36. Bangau Kertas

957 98 15
                                    

Hari ini Renandra bangun kesiangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ini Renandra bangun kesiangan. Untunglah ini hari Minggu, jadi ia bisa sedikit lega. Renandra terbangun dengan kepala yang terasa sangat pening. Renandra berdiam diri sesaat, lalu berusaha bangkit dari ranjang. Hampir saja ia terhuyung ke depan saat menapaki lantai, kakinya lagi-lagi tak bisa menopang tubuhnya dengan benar. Selalu saja bergetar dan ngilu.

Perlahan Renandra menggerakkan kakinya, rasanya sangat kaku dan berat. Langkah demi langkah ia lalui dengan berpegangan pada tembok. Renandra bisa berjalan tanpa berpegangan, tapi kakinya pasti bergetar dan tak tahan lama, baru beberapa menit berjalan pasti langsung terjatuh. Entah apa yang terjadi pada kakinya, apa ini efek dari dirinya yang jarang berolahraga? Tapi Renandra selalu menggowes sepeda setiap pulang pergi sekolah. Itu termasuk olahraga, kan? Lalu ada apa dengan kakinya saat ini? Aneh sekali.

Setelah membersihkan diri, Renandra menuruni tangga menuju dapur. Ia berpegangan erat, takut jika saja ia tiba-tiba tergelincir. Bisa saja kakinya patah jika jatuh dari tangga yang cukup tinggi ini. Oh tidak, itu sangat mengerikan. Renandra menyapa Bi Atun yang tengah mengepel lantai.

"Pagi, Bi." sapa Renandra yang tengah berjalan pelan, ia segera memegang ujung meja makan saat sudah dekat, takut dirinya keburu jatuh nantinya.

"Eh, Den. Pagi juga. Aden kenapa jalannya gitu?" tanya Bi Atun yang menyadari cara berjalan Renandra yang aneh.

Renandra mendudukkan dirinya di salah satu kursi. "Gak apa-apa, Bi. Cuma lagi sakit kakinya. Keseleo." alibinya.

"Ya ampun, Den. Aden mah kebiasaan, suka ceroboh. Mau dipanggil tukang urut, gak?"

"Gak usah Bi, Ren mau makan aja, laper."

"Ya sudah, Bibi ambilin sebentar, ya?"

Bi Atun menaruh alat pel-nya lalu segera melenggang ke dapur untuk mengambilkan Renandra makanan. Renandra sebenarnya tak enak hati, namun kondisinya saat ini memaksanya untuk bergantung kepada orang lain.

"Nih, Den. Bibi masakin tadi." ujar Bi Atun. Wanita dengan keriput di dahinya itu menaruh sepiring nasi dan lauk beserta minum di hadapan Renandra.

"Makasih banyak, Bi. Maaf ngerepotin." ujar Renandra tak enak.

"Sama-sama, Den. Sudah jadi tugas Bibi, jangan merasa gak enak gitu, Den."

Bi Atun kembali melanjutkan pekerjaannya. Sedang Renandra mulai acara makannya. Cukup sulit, karena tangannya lagi-lagi bergetar. Namun masih bisa Renandra tahan. Renandra jadi kesal sendiri, dirinya itu kenapa, sih? Sedikit-sedikit jatuh. Kalau tidak jatuh, ya menjatuhkan. Kalau tidak kaki yang bermasalah, tangannya yang berulah. Sedikit-sedikit menjatuhkan barang.

"Bi, gue bakal keluar kota selama beberapa hari. Mungkin sekitar dua mingguan baru pulang. Pihak kampus juga udah ngijinin kok, nanti ikut kelas online." ujar Kenza yang baru menuruni tangga. Renandra bisa melihat pemuda itu sudah rapi dengan tas ransel dan jaket kulit yang ditenteng di lengan kanannya.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang