32. Sayap Yang Patah

1K 113 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Cklek...

Terdengar suara kenop pintu yang dibuka. Perlahan Kenza memasuki kamar Renandra. Ia bisa melihat sosok yang tengah dicarinya sedang berdiri di balkon kamar sembari termenung. Ia mendekati Renandra dan berdiri di samping pemuda itu.

Renandra masih terdiam sembari menatap kosong ke arah depan, ia  sama sekali tidak terusik dengan kedatangan Kenza. Kenza mengikuti arah pandang Renandra. Kenza bisa melihat pekarangan belakang rumah mereka dari atas sini, gelap, lampu-
lampu yang sengaja ditempatkan di sana tidak membuat kondisi taman berubah benderang.

Di dalam kegelapan itu, samar-samar Kenza bisa melihat sebuah pohon besar yang sudah tumbang dengan beberapa papan kayu berserakan di bawahnya. Kenza sangat tahu bangunan apa yang kini telah hancur. Itu adalah rumah pohon mereka, tempat biasa mereka bermain saat kecil. Namun tempat itu lebih sering digunakan oleh si kembar Renandra dan Reyhan.

"Huft," Kenza menghela nafas lelah. Ia segera membalikan tubuh Renandra menyamping agar menghadap ke arahnya.

Kenza mengguncangkan bahu Renandra dengan pelan. "Tatap gue, Ren." ujar Kenza saat netra coklat madu yang ada di depannya saat ini terus menatap kosong.

Perlahan, Renandra menggulirkan netranya untuk menatap netra segelap malam milik Kenza. Tatapan asing itu menariknya semakin dalam. Renandra tenggelam di dalamnya untuk beberapa saat. Kenza, pemuda itu sungguh tidak bisa Renandra tebak. Pergerakannya sangat sulit dibaca. Kadang ia bisa menjadi obat, tak jarang pula ia menggores luka.

Bila boleh jujur, Renandra sedikit meragukan sikap baik yang Kenza tunjukkan padanya akhir-akhir ini. Karena seringnya ia dibuat kecewa, menjadikan sosok Renandra pribadi yang berhati-hati dalam segala hal. Termasuk menerima kebaikan yang diberikan seseorang padanya, ia sungguh tidak terbiasa dengan perlakuan seperti itu. Kebaikan itu justru membuat Renandra berpikiran negatif. Seperti, apakah orang itu benar-benar tulus atau hanya pemanis untuk menjatuhkannya lebih dalam.

Renandra tidak ingin terlalu mempercayai siapapun, ia takut jika suatu hari nanti ia akan merasa lebih sakit jika seseorang itu menusuknya dari belakang. Begitu pun pada Kenza, melihat bagaimana dulu Kenza sangat membencinya, sangat tidak mungkin jika Kenza tiba-tiba berubah hanya karena rasa kasihan? Tapi ... dalam lubuk hatinya, Renandra ingin memanfaatkan keadaan ini untuk lebih dekat dengan Kenza. Kapan lagi ia bisa diperlakukan bak adik pada umumnya oleh abangnya. Renandra tidak peduli walau semua ini hanya sandiwara, walau suatu hari nanti Kenza akan mengecewakannya, yang terpenting ia bisa merasakan hangat kasih Kenza yang telah lama hilang.

"Denger ... tempat itu cuma bagian dari masa lalu. Lo lupain semuanya mulai sekarang. Jangan terbelenggu sama masa lalu, Ren. Lo ada di sini sekarang, di masa lo saat ini. Lo harus melangkah maju, jangan terus diem dan terperangkap di ruang gelap yang lo ciptain sendiri!"

"Gue, gak bisa."

"Kenapa? Lo terjebak rasa bersalah? Lo takut? Pengecut lo! Kalo lo emang gak bersalah, buktiin! Buka lembaran baru, jalanin semua dengan ikhlas, berusaha buat jadi lebih baik! Bukan malah kayak gini, Ren!" ujar Kenza dengan emosi yang meluap-luap.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang