33. Tangisan Semesta

1.2K 113 12
                                    

Kelas terasa hening saat ini, hanya terdengar detik jarum jam yang terus berputar menandakan waktu yang terus berjalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kelas terasa hening saat ini, hanya terdengar detik jarum jam yang terus berputar menandakan waktu yang terus berjalan. Di saat yang lain fokus menyalin materi dari buku paket ke buku tulis masing-masing, Renandra justru terus mengucek kedua matanya berulang kali saat melihat tulisan di buku paket yang terlihat buram di penglihatannya. Belum ada satu kata pun yang tertulis di bukunya. Bahkan Renandra sampai mendekatkan buku di depan wajahnya, namun tulisan- tulisan itu seperti abjad acak yang tidak bisa Renandra baca sama sekali. Tulisan itu seperti bergerak yang membuat kepala Renandra pusing.

Kring... kring...

Bel tanda selesainya pembelajaran hari ini terdengar. Sontak membuat para siswa menghentikan aktivitas mereka. Renandra menghela nafas lega. Bu Sartika, selaku guru terakhir yang mengajar kelas mereka hari ini tampak membereskan perlengkapan yang Ia bawa untuk mengajar.

"Baik, silakan kalian lanjutkan mencatat di rumah. Pelajari dan pahami bab lima tentang utang wesel dan obligasi, lalu presentasikan hasilnya di pertemuan yang akan datang." ujar Bu Sartika yang membuat hampir sebagian murid berdecak kesal. Tak terkecuali Renandra yang kini sudah menurunkan bahunya. Setelah bu Sartika keluar, barulah para siswa berani melontarkan sumpah serapah mereka.

"Ngeselin banget, sih bu Sartika? Pake persentasi segala, gak tahu apa kalo kita dikejar banyak tugas produktif."

"Iya, mana kalo persentasi suka gak boleh lihat buku. Kalo gak bisa pasti dinyinyirin sampe nyelekit ati. Dalihnya, mah nasehatin katanya."

"Hih, pasti dia waktu mudanya gak punya temen. Ngeselin gitu."

"Sabar, Allah bersama kelas dua belas."

"Gue Bunda Maria, sorry."

Renandra menggelengkan kepala mendengar ghibahan para cewek di kelasnya. Terkadang, mereka itu jika sudah membicarakan orang lain bisa sampai ke akar-akarnya. Renandra heran, kenapa para cewek ahli dalam menggosip dan merupakan seorang informan yang handal. Dari mana mereka mendapat sumber informasi dengan cepat dan akurat seperti itu? Renandra jadi curiga, jangan-jangan para cewek di dunia ini sebenarnya adalah seorang mata-mata atau tidak hacker yang sedang menyamar.

Setelah membereskan semua alat tulisnya dan memasukannya ke dalam tas. Renandra segera keluar dari kelas. Ia membuka aplikasi room chat di ponselnya, namun ketika Ia ingin mengetikan pesan pada nomor tujuannya, entah kenapa jarinya seakan tremor dan tidak bisa mengetik keyboard dengan benar.

'Lagi? Tangan gue gak konsisten tiba-tiba. Gue susah ngendaliin arah geraknya. Sebenernya gue kenapa?'

Renandra merasa frustasi saat ini. Mengetik tidak bisa, membaca pun matanya blur. Renandra memukul kepalanya beberapa kali dan menggelengkan kepala, hingga akhirnya Ia bisa sedikit fokus melihat tulisan yang ada di ponselnya.

Memang masih terlihat buram di matanya, namun setidaknya tulisan-tulisan itu sudah tidak bergerak. Renandra mencoba mencari kontak seseorang, lalu melakukan panggilan suara. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya sambungan telepon terhubung.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang