketemu bu. Lina, ya?"
"Hehe iya, Sus. Emangnya mau ketemu siapa lagi? Suster ada liat mama saya gak?"
"Tadi saya liat mama kamu ada di taman belakang rumah sakit. Kayaknya dia nungguin kamu, deh." ujar suster Hana memberitahu.
"Oke, makasih Suster. Kalo gitu, Ren duluan. Bye suster baik!"
Renandra melambaikan tangannya pada suster Hana sebelum ia berlari cepat menuju bagian belakang rumah sakit. Ia tidak sabar bertemu sang ibu. Ia merindukan pelukan hangat yang selalu ibunya berikan setiap ia berkunjung. Ia rindu elusan lembut di kepalanya.
"Renandra hati-hati! Kamu bisa kesandung nanti!" teriak suster Hana yang khawatir melihat pemuda mungil itu berlari kencang.
Renandra menoleh ke belakang sejenak, "Gak akan, Sus! Ren always baik-baik aja. Haha."
Suster Hana hanya menggeleng melihat kelakuan pemuda itu. Ia dan Renandra cukup dekat, karena sering bertemu mereka jadi akrab, bahkan Hana sudah menganggap Renandra seperti adiknya sendiri. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi.
***
Renandra mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman. Banyaknya pasien yang berlalu lalang membuatnya sedikit kesusahan mencari keberadaan sang ibu.
Ia memfokuskan pandangannya, hingga netra sipit itu menangkap sosok wanita paruh baya yang sangat ia kenali sedang duduk termenung di salah satu bangku taman. Renandra segera menghampiri wanita itu.
"Good morning, Mama." sapa Renandra sembari memeluk leher ibunya dari belakang. Lina tampak terkejut saat merasakan ada yang memeluknya secara tiba-tiba, namun rasa terkejutnya itu digantikan oleh senyuman lebar saat melihat wajah Renandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
50 HARI BERSAMA ILUSI
Fiksi RemajaSemesta begitu pelit memberikan kebahagian untuknya. Hingga dia menciptakan dunianya sendiri, dimana dia bisa tertawa riang di tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan fatamorgana ini. Renandra dan dunianya. "Tuhan ... boleh gak, Ren minta satu har...