28. Bukan Inginku

1K 108 6
                                    

Seperti biasa, setelah pulang sekolah Renandra akan langsung bersiap pergi bekerja di toko bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa, setelah pulang sekolah Renandra akan langsung bersiap pergi bekerja di toko bunga. Selain mengantarkan pesanan, ia juga berjualan keliling. Sepedanya selalu penuh dengan bunga ketika ia berangkat, dan pulang dengan sedikit bunga yang belum laku terjual terkadang juga sebaliknya.

Hari semakin sore, dirasa jualannya tinggal sedikit, Renandra memutuskan untuk kembali. Ia disambut senyuman manis milik Jelita saat baru saja memarkirkan sepedanya di depan toko. Jelita berbasa-basi sedikit sembari membantu Renandra menurunkan keranjang tempat membawa bunga. Dua keranjang besar itu kini hanya tersisa beberapa bunga saja.

"Wah, laris manis kayak biasanya. Hebat kamu, Ndra."

Renandra tersenyum menanggapi. Ah, rasanya hanya Jelita yang memanggil Renandra dengan nama belakangnya. Entah kenapa ia merasa senang.

"Itu karena rangkaian bunganya cantik. Lo ahli ngombinasiin warna dan jenisnya. Packing buketnya juga bagus."

"Haha, okey ini berkat kerja keras kita berdua." ujar Jelita.

Terdengar suara deheman keras dari dalam, yang membuat Renandra dan Jelita melongok sekilas lalu tertawa. "Dan mbak Kely tentunya." sambung Renandra.

"Udah cepet beresin, kita harus lembur buat bikin pesenan customer." ujar Kely. Wanita yang sudah memasuki usia kepala dua itu seperti biasa selalu memasang wajah ketus.

"Oh iya, Ndra. Ada yang pesen karangan bunga besar buat acara besok." ujar Jelita memberitahu.

"Hah? Emang keburu?"

"Keburu kalo kita kerjanya sat set. Lagian minta dianternya juga jam sembilanan. Nanti bisa dibantu sama karyawan yang bagian pagi kalo gak selesai."

Sore itu, Renandra habiskan di tempat kerja. Ia benar-benar bekerja ekstra untuk menyelesaikan pekerjaannya. Malam semakin larut, karangan bunga itu kini telah selesai dibuat. Hanya tinggal menambahkan beberapa kain pita di sekelilingnya.

"Nah, akhirnya selesai." ujar Jelita memecahkan keheningan mereka sejak tadi. Gadis itu tersenyum puas dengan hasil pekerjaan mereka. Renandra heran, apa gadis itu tak merasa lelah? Bisa-bisanya ia masih sempat tersenyum sedangkan mata Renandra sudah setengah mengantuk.

"Ayo cepetan diberesin bekasnya. Udah malem, kalian masih harus sekolah, kan besok? Cepet!"

Mereka bertiga membersihkan ruangan tersebut hingga kembali bersih seperti semula. Kely segera menutup tirai-tirai toko lalu mengunci pintu. Ia memandang kedua remaja yang kini menunggunya di depan toko. "Jel, kamu pulang sama Mbak aja. Udah malem, bahaya kalo pulang sendiri. Dan kamu bocah. Ada yang jemput, gak?"

Renandra yang merasa ditanya lekas menjawab. "Oh enggak, Mbak. Saya bisa pulang sendiri. Kan, bawa sepeda."

Sejenak Kely menatap Renandra dalam diam. Tatapannya sulit diartikan. Renandra jadi gugup dibuatnya, takut-takut ia salah berucap. "Ya udah hati-hati, walaupun kamu cowok tapi tetep harus jaga diri. Pastiin kamu aman sampe rumah." ujar Kely memberi wejangan sebelum beranjak menuju motornya.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang