52. Terlalu Damai

1K 136 47
                                    

Pagi ini Kenza sudah bersiap untuk kembali ke rumah sakit setelah ia menyiapkan keperluan Renandra untuk beberapa hari ke depan karena dokter menyarankan Renandra dirawat inap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini Kenza sudah bersiap untuk kembali ke rumah sakit setelah ia menyiapkan keperluan Renandra untuk beberapa hari ke depan karena dokter menyarankan Renandra dirawat inap. Satu tas yang berisi baju-baju Renandra tersampir di pundaknya, ia juga membawa buku hitam milik Renandra. Entah untuk apa buku itu, Kenza menjadi penasaran karena Renandra tidak mengijinkan Kenza membukanya. Kenza melangkah menuju dapur, ia meminta disiapkan dua bekal kepada asisten rumah tangga baru yang dipekerjakan Bram baru-baru ini.

Sambil menunggu bekalnya siap, Kenza duduk di meja makan untuk memakan sarapannya tanpa mempedulikan seseorang yang duduk di seberang meja. Kenza tidak ingin ada keributan di pagi hari, ia sudah cukup lelah. Sejak kemarin ia sibuk ke sana ke mari mengurus sesuatu. Kenza sampai tidak tidur, terbukti dari kantung matanya yang menghitam. Wajahnya terlihat sayu tak bersemangat. Untungnya ada bi Atun yang setia menemani Renandra di rumah sakit, jadi Kenza sedikit tenang meninggalkan anak itu.

"Gue denger akhir-akhir ini lo sering gak masuk kuliah. Ke mana?" tanya Galen yang sudah selesai sarapan. Ia sudah rapi dengan setelan formalnya, sepertinya ia baru akan berangkat ke perusahaan.

"Cih, peduli apa lo?" Kenza berdecih. Ia terus menyantap sarapannya tanpa menatap Galen. Muak sekali rasanya berada satu ruangan dengan Galen. Kenza masih dendam pada Galen. Kalau saja Galen tidak kabur pada acara pertunanganya, ia tidak akan dipaksa menggantikan posisi Galen sebagai tunangan anak rekan bisnis Bram. Berkat kerja sama bisnis itu lah, perusahaan keluarga mereka yang di ujung kebangkrutan beranjak membaik secara perlahan dan stabil.

"Kenza, Kenza ... segitunya lo belain anak penyakitan itu. Lo pikir gue gak tahu apa yang lo lakuin selama ini?"

"Nggak usah ikut campur!"

"Lo butuh duit, kan? Uang hasil nge-band lo itu lama-lama juga bakal habis. Siapa yang mau tanggungjawab sama biaya pengobatan anak itu kalau uang lo habis?"

"Itu urusan gue! Mau gimananya nanti, gue nggak akan minta bantuan lo!"

"Kenapa lo nggak bilang aja sama papa. Gue yakin papa mau bayarin biayanya. Walau sebenarnya dia nggak mau tapi nggak mungkin, kan seorang papa nunjukin itu di depan publik? Udah lah, serahin aja urusan Renandra sama papa. Dia, kan anak papa sama si Rania. Jadi itu tanggung jawab papa."

"Tapi, gimana kalau papa maksa Renandra pulang setelah dia tahu? Lo tahu sendiri gimana kasarnya papa."

Galen menyeringai mendengar ucapan Kenza. Bagus, umpannya telah dimakan. Kini ia hanya tinggal meyakinkan Kenza dan mencuci otak anak ini. Galen akan membuat Kenza ada di pihaknya lagi.

"Hey Ken, coba pikir pakai otak lo. Renandra itu kesayangan Rania, mana mungkin papa berani bunuh dia. Kalau papa beneran benci dia, kenapa papa masih mau nyekolahin dia? Ngasih tempat tinggal yang nyaman? Makan makanan yang sama kayak kita? Bebas ngelakuin apapun yang dia mau."

"Tapi papa sering nyiksa dia selama ini."

"Gak sampai mati, kan?"

Galen memperhatikan wajah gelisah Kenza, sepertinya pemuda itu mulai termakan ucapannya. Galen terkekeh melihat Kenza yang hanya diam.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang