7. Fitnah dan Siksaan

1.6K 163 10
                                    

"ARGGHH!! Hahh-hahh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ARGGHH!! Hahh-hahh."

Renandra tiba-tiba terbangun sambil berteriak, nafasnya juga memburu. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini hingga ia bergerak turun dari atas ranjang, kemudian berlari masuk ke dalam kamar mandi.

Tak berselang lama Renadra keluar dari dalam kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melilit pinggangnya. Dengan gerakan terburu Renandra mengambil seragamnya di dalam lemari lalu memakainya cepat. Satu demi satu buku ia masukkan ke dalam tas sekolahnya.

Saat semuanya sudah siap, Renandra baru melirik jam yang tergantung di dinding. Pukul 05.12 dini hari. Pemuda sipit itu mendadak terdiam di tempat. Otaknya mencoba mencerna apa yang sedan terjadi pada dirinya. Kenapa ia tiba-tiba berlari ke kamar mandi setelah bangun tidur? Dan kenapa ia memakai seragam? Ini masih terlalu pagi untuk pergi ke sekolah.

Tiba-tiba ia teringat bahwa tadi malam ia dikunci di dalam kamar mandi oleh kakaknya, setelah itu ia dipaksa untuk tetap terjaga sampai pukul dua pagi. Lalu karena tidak kuat menahan pusing juga kantuk yang menyerang, berakhir ia pingsan. Dan setelahnya ... Tunggu! Kenapa bisa Renandra ada di kamarnya? Jelas-jelas semalam ia berada di kamar Galen. Mustahil jika Galen yang memindahkan Renandra. Ia tahu betul sikap Galen padanya seperti apa. Jangankan menggendong Renandra, melihat wajah Renandra saja Galen jijik.

Renandra tidak mau ambil pusing, ia segera meletakkan tasnya di atas ranjang kemudian berjalan keluar kamar. Tujuannya saat ini adalah dapur. Sudah pasti dapur berantakan bekas makan semalam. Ah tiba-tiba perutnya berbunyi. Renandra belum makan sejak kemarin siang. Renandra lapar, sangat lapar. Tapi ia tahan, Renandra sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Ia sering tidak makan karena ulah kakak atau ayahnya.

Setelah sampai dapur Renandra segera mencuci piring dan gelas yang menumpuk di wastafel. Renandra juga menyempatkan diri memasak untuk sarapan nanti. Renandra memasak nasi goreng dan telur mata sapi yang menurutnya simple. Tak lupa Renandra juga menyiram tanaman milik ibunya di halaman belakang rumah, dekat dengan rumah pohon milik Renandra dan Reyhan dulu.

Langit sudah mulai terang, matahari perlahan muncul dari tempat persembunyiannya. Saat sedang asik menyiram bunga dengan selang air, Renandra melirik ke arah rumah pohon. Rumah pohon itu memiliki banyak kenangan dirinya bersama sang kembaran. Ia menatap sendu rumah pohon yang tampak usang itu.

Hingga seperdetik kemudian matanya membelalak kaget. Di sana, tepat di depan teras rumah pohon, Renandra melihat almarhum kembarannya sedang duduk santai sambil mengayun-ayunkan kakinya. Kedua mata Renandra memanas, siap untuk meluncurkan air mata kapan saja. Hingga sosok Reyhan yang sedang ia perhatikan menoleh ke arahnya, lalu tersenyum lebar.

"Reyhan ...."

Air mata tiba-tiba menetes begitu saja. Jika yang Renandra lihat saat ini hanya halusinasi saja, tolong buat ini bertahan sedikit lebih lama. Renandra sungguh sangat merindukan Reyhan. Biarkan ia melihatnya lebih lama. Renandra menunduk untuk menghapus air matanya, dan ketika ia kembali mendongak sosok itu telah hilang dari pandangannya.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang