54. Ilusi

1.2K 127 62
                                    

Hembusan nafasnya terdengar lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hembusan nafasnya terdengar lelah. Bahunya terasa berat, seolah ia memikul ribuan beban yang membuatnya goyah. Kenza menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa begitu ia sampai di rumah. Kuliahnya selesai lebih awal hari ini. Ia ingin menenangkan diri sejenak. Akhir-akhir ini masalah datang padanya secara beruntun. Pikirannya bercabang, ia yang seharusnya fokus pada kuliahnya malah harus memikirkan masalah keluarganya.

Baru saja Kenza ingin memejamkan kedua matanya, namun suara bel rumah terdengar nyaring di telinga. Mau tidak mau Kenza harus bangkit untuk melihat siapa tamu yang datang. Kenza membuka gerbang rumahnya yang menjulang tinggi. Ia mengerenyitkan alisnya saat melihat beberapa orang berseragam yang datang dengan mobil tugas khas rumah sakit.

"Selamat siang, apa benar ini kediaman keluarga Ar-Ranum?"

"Iya benar. Maaf sebelumnya, kalian siapa? Ada perlu apa?"

"Kami dari pihak rumah sakit jiwa Mega Anura ditugaskan untuk membawa saudara Renandra Elbian Ar-Ranum. Sebelumnya kami mendapat laporan dari saudara Galen Revliano Ar-Ranum atas permintaan untuk membawa saudara Renandra hari ini sesuai dengan surat tugas."

Kenza sontak melebarkan kedua matanya mendengar penuturan pria di hadapannya. "Apa? Tapi saya nggak tahu apapun, kalian nggak bisa bawa Renandra karena nggak ada persetujuan pihak keluarga yang lain," elak Kenza.

"Tapi saudara Galen sudah menandatangani semua berkas. Bahkan sudah membayar biaya rehabilitasi selama satu tahun. Kami hanya ditugaskan untuk menjemput pasien."

Kenza mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh. Urat-urat di lehernya tampak menonjol keluar. Kurang ajar! Galen benar-benar keterlaluan. Kenza harus meluruskan hal ini. Namun, saat bibirnya hendak menyuarakan pembelaan, tiba-tiba saja sebuah mobil hitam berhenti tepat di belakang mobil rumah sakit. Galen yang merupakan pemilik mobil tersebut turun dengan santainya.

"Selamat siang, Pak. Maaf lama menunggu. Kita langsung berangkat ke rumah sakit Medika Utama, karena pasien ada di sana," ujar Galen.

"Tunggu! Maksud lo apa ngelakuin semua ini?! Lo sadar nggak sih, Bang?!" cegah Kenza.

Galen menghempaskan tangan Kenza yang menggenggam erat pergelangan tangannya. Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan ponselnya dari dalam sana. Galen menyodorkan ponselnya yang tengah memutar sebuah video ke tangan Kenza untuk pemuda itu lihat.

"Itu video gue ambil diem-diem kemarin, lumayan buat bukti. Niatnya gue mau ketemu lo buat bahas perusahaan papa. Lo jarang di rumah, makanya gue susul ke rumah sakit karena lo pasti di sana. Tapi siapa sangka, gue malah liat kegilaan adek lo."

Video berdurasi tiga menit itu menampilkan sosok Renandra yang terlihat berbicara dan menangis sendiri di ruang rawatnya. Sebenarnya Galen sudah tahu sejak lama, namun ia tidak memiliki bukti kuat untuk mengungkap kebenaran ini. Terlebih Kenza tidak menggubris saat dirinya membicarakan hal ini. Seolah Kenza ingin menutupi masalah Renandra yang satu ini.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang