🌼About Him 🌼

300 46 6
                                    




#Beberapa Minggu Sebelumnya...

Langit-langit ruangan yang berwarna putih itu lagi-lagi menjadi pemandangan pertama saat ia membuka mata. Netranya bergulir menyusuri setiap sudut ruangan. Helaan nafasnya terdengar berat begitu menyadari ia masih di tempat yang sama dan tak ada yang berubah. Ia terdiam dengan tatapan kosong, pikirannya berkelana entah ke mana.

'Lo bohong Athala, SMA Pramoedya gak ada. Sekolah itu gak pernah ada. Abang gue rela keliling kota Jakarta cuma buat nyari keberadaan sekolah yang lo maksud. Nyari info sana-sini tapi hasilnya nihil. Dari situ gue sadar bahwa sekolah itu cuma karangan lo. Satu fakta yang juga baru gue sadari, ternyata semua ini cuma ilusi. Sama seperti sekolah itu... lo gak pernah ada dalam bentuk nyata dan gue habiskan 50 hari gue bersama lo Athala? Bersama ilusi yang membuat gue dicap gila.'

"Nah, sudah selesai. Sekarang kamu harus istirahat."

Renandra memperhatikan sang perawat yang tengah membereskan troli berisi obat-obatan dan alat medis yang baru saja digunakan untuk memeriksanya. Renandra kemudian berkata dengan pelan, "Terima kasih, Sus."

Senyum lembut terukir di bibir sang perawat. "Sama-sama, Dek," balasnya. Ia mengeluarkan buku bersampul hitam dari dalam laci nakas lalu menunjukkannya ke hadapan Renandra. "Ada yang mau ditulis lagi hari ini?" tanya si Perawat.

Ya, inilah kebiasaan Renandra beberapa waktu belakangan ini. Semenjak sang perawat tak sengaja membaca isi buku hitamnya yang  tergeletak di bawah ranjang, Renandra mau tak mau mengakui jika buku itu miliknya. Perawat itu iba, terutama saat Renandra mengatakan ia ingin sekali melanjutkan tulisannya dan merangkai seuntai surat untuk ibunya. Namun, apa daya... jangankan menulis, menggerakkan jemari saja ia tak sanggup. Dengan murah hati sang perawat menawarkan diri untuk membantu Renandra menulis.

"Ini mungkin jadi tulisan terakhir, Sus," lirih Renandra.

Si perawat tak membalas, ia tahu itu. Ia turut prihatin melihat nasib Renandra. Air matanya bahkan jatuh saat membaca isi buku hitam milik Renandra. Ia mulai menuliskan kata demi kata yang terucap susah payah dari bibir Renandra.

🥀🥀🥀

Surat terakhir untuknya sang hadiah semesta...

Athala ... biar kujelaskan tentang bagaimana dirimu, rupamu, dan tabiatmu. Tinta terakhirku ini akan kugoreskan untuk menulis banyak namamu di setiap lembarnya. Dunia harus tahu kamu. Aku tidak peduli meski mereka mengatakan kamu hanya sebuah ke fanaan, yang aku tahu kamu pernah hadir dalam hidupku mengisi lembaran kisah yang senantiasa kelabu. Ku mulai, ya?

Namanya Athala. Perawakannya tinggi tegap bak ksatria, rambut pirangnya berkilau saat sinar mentari menerpanya. Jangan lupakan mata hazelnya yang indah, hidungnya mancung dengan garis wajah yang terukir sempurna. Setiap kali kulihat wajahnya aku merasa tenang. Pertemuan kami begitu konyol, aku bertemu dengannya di pemakaman saat mengunjungi makam kembaranku Reyhan. Ia datang secara tiba-tiba, kupikir dia orang tak waras, nyatanya aku yang sebenarnya tak waras, haha.

Singkat cerita, kami berteman. Dia adalah pribadi yang unik, walau begitu ia selalu ada saat suka maupun dukaku. Hadirnya sangat berarti di hidupku. Dia adalah dokter yang selalu menyembuhkan segala sakitku, dia adalah guru yang selalu mengajariku banyak hal, super heroku, rumahku, duniaku, segalanya.

Athala...
Si pecinta hujan. Pemilik senyum sehangat mentari. Hatinya selembut kapas dan semurni air.

Athala, aku pernah berpikir, apa kamu pernah merasa sedih? Selama aku mengenalmu tak pernah sekalipun kudengar keluhanmu, tak pernah sedetikpun kulihat air matamu, tak pernah kurasakan sakitmu. kamu memang setangguh itu atau aku yang tak memahamimu? Selama ini hanya aku yang mengeluh, hanya aku yang menangis, hanya aku yang mengadu sakit. Athala... aku egois ya? Aku hanya memikirkan diriku saja.

Setelah kamu pergi entah ke mana. Aku baru menyadari semua itu. Kini aku menyesal Athala, kenapa dulu aku tak pernah bertanya bagaimana kabarmu? Seperti yang selalu kamu lakukan padaku.

Atta, hari ini ada cerita apa?
Atta, kamu baik-baik saja?
Atta, bagaimana perasaanmu sekarang?
Atta, kenapa?
Atta, ada apa?
It's okey Atta, semua baik-baik aja.

Maaf... Athala, jika kamu kembali. Aku berjanji akan memelukmu dengan erat dan berkata Atta, kamu luar biasa, terimakasih Hanya saja itu jika dirimu kembali.

Athala... sebenarnya kamu pergi ke mana? Mereka bilang kamu tak nyata. Mereka bilang kamu hanya khayalanku. Tapi kenapa pelukanmu terasa hangat? Kenapa elusan tanganmu terasa nyaman? Kenapa tautan tanganmu terasa erat? Kenapa aku bisa merasakannya, Ta?

Mungkin dunia tak mengerti keberadaannya, tapi dalam khayalan ia menjadi oase kehangatan di tengah kesepianku. Tanpa harus ada, ia tetap hadir dalam hatiku, memberi arti yang tak tergantikan.

Athala... nama itu akan selalu ku ingat hingga akhir hayat. Kamu adalah hadiah terindah yang semesta berikan untukku. Bertemu denganmu merupakan bagian paling menyenangkan sekaligus menyakitkan dalam hidupku.

🥀🥀🥀


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang